Dari ketiganya Hamka lebih condong dalam istilah Tarbiyah, karena menurutnya tarbiyah kelihatannya mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan Islam, baik vertikal maupun horizontal (hubungan ketuhanan dan kemanusiaan). Adapun prosesnya adalah pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik jasmaniah maupun rohaniah.
Dengan demikian, menurut Hamka pendidikan adalah sarana untuk mendidik watak pribadi. Manusia tidak hanya untuk mengenal apa yang di maksud dengan baik dan buruk tapi juga beribadah kepada Allah dan berguna untuk sesama dan lingkungan. Karena itu sistem pendidikan modern harus di imbangi dengan pendidikan agama.
jadi kesimpulannya adalahÂ
- Hamka mengartikan tasawuf sesuai dengan arti yang aslinya, yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji. Menurut Hamka hakekat tasawuf adalah untuk memperbaiki budi dan membersihkan batin. Artinya tasawuf adalah alat untuk membentengi dari kemungkinan seseorang melakukan keburukan, intinya berzuhud sebagaimana teladan hidup yang dicontohkan Rasulullah lewat sunnah yang sahih. Tasawuf yang di tawarkan Hamka adalah tasawuf modern atau tasawuf positif berdasarkan tauhid. Jalan tasawufnya melalui sikap zuhud yang di laksanakan dalam ibadah resmi sikap zuhud, yang tidak perlu menjauhi kehidupan normal. Penghayatan tasawufnya berupa pengalaman takwa yang dinamis bukan ingin bersatu dengan tuhan dan refleksinya berupa kenampakan kepekaan sosial
- Karakteristik Tasawuf Hamka. Karakteristik atau corak pemikiran Hamka belum ada kepastian sebagaimana tasawufnya para sufi lain. Hamka mereformulasikan konsep ilmu tasawuf dengan caranya sendiri karena tidak ingin melihat ekonomi Islam lemah, maka beliau merumuskan tasawuf modern yang sama sekali tidak meningggalkan keduniaan. Dan tasawuf Hamka merupakan solusi agar umat Islam tidak menyalahartikan zuhud yang harus meninggalkan dunia.