Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Geotermal Untuk Swasembada Energi

31 Oktober 2024   17:33 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:34 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angka dan Data

Itikad dan tekad Presiden Prabowo akan swasembada energi tentu tidak boleh diaminkan begitu saja. Kita harus berani dan jujur menyandingkannya dengan angka dan data, apakah kemandirian energi itu benar-benar sebuah urgensi? Rasa-rasanya gagasan berdikari energi sudah menjadi kebutuhan genting mengingat pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia sangat bergantