Mohon tunggu...
faisal faliyandra
faisal faliyandra Mohon Tunggu... Dosen - Pendidikan di STAINH Kapongan Situbondo

Sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang berdayaguna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Kecerdasan Sosial Dibutuhkan di Era Disrupsi

18 Juni 2018   17:53 Diperbarui: 19 Juni 2018   03:03 5578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itu, bukan hanya medianya (teknologi informasi dan komunikasi) yang harus di upgrade, regenerasi, diperbaharui, tapi perubahan ini harus secara menyeluruh, komperhensif dan fundamental. Pemahaman persepsi yang selalu berputar-putar pada logika masa lalunya juga harus di upgred agar dapat membaur pada logika masa kini dan masa depan.

Andrias Harefa dalam bukunya Mindset Therapy, menyatakan sejatinya manusia dewasa belajar harus melibatkan tiga fase: learn, unlearn, relearn. Learn berkaitan dengan pembentukan pola pikir tertentu, unlearn adalah mendekonstruksi pola pikir yang sudah ada, sedangkan relearn berupa menata ulang alias merekonstruksi pola pikir yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman; lebih dekat dengan kebenaran. Maka dari itu selain meng-upgrade teknologi, kita juga harus meng-upgrade sikap, pengetahuan, dan karakter kita sehingga singkron dengan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Jika kita mau menganalisis secara mendalam, keberhasilan seseorang di kehidupan mendatang, semua tertumpu pada inovasi teknologi yang terintegrasi dengan individu yang memiliki kemampuan sosial yang tinggi. Lasnawan (2018) menyebutkan lima hal penting dalam disruption salah satunya hubungan-hubungan sosial. Inilah yang diperlukan, individu pengguna teknologi harus teredukasi akan pentingnya sebuah hubungan antar manusia.

Kemampuan teknologi dan kemampuaan bersosial harus terintegrasi menjadi satu tema yang perlu diedukasikan kepada anak kita dan kita sendiri. Jika membicarakan tentang hubungan antar manusia ini sangat kompleks. Tapi ada salah satu seseorang yang mempelajari ilmu ini, yaitu Daniel Goleman dengan bukunya Emotional Intelegence dan Social Intelegence.

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL

Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Social Intelegence mengungkapkan kedelapan indikator kecerdasan sosial yang terbagi pada dua dimensi besar, pada ilmu antar manusia ini. Ke delapan indikator tersebut bisa menjadi acuan kita untuk mengetahui, memahami, menganalisis, sekaligus mengimplementasi bagaimana cara berhubungan yang baik dengan manusia untuk menghadapi era disrupsi nantinya.

Dimensi kesadaran sosial adalah sebagai berikut:

Empati dasar; adalah hal yang paling penting dan mendasar untuk dimiliki oleh seseorang agar kecerdasan sosialnya dapat berkembang secara optimal dan juga hubungan yang dijalin seseorang akan bisa lebih dekat karena bisa saling merasakan sekaligus memahami perasaan, kebutuhan dan keadaan hati masing-masing.

Penyelerasan; yakni kemampuan untuk bisa mendengarkan dengan terbuka sehingga bisa memahami terhadap apa yang telah disampaikan oleh seseorang dengan tujuan agar kita bisa menyelaraskan diri dengan perasaan orang lain.

Ketepatan empatik; adalah tindak lanjut dari kemampuan dalam melakukan penyelarasan kemampuan untuk bisa memahami dengan baik dan tepat apa yang menjadi perasaan dan pikiran orang lain.

Pengertian sosial; berupa pengertian bagaimana seseorang bisa memahami tentang dunia sosial. Dan dapat dikembangkan kepada anak dengan cara memberikan pengetahuan tentang lingkungan sosial tertentu di tempat kita berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun