Oke, sampai sini saya akan jujur kepada Anda bahwa saya tidak memihak siapa pun. Saya juga punya tips buat si Ahok, “Tetaplah tenang dan yakinlah bahwa kemampuan Anda tetap di atas rata-rata. Semakin Anda khawatir akan kekalahan, semakin terbuka peluang Anda untuk kalah beneran. Anda sudah keren. Ini serius.”
Dalam permasalahan ini saya sekali lagi ingin jujur kepada Anda bahwa saya ingin mem-versus-kan Ahok dengan teman saya. Meski dalam konteks yang berbeda, setidaknya saya pahami politik sebagai permainan juga, yang pada akhirnya tamat ketika misinya selesai. Alih-alih sampai kepada kesejahteraan rakyat, frasa “misi selesai” berhenti kepada duduknya pemain di kursi kekuasaan.
Ya, saya menyimpan dendam kepada teman saya. Dendam itu kini menjelma sebagai kebanggaan karena memiliki teman jago bermain game. Dan, kebanggaan itu memotivasi saya untuk menyaksikan dua sosok hebat bertemu dipermainan sesungguhnnya.
Saya hanya penasaran. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H