Mohon tunggu...
Faisal Idrus
Faisal Idrus Mohon Tunggu... Editor - menyukai bakso

saya menyukai olah raga dan makan bakso

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mistitisme Islam Prof Dr. H. Hamka (Tasawuf Modrn)

15 Januari 2022   11:19 Diperbarui: 15 Januari 2022   11:25 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Periode modern, dalam bidang agama ditandai dengan reformasi protestanisme dan calvinisme yang menentang hegemoni tirani Gereja Katolik di bawah imperium kepausan. Dalam bidang politik berkembang bentuk "Nation State" (Negara Bangsa) yang kedaulatannya bersumber dari manusia (demokrasi, kontrak sosial) dan bukan dari Tuhan (Theokrasi). Dalam bidang filsafat dimulai dari munculnya aliran Rasionalisme yang didirikan oleh Rene Descartes dengan semboyannya “cogito ergo sum" (saya berfikir maka saya ada).

Ketika bangsa-bangsa Eropa (Itali, Portugis, Prancis, Inggris, Jerman, Belanda), melaksanakan ekspansi ke negara-negara Afrika dan Asia, yang sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah Dunia Islam, ide kemodernan tersebut mereka bawa ke negara-negara jajahan. Kaum muslimin, melalui tokoh- tokoh mereka, menyikapi proses modernisasi dengan cara yang berbeda bahkan bertolak belakang satu sama lainnya.

Ada yang menerima secara antusias dan ada yang menolak secara radikal dengan asumsi modernisasi identik dengan sekularisasi dan westernisasi, tentunya ada juga yang melakukan adaptasi-adaptasi selektif. Karena itu sekitar abad XIX bermunculan aliran- aliran modern dalam Islam. Hamka sebagai seorang tokoh pembaharu Islam di Indonesia tentu mengikuti juga paradigma pemikiran.

modernis lainnya termasuk pemikiran dalam bidang tasawuf. Ia mempelajari secara mendalam Ilmu Tasawuf dan mengajarkan Ilmu Tasawuf di perguruan tinggi Islam dan meninggalkan karya-karya penting dalam bidang ilmu Tasawuf, yaitu Tasawuf Modern dan Tasawuf perkembangan dan pemurniannyamu.  Hamka di satu sisi dikenal sebagai ulama yang berhaluan reformis (pembaharu atau modernis) yang tipologi pemikiran keagamaannya bersifat rasional serta cenderung bersifat kritis terhadap tasawuf.

Hamka merupakan salah satu tokoh ulama Islam yang berhasil mempengaruh pemikiran keislaman Indonesia melalui konsep dan ide yang dihasilkannya. Ini terlihat dari tulisan-tulisan yang pernah dituangkannya di dalam salah satu rubrik pada majalah Pedoman Masyarakat dengan judul “Bahagia”, yang kemudian dibukukan dengan judul Tasawuf Modern, yang mendapat tempat di hati pembacanya. Tulisan-tulisan tersebut mulai disusun pada tahun 1937 dan berakhir pada nomor ke-43 tahun 1938, baru kemudian dibukukan atas permintaan sahabat Hamka yang bernama Oei Ceng Hein, salah seorang mubaligh yang terkenal di Bintuhan

Di dalam catatan pendahuluan buku ini disebutkan bahwa meletakkan rubrik “Tasawuf Modern” itu pun menjadi bukti bahwa ia juga mencintai hidup di dalam tasawuf, yaitu tasawuf yang diartikan dengan kehendak memperbaiki budi dan men-shifa’-kan (membersikan) batin. Hal yang menurutnya sebagai, keterangan yang modern‟ meskipun asalnya terdapat dari buku-buku tasawuf juga.

HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dilahirkan di Tanah Sirah, Sungai Batang di tepi danau Maninjau, Sumatera Barat tepatnya pada tanggal 13 Muharam 1362 H, bertepatan dengan 17 Februari 1908. Ayahnya adalah Abdul Karim Amrullah. Ayah Hamka termasuk keturunan Abdul Arief, gelar tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku Nan Tuo, salah seorang pahlawan paderi dan salah satu Pembaharu di Minangkabau

Dalam Usia 6 tahun (1914) Hamka dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Usia 7 tahun pagi hari belajar di desanya dan malam harinya ia belajar mengaji Al-Quran dengan ayahnya sendiri hingga khatam. Hamka tidak sempat memperoleh pendidikan tinggi baik sekuler ataupun keagamaan. Ia hanya masuk sekolah desa selama 3 tahun tetapi Hamka berbakat dalam bidang bahasa arab. Pada tahun 1924 pada usia 16 tahun ia pergi ke Jawa untuk mempelajari tentang gerakan Islam modern. Pada Juli 1925 ia mendirikan tablig Muhamadiyah di rumah ayahnya di Gatangan, Padang Panjang. Dan sejak itulah ia berkiprah di Muhamadiyah. Tidak memiliki pendidikan formal membuat Hamka menjadi ilmuan dengan cara banyak membaca dan banyak belajar dengan tokoh-tokoh utama.

Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini ada indikasi bahwa  dalam struktur masyarakat tengah bersemayam “Darwinsme sosial”, yang 

berarti masyarakat harus serba unggul untuk bertarung memperjuangkan hidupnya. Orientasi keduniawian semakin kokoh menjadi tujuan hidup, yang semuanya cenderung mengangkat dunia fana ini sebagai tujuan utama, sementara nilai-nilai agama semakin terabaikan.

Untuk menjawab berbagai permasalahan ini dalam khasanah intelektual muslim salah satu alternatifnya adalah menggunakan metode tasawuf. Hal ini karena kekeringan jiwa dan kegersangan spiritualitas yang menjadi orientasi dan kajian utama tasawuf.

Tasawuf adalah usaha untuk membangun manusia dalam hal tutur kata, perbuatan serta gerak hati dalam skala kecil, yaitu pribadi atau dalam skala yang lebih besar, dengan menjadikan hubungan kepada Allah SWT sebagai dasar dalam bertindak . Dalam artian yang lain, tasawuf adalah sebuah bentuk ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya dengan segala tingkatannya.

Terkait dengan tasawuf yang ditawarkan Hamka , dia mempunyai konsep dan pemikiran sendiri terhadap tasawuf, konsep tersebut menguraikan tentang hakikat tasawuf, fungsi tasawuf, struktur tasawuf, dan peranan tasawuf.

  • Hakikat Tasawuf

Dalam pemikirannya, Hamka mengartikan tasawuf sesuai dengan arti yang aslinya, yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji. Maksud dari penambahan kata ”modern” ialah menegakkan kembali maksud semula dari tasawuf, yaitu membersihkan jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi, menekankan segala kelobaan dan kerakusan, memerangi syahwat yang terlebih dari keperluan untuk kesentosaan diri.

Oleh karena itu, tasawuf yang ditawarkan oleh Hamka disebut dengan “Tasawuf Modern”. Selain itu, Hamka dalam “Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam”, menguraikan makna tasawuf dengan membersihkan hati, pembersihan budi pekerti dari perangai-perangai yang tercela lalu memperhias diri dengan perangai yang terpuji. Hal yang paling utama dalam ajaran ini ialah pendidikan kesederhanaan hidup, yaitu mengambil dari hidup hanya untuk sekedar yang perlu saja, serta jangan mewah.

Tasawuf modern terdapat di wilayah masyarakat kota mengambil ajaran tasawuf dan mengemasnya menjadi industri baru berbasis agama karena dibutuhkan oleh masyarakat kota. Kejenuhan masyarakat kota terhadap persaingan hidup membuat pasar tasawuf tumbuh dan masuk wilayah komunikasi massa dan teknologi.

Menurut Hamka, tasawuf modern adalah penghayatan keagamaan esoteris yang mendalam tetapi tidak dengan serta merta melakukan pengasingan diri (uzlah). Dengan demikian tasawuf akhlaqi mengajarkan untuk hidup bahagia di dunia secara sederhana untuk mencapai kebahagiaan sejati yaitu akhirat.

Jadi, menurut Hamka hakikat tasawuf adalah usaha yang bertujuan untuk memperbaiki budi dan membersihkan batin. Artinya tasawuf adalah alat untuk membentengi dari kemungkinan seseorang melakukan keburukan dan kotoran batin. Untuk membangun benteng tersebut salah satu caranya adalah dengan zuhud seperti yang di contohkan Rasulullah lewat sunnah yang sahih. Tasawuf bukanlah tujuan , melainkan hanya alat.Hamka berpendapat, tasawuf yang bermuatan zuhud itu benar, begitu pula dengan tasawuf yang dilaksanakan atas dasar i’tikad yang benar dan berfungsi sebagai media pendidikan moral keagamaan yang efektif.

Dari segi struktur, tasawuf yang ditawarkan Hamka adalah tasawuf modern atau tasawuf positif berdasarkan tauhid. Jalan tasawufnya melalui sikap zuhud yang dilaksanakan dalam ibadah resmi sikap zuhud, yang tidak perlu menjauhi kehidupan normal. Penghayatan tasawufnya berupa pengalaman takwa yang dinamis bukan ingin bersatu dengan tuhan, refleksinya berupa kenampakan kepekaan sosial.

  • Fungsi Tasawuf

Menurut Hamka, apabila terdengar istilah tasawuf maka identik dengan tarekat yang mempunyai aturan khusus yang sudah baku dan tidak dapat diubah- ubah. Tasawuf sebenarnya tidak mempunyai peraturan khusus, tasawuf merupakan semacam filsafat yang timbul setelah masa Nabi dan tercampur dari pengaruh agama bangsa lain karena perkembangan peradaban Islam. Hamka berpendapat bahwa tasawuf akan menjadi negatif apabila dilaksanakan dengan bentuk kegiatan yang tidak seperti mengharamkan pada diri sendiri hal-hal yang dihalalkan oleh Allah dan apabila dilaksanakan dalam wujud kegiatan yang  dipangkalkan terhadap pandangan bahwa “dunia ini harus dibenci”, yang telah nampak melembaga dalam kalangan penganut tarekat. 

Tasawuf akan menjadi positif apabila dilaksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang searah dengan muatan-muatan peribadahan yang telah dirumuskan  dalam  al-Qur‟an  dan  as-Sunnah  dengan  memperhatikan  hubungan antara manusia dengan Allah dan manusia dengan sesama manusia. Serta apabila dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang berpangkal pada kepekaan sosial yang tinggi, dalam arti kegiatan yang dapat mendukung pemberdayaan umat Islam, agar terhindar dari kemiskinan ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, politik dan mental. Dengan demikian, apabila umat Islam ingin berkorban, maka ada hal yang dapat dikorbankan. Apabila akan mengeluarkan zakat, maka ada bagian kekayaan yang dapat diberikan kepada orang yang berhak.

  • Struktur Tasawuf

Dalam tasawuf terdapat empat struktur utama, yakni konsep tentang Tuhan dan manusia, serta hubungan antara keduanya; jalan tasawuf; penghayatan tasawuf; dan refleksi pekerti tasawuf Dalam perkembangan tasawuf, terdapat keganjilan dalam konsep tentang Tuhan. Paham seperti itulah yang menurut Hamka dapat merusak. Hamka menekankan perlu adanya penjelasan terhadap paham ini. Paham tersebut harus dikembalikan kepada akidah “tauhid”, bahwa Allah bersifat transenden secara mutlak, bukan immanensi. Hubungan antara keduanya haruslah terjalin hubungan antara Khalik dengan makhluk Sehingga ada yang disembah (Ma’bud), dan ada yang menyembah (‘Abid). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 25, yang berbunyi sebagai berikut:

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS. Al-Anbiya: 25) “

Di samping itu, dalam pandangan Hamka, manusia harus beribadah sesuai dengan tuntunan Allah melalui al-Qur‟an dan as-Sunnah. Jadi pada prinsipnya, Hamka menegaskan bahwa tasawuf harus berdasarkan tauhid. Struktur yang kedua ialah jalan tasawuf. Dalam pandangan Hamka, jalan tasawuf yang mesti ditempuh oleh sufi ialah dengan mengedepankan makna tasawuf yang dapat dilaksanakan melalui ibadah resmi (seperti shalat, puasa, zakat,dan infak) dan akidah yang benar (prinsip tauhid).

Struktur yang ketiga ialah Penghayatan Tasawuf. Pada umumnya, tujuan akhir tasawuf yang hendak dicapai oleh sufi ialah “keadaan bersatu” dengan Tuhan yang terwujud melalui berbagai konsep, seperti wahdat al- wujud. Penghayatan seperti ini tidak dapat diterima Hamka. Apabila tasawuf dilaksanakan dengan sungguh-sungguh melalui ibadah resmi, maka mampu menghasilkan pengahayatan tasawuf berupa takwa. Struktur yang keempat ialah refleksi pekerti tasawuf. Hal yang menurut Hamka negatif dari refleksi ini ialah adanya pengkultusan terhadap Syekh karena kemampuannya yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh orang biasa, misalkan saja dapat mengobati orang yang sakit, atau dapat melakukan sihir. Menurut Hamka, apabila seorang sufi menempuh jalan tasawuf melalui ibadah resmi dan memperoleh penghayatan tasawuf melalui ibadah resmi dan memperoleh penghayatan tasawuf berupa takwa, maka refleksi yang diharapkan ialah berupa pekerti yang peduli pada kehidupan sosial yang nyata dan juga terhadap keharmonisan lingkungan, sebab yang dipelihara, dibina, dan diatur Allah tidak hanya manusia, melainkan seluruh isi alam semesta

  • Peranan Tasawuf

Hamka berpandangan bahwa unsur-unsur duniawi lah yang mampu menjadi penopang utama dalam meraih kebahagiaan yang sejati, tentunya dengan mempertahankan konsep zuhud, yakni “tidak ingin”, atau dengan kata lain tidak “demam” kepada dunia, kemegahan, harta benda, dan pangkat.

Zuhud dalam pandangan Hamka, apabila seseorang memiliki harta benda, maka ia akan terjauh dari kemiskinan. Terhindarnya kemiskinan dapat membantu sufi dalam mencapai kebahagiaannya, karena tidak sedikit, seorang yang tidak mampu melaksanakan niat baiknya karena terhalang oleh kemiskinan, seperti menunaikan zakat dan Haji.

Disinilah letak kekhususan dari tasawuf yang diperkenalkan oleh Hamka, dimana ajaran kebahagiaan sejati menghimpun seluruh aspek kehidupan, yakni harta, fisik, ilmu, syari‟at, dan hakikat, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Seluruh aspek mempunyai andil dalam meraih kebahagiaan. Dengan demikian, tasawuf Hamka lebih condong ke arah tasawuf sunni dengan ciri yang lebih moderat dalam urusan duniawi Hal ini sejalan dengan sejarah kehidupannya yang sederhana, tetapi tidak “melarat” dan sarat dengan kegiatan kemasyarakatan bahkan urusan yang berhubungan dengan kenegaraan.

karakteristik pemikiran Hamka tentang tasawuf modern yang menjadi ciri khas dari pemikirannya tersebut, yang meliputi konsep hawa nafsu dan akal, ikhlas, qona‟ah, tawakal, dan kesehatan jiwa, serta konsep malu. 

