Mohon tunggu...
Faisal Idrus
Faisal Idrus Mohon Tunggu... Editor - menyukai bakso

saya menyukai olah raga dan makan bakso

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mistitisme Islam Prof Dr. H. Hamka (Tasawuf Modrn)

15 Januari 2022   11:19 Diperbarui: 15 Januari 2022   11:25 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hamka menjelaskan bahwa tawakal ialah menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar, dan usaha kepada Allah. Apabila datang bahaya yang mengancam, terdapat tiga jalan dalam menghadapinya.Pertama hadapi dengan jalan sabar, apabila tidak berhasil maka hadapi dengan jalan kedua yaitu mengelakkan diri. Apabila tidak berhasil, maka hadapi dengan jalan ketiga yaitu menangkis. Apabila jalan ketiga tidak berhasil juga, maka bukanlah dinamakan tawakal lagi, tetapi sia-sia. 

  • Konsep Kesehatan Jiwa

Selain keempat konsep diatas, dalam menguraikan konsep tasawufnya, Hamka juga menyebutkan bahwa hal yang perlu diperhatikan ialah memelihara kesehatan jiwa. Dimana untuk mencapai kesehatan jiwa diperlukan empat sifat utama, yakni syaja’ah (berani pada kebenaran, takut pada kesalahan), ‘Iffah (pandai menjaga kehormatan batin), Hikmah (tahu rahasia dari pengalaman kehidupan), dan ‘Adalah (adil walaupun kepada diri sendiri). Dari keempat sifat ini muncul beberapa sifat yang lain, keempat sifat ini disebut dengan sifat keutamaan. Masing-masing sifat tersebut mempunyai dua tepi. Syaja’ah mempunyai tepi Tahawwur (berani, nekad), dan Jubun (pengecut). ‘Iffah mempunyai tepi Syarah (tidak ada kunci, banyak bicara), dan Khumud (tidak peduli, acuh). Hikmah mempunyai tepi Safah (selalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan), dan Balah (Dungu, Kosong Pikiran). Adalah mempunyai tepi sadis atau zalim, dan Muhanah (hina hati, walaupun sudah berkali-kali teraniaya tidak bangun semangatnya).

Masing-masing tepi berasal dari empat sifat utama. Dari keempat sifat utama tersebut, apabila berlebihan maka akan menimbulkan sifat yang bahaya dan bisa menjadi penyakit zalim. Apabila kekurangan, maka dapat menimbulkan sifat hina. Namun, apabila tegak ditengah, itulah kesehatan jiwa sejati. Lebih lanjut, Hamka menjelaskan betapa pentingnya sifat syaja’ah. Dengannya, seorang muslim memiliki keberanian karena benar, dan takut karena salah. Keberanian ini disebut dengan tahawwur, dan untuk mengobatinya hendaklah orang yang terjangkit penyakit ini sadar akan akibat yang akan ditempuh apabila tahawwur-nya diteruskan.

  • Konsep Malu, Amanah dan Benar

Malu, Amanah dan Jujur menurut Hamka sebagai modal dasar manusia dalam beragama. Berikut ini penjelasan tentang konsep tersebut: Pertama, sifat malu, malu sangat besar pengaruhnya dalam mengatur pergaulan hidup. Malu itulah yang membuat orang berakal enggan mengerjakan perbuatan jahat. Kedua, Amanah (dipercayai). Boleh dipercaya atau lurus adalah tiang kedua dari masyarakat yang utama. Menurut Hamka apabila amanah telah runtuh, runtuhlah pemerintahan, artinya runtuhlah masyarakat dan umat. Ketiga, Siddiq atau Benar. Hamka menyatakan bahwa manusia banyak hajatnya, orang miskin dan kaya sekalipun mulia atau hina, hajat dan keperluannya sama banyaknya.

Dari beberapa konsep tasawuf yang ditawarkan Hamka di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik atau corak pemikiran Hamka mengacu kepada tasawuf falsafi. Karena konsepsi tentang tuhan merupakan perkembangan lebih lanjut dari pemikiran para ahli kalam dan filsuf. Hamka pun mengaku sendiri dalam Tasawuf Modern-nya itu, bahwa itu bukan ciptaan otaknya karena beliau waktu itu masih muda dan sedikit pengetahuannya. Tetapi di lihat dari buku karangan ahli filsafat dan tasawuf. Islam di bandingkan dengan al-Quran dan hadist. Corak pemikiran Hamka belum ada kepastian sebagaimana tasawufnya para sufi lain. Hamka tidak memiliki pengalaman kesufian. Hanya Hamka mereformulasikan konsep ilmu tasawuf dengan caranya sendiri karena tidak ingin melihat ekonomi Islam lemah, maka beliau merumuskan tasawuf modern yang sama sekali tidak meningggalkan keduniaan. Tasawuf Hamka merupakan solusi agar umat Islam tidak menyalahartikan zuhud yang harus meninggalkan dunia.

Relevansi Tasawuf Hamka bagi Kehidupan Modern:

Tasawuf dan masa modern dia sintesiskan menjadi pemikiran originalnya. Hamka berpandangan bahwa tasawuf dan perkembangan selayaknya berjalan beriringan. Bila tasawuf bertahan dengan karakter lamanya, maka manusia akan dipaksa untuk ditarik ke masa lalu, padahal kodratnya mereka menjalani kehidupan di masanya. Tasawuf menyesuaikan konteks zaman, dalam artian mengarahkan masyarakat agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan dan celaka.

Dalam pandangan Hamka, tasawuf adalah suatu bidang ilmu tersendiri. Di dalamnya, manusia diberi tuntunan untuk membersihkan diri (tazkiyah al- nafs). Itulah tasawuf dari sisi globalnya. Ia bukan tentang suatu arahan khusus untuk  mendekatkan diri seraya menyucikan diri yang tak bisa dirubah sebagaimana yang ajarkan oleh tarekat-tarekat. Tasawuf tidak lepas dari konteks zaman. Sehingga, tasawuf juga memiliki nilai rasional yang filosofis pula. Dia melihat bahwa tasawuf juga mengalami perkembangannya sendiri. Karyanya yang berjudul Tasawuf dari Abad ke Abad adalah salah satu ulasannya. Pada dasarnya sejak awal perkembangan Islam, gerakan tasawuf mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam. Bahkan penyebaran Islam di Indonesia lebih mudah berkat dakwah menggunakan pendekatan tasawuf. Penekanan pada sisi esoterik agama (hal-hal yang bersifat batiniah dari agama) lebih mengundang daya tarik ketimbang eksoteriknya (formalitas ritual agama).

Di antara pemikiran Hamka tentang tasawuf yang relevan dalam konteks modern antara lain adalah :

  • Hidup Bahagia dengan Zuhud                              

Hamka memperingatkan agar cermat dalam mengelola kenikmatan dunia dan juga mengelola diri demi penyucian diri. Bila tidak adil melakukannya, malah cenderung pada dunia, maka bisa terjatuh menjadikan jiwa manusia kotor, nilai keislaman pun makin jauh. Muslim yang kuat adalah yang memahami makna zuhud secara proposional. Dengan begitu, Islam mencapai puncak kebahagiaan dan kejayaannya. 

  • Pendidikan Akhlak dan Rasa Malu

Hamka membedakan makna pendidikan dan pengajaran. Menurutnya pendidikan adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk mendidik membantu membentuk  watak  budi  akhlak dan  kepribadian peserta didik,  sedangkan  pengajaran  yaitu  upaya  untuk  mengisi  intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Keduanya memuat makna yang integral dan  saling  melengkapi  dalam  rangka mencapai tujuan yang sama, sebab setiap proses pendidikan didalamnya terdapat proses pengajaran. Demikian sebaliknya proses pengajaran  tidak akan banyak berarti apabila tidak dibarengi dengan proses pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun