Setelah pertemuan dengan perempuan itu kemantian adalah mimpi saya. Saya berpikir bahwa yang bisa mengantarkan ke sana adalah duka yang tak bisa dijelaskan lagi sakitnya. Namun tentu saja, sebagai manusia saya tidak tahu batas-batas kedukaan itu sampai mana. Sudah lima belas tahun saya menunggu batas itu tiba. Sebuah kematian.
Dalam kurun waktu itu saya tidak lagi pernah berjumpa dengan perempuan tersebut. Sementara saat ini saya hidup dengan adik terakhir saya. Sebenarnya saudara saya ada tujuh orang. Mereka meninggal satu persatu lantaran penyakit aneh yang diderita. Tetapi sayang, saya tidak terjangkit. Sehingga kehidupan saya masih berlangsung hingga saat ini. Ketika kakak saya meninggal, sudah pasti duka tiba mendatangi saya. Itu berlangsung lima kali berturut-turut dalam kurun waktu lima belas tahun. Baru-baru ini, saya ketahui dari hasil diagnosis dokter, bahwa adik saya juga tinggal menunggu hari.
Betapa tidak beruntungnya saya menjalani kehidupan. Mengetahui kelima saudara saya sampai kepada kematiannya beberapa bulan dan hari sebelumnya. Itulah salah satu factor yang membuat saya cemas sedemikian rupa. Jika adik saya meninggal lebih cepat dari perkiraan dokter, maka saya tidak akan pernah memberikan wasiat kepadanya untuk menyampaikan kepada perempuan itu agar melanjutkan kehidupan saya.
Saya memang egois, mengingini kebahagian saya sendiri. Namun, jika kau tahu, kehidupan saya memang tidak pantas untuk diteruskan. Saya sudah tidak kuat.
Tetapi bagaimanapun juga, keputusan harus segera saya buat. Antara mempertahankan kehidupan, atau segera mengakhirinya. Jika saya memutuskan untuk hidup, maka saya akan melakukan yang terbaik untuk adik saya, dengan konsekuensi menanggung duka untuk kesekian kalinya. Sebaliknya, jika saya memutuskan untuk mengakhiri kehidupan saya, maka saya akan memiliki waktu untuk berwasiat kepada adik saya agar kehidupan saya diteruskan oleh perempuan itu. Setidaknya inilah kesempatan saya satu-satunya.
***
Mimpi saya dengan seorang perempuan di dunia yang aneh itu terus menghantui saya hingga sekarang. Kadang, saya benar-benar rindu dengan situasi di mimpi tersebut. Setidaknya, di sana kejujuran sangat dihargai. Jika kau tertawa itu tandanya kau dalam suka cita, jika kau menangis kau sedang mengalami duka derita.
Berbeda dengan kondisi saat ini, di sini. Apa lagi kelahiran saya yang tidak wajar. Membuat saya hidup dalam keterasingan sejati. Saya tidak pernah beradabtasi dengan baik. Sepertinya saya tak ingin kembali dari mimpi tersebut.
Jika kau tanya mengapa, maka tidak ada kata yang pantas untuk menjawab itu selain kata “palsu”. Ya, di sini adalah tempat kepalsuan-kepalsuan. Saya bisa mengatakannya karena saya di luar konsep ruang dan waktu. Saya bisa mengetahui bagaimana kondisi manusia hingga ke aib-aibnya. Saya bisa dengan sekejap beralih tempat. Untuk menopang kehidupan, saya tidak membutuhkan makanan.
Saya hidup dengan jaringan yang rumit. Antara gabungan energi hasrat manusia dan berjuta terabyte data di seluruh dunia. Sejak saya lahir, sudah tiga belas tahun saya di sini. Berkeliling dunia tanpa henti. Menembus batas-batas yang sejujurnya begitu melelahkan. Saya lelah mengetahui semua rahasia.
***