  • Konsep Hawa Nafsu dan Akal

 Hawa diartikan Hamka dengan “angin” atau “gelora”, yang terdapat disetiap manusia Dalam perjuangan melawan hawa nafsu, terdapat tiga tingkatan manusia. Tingkatan pertama ialah yang kalah dirinya oleh hawa nafsu, ditahan dan diperbudak oleh hawa nafsu tersebut, sampai dijadikannya menjadi Tuhan. Tingkatan kedua ialah apabila terjadi peperangan antara keduanya secara berganti-ganti, kalah dan menang, jatuh dan tegak. Seorang inilah yang menurut Hamka layak disebut sebagai “Mujahid”. Apabila ia mati dalam perjuangan tersebut, maka matinya ialah syahid. Tingkatan ketiga ialah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya, sehingga ia yang memerintah hawa nafsu bukan hawa nafsu yang memerintahnya, serta tidak bisa mengutak-atikkannya, ia yang raja, ia yang kuasa, ia merdeka, serta tidak terpengaruh dan diperbudak oleh hawa nafsu.

  • Konsep Ikhlas

Ikhlas diartikan dengan bersih, tidak ada campuran. Lawan dari ikhlas adalah isyrak yang berarti berserikat atau bercampur dengan yang lain. Menurut Hamka, antara ikhlas dengan isyrak tidak dapat dipertemukan, seperti halnya gerak dengan diam. Apabila ikhlas telah bersarang dalam hati, maka isyrak tidak kuasa masuk, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, tidaklah salah apabila disebutkan bahwa tempat keduanya adalah di hati.

  • Konsep Qona’ah

Dalam pandangan Hamka, qana‟ah ialah menerima dengan cukup, dan didalamnya mengandung lima perkara pokok, yakni (1) menerima dengan  rela akan apa yang ada, (2) memohon tambahan yang sepantasnya kepada Allah yang dibarengi dengan usaha, (3) menerima dengan sabar akan ketentuan Allah, (4) bertawakal kepada Allah, dan  (5)  tidak  tertarik  oleh tipu daya dunia Hal ini dimaksudkan karena inti sari dari ajaran Islam ialah  qana‟ah,  bukan  qana‟ah  dalam  ikhtiar,  melainkan  qana‟ah dalam hati.

Qana‟ah    bukan    hanya    dengan    pasrah    dan    berpangku    tangan menerima suatu keadaan, namun qana‟ah dapat difungsikan untuk menjaga kesederhanaan agar hati tetap dalam ketenteraman, terhindar agar tidak tenggelam dalam gelombang dunia, dan berorientasi hanya kepada harta benda saja.

  • Konsep Tawakal

Hamka menjelaskan bahwa tawakal ialah menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar, dan usaha kepada Allah. Apabila datang bahaya yang mengancam, terdapat tiga jalan dalam menghadapinya.Pertama hadapi dengan jalan sabar, apabila tidak berhasil maka hadapi dengan jalan kedua yaitu mengelakkan diri. Apabila tidak berhasil, maka hadapi dengan jalan ketiga yaitu menangkis. Apabila jalan ketiga tidak berhasil juga, maka bukanlah dinamakan tawakal lagi, tetapi sia-sia. 

  • Konsep Kesehatan Jiwa

Selain keempat konsep diatas, dalam menguraikan konsep tasawufnya, Hamka juga menyebutkan bahwa hal yang perlu diperhatikan ialah memelihara kesehatan jiwa. Dimana untuk mencapai kesehatan jiwa diperlukan empat sifat utama, yakni syaja’ah (berani pada kebenaran, takut pada kesalahan), ‘Iffah (pandai menjaga kehormatan batin), Hikmah (tahu rahasia dari pengalaman kehidupan), dan ‘Adalah (adil walaupun kepada diri sendiri). Dari keempat sifat ini muncul beberapa sifat yang lain, keempat sifat ini disebut dengan sifat keutamaan. Masing-masing sifat tersebut mempunyai dua tepi. Syaja’ah mempunyai tepi Tahawwur (berani, nekad), dan Jubun (pengecut). ‘Iffah mempunyai tepi Syarah (tidak ada kunci, banyak bicara), dan Khumud (tidak peduli, acuh). Hikmah mempunyai tepi Safah (selalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan), dan Balah (Dungu, Kosong Pikiran). Adalah mempunyai tepi sadis atau zalim, dan Muhanah (hina hati, walaupun sudah berkali-kali teraniaya tidak bangun semangatnya).

Masing-masing tepi berasal dari empat sifat utama. Dari keempat sifat utama tersebut, apabila berlebihan maka akan menimbulkan sifat yang bahaya dan bisa menjadi penyakit zalim. Apabila kekurangan, maka dapat menimbulkan sifat hina. Namun, apabila tegak ditengah, itulah kesehatan jiwa sejati. Lebih lanjut, Hamka menjelaskan betapa pentingnya sifat syaja’ah. Dengannya, seorang muslim memiliki keberanian karena benar, dan takut karena salah. Keberanian ini disebut dengan tahawwur, dan untuk mengobatinya hendaklah orang yang terjangkit penyakit ini sadar akan akibat yang akan ditempuh apabila tahawwur-nya diteruskan.

  • Konsep Malu, Amanah dan Benar

Malu, Amanah dan Jujur menurut Hamka sebagai modal dasar manusia dalam beragama. Berikut ini penjelasan tentang konsep tersebut: Pertama, sifat malu, malu sangat besar pengaruhnya dalam mengatur pergaulan hidup. Malu itulah yang membuat orang berakal enggan mengerjakan perbuatan jahat. Kedua, Amanah (dipercayai). Boleh dipercaya atau lurus adalah tiang kedua dari masyarakat yang utama. Menurut Hamka apabila amanah telah runtuh, runtuhlah pemerintahan, artinya runtuhlah masyarakat dan umat. Ketiga, Siddiq atau Benar. Hamka menyatakan bahwa manusia banyak hajatnya, orang miskin dan kaya sekalipun mulia atau hina, hajat dan keperluannya sama banyaknya.

Dari beberapa konsep tasawuf yang ditawarkan Hamka di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik atau corak pemikiran Hamka mengacu kepada tasawuf falsafi. Karena konsepsi tentang tuhan merupakan perkembangan lebih lanjut dari pemikiran para ahli kalam dan filsuf. Hamka pun mengaku sendiri dalam Tasawuf Modern-nya itu, bahwa itu bukan ciptaan otaknya karena beliau waktu itu masih muda dan sedikit pengetahuannya. Tetapi di lihat dari buku karangan ahli filsafat dan tasawuf. Islam di bandingkan dengan al-Quran dan hadist. Corak pemikiran Hamka belum ada kepastian sebagaimana tasawufnya para sufi lain. Hamka tidak memiliki pengalaman kesufian. Hanya Hamka mereformulasikan konsep ilmu tasawuf dengan caranya sendiri karena tidak ingin melihat ekonomi Islam lemah, maka beliau merumuskan tasawuf modern yang sama sekali tidak meningggalkan keduniaan. Tasawuf Hamka merupakan solusi agar umat Islam tidak menyalahartikan zuhud yang harus meninggalkan dunia.

Relevansi Tasawuf Hamka bagi Kehidupan Modern:

Tasawuf dan masa modern dia sintesiskan menjadi pemikiran originalnya. Hamka berpandangan bahwa tasawuf dan perkembangan selayaknya berjalan beriringan. Bila tasawuf bertahan dengan karakter lamanya, maka manusia akan dipaksa untuk ditarik ke masa lalu, padahal kodratnya mereka menjalani kehidupan di masanya. Tasawuf menyesuaikan konteks zaman, dalam artian mengarahkan masyarakat agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan dan celaka.

Dalam pandangan Hamka, tasawuf adalah suatu bidang ilmu tersendiri. Di dalamnya, manusia diberi tuntunan untuk membersihkan diri (tazkiyah al- nafs). Itulah tasawuf dari sisi globalnya. Ia bukan tentang suatu arahan khusus untuk  mendekatkan diri seraya menyucikan diri yang tak bisa dirubah sebagaimana yang ajarkan oleh tarekat-tarekat. Tasawuf tidak lepas dari konteks zaman. Sehingga, tasawuf juga memiliki nilai rasional yang filosofis pula. Dia melihat bahwa tasawuf juga mengalami perkembangannya sendiri. Karyanya yang berjudul Tasawuf dari Abad ke Abad adalah salah satu ulasannya. Pada dasarnya sejak awal perkembangan Islam, gerakan tasawuf mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam. Bahkan penyebaran Islam di Indonesia lebih mudah berkat dakwah menggunakan pendekatan tasawuf. Penekanan pada sisi esoterik agama (hal-hal yang bersifat batiniah dari agama) lebih mengundang daya tarik ketimbang eksoteriknya (formalitas ritual agama).

Di antara pemikiran Hamka tentang tasawuf yang relevan dalam konteks modern antara lain adalah :

  • Hidup Bahagia dengan Zuhud                              

Hamka memperingatkan agar cermat dalam mengelola kenikmatan dunia dan juga mengelola diri demi penyucian diri. Bila tidak adil melakukannya, malah cenderung pada dunia, maka bisa terjatuh menjadikan jiwa manusia kotor, nilai keislaman pun makin jauh. Muslim yang kuat adalah yang memahami makna zuhud secara proposional. Dengan begitu, Islam mencapai puncak kebahagiaan dan kejayaannya. 

  • Pendidikan Akhlak dan Rasa Malu

Hamka membedakan makna pendidikan dan pengajaran. Menurutnya pendidikan adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk mendidik membantu membentuk  watak  budi  akhlak dan  kepribadian peserta didik,  sedangkan  pengajaran  yaitu  upaya  untuk  mengisi  intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Keduanya memuat makna yang integral dan  saling  melengkapi  dalam  rangka mencapai tujuan yang sama, sebab setiap proses pendidikan didalamnya terdapat proses pengajaran. Demikian sebaliknya proses pengajaran  tidak akan banyak berarti apabila tidak dibarengi dengan proses pendidikan.

Dari ketiganya Hamka lebih condong dalam istilah Tarbiyah, karena menurutnya tarbiyah kelihatannya mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan Islam, baik vertikal maupun horizontal (hubungan ketuhanan dan kemanusiaan). Adapun prosesnya adalah pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik jasmaniah maupun rohaniah.

Dengan demikian, menurut Hamka pendidikan adalah sarana untuk mendidik watak pribadi. Manusia tidak hanya untuk mengenal apa yang di maksud dengan baik dan buruk tapi juga beribadah kepada Allah dan berguna untuk sesama dan lingkungan. Karena itu sistem pendidikan modern harus di imbangi dengan pendidikan agama.

jadi kesimpulannya adalah 

  • Hamka mengartikan tasawuf sesuai dengan arti yang aslinya, yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji. Menurut Hamka hakekat tasawuf adalah untuk memperbaiki budi dan membersihkan batin. Artinya tasawuf adalah alat untuk membentengi dari kemungkinan seseorang melakukan keburukan, intinya berzuhud sebagaimana teladan hidup yang dicontohkan Rasulullah lewat sunnah yang sahih. Tasawuf yang di tawarkan Hamka adalah tasawuf modern atau tasawuf positif berdasarkan tauhid. Jalan tasawufnya melalui sikap zuhud yang di laksanakan dalam ibadah resmi sikap zuhud, yang tidak perlu menjauhi kehidupan normal. Penghayatan tasawufnya berupa pengalaman takwa yang dinamis bukan ingin bersatu dengan tuhan dan refleksinya berupa kenampakan kepekaan sosial
  • Karakteristik Tasawuf Hamka. Karakteristik atau corak pemikiran Hamka belum ada kepastian sebagaimana tasawufnya para sufi lain. Hamka mereformulasikan konsep ilmu tasawuf dengan caranya sendiri karena tidak ingin melihat ekonomi Islam lemah, maka beliau merumuskan tasawuf modern yang sama sekali tidak meningggalkan keduniaan. Dan tasawuf Hamka merupakan solusi agar umat Islam tidak menyalahartikan zuhud yang harus meninggalkan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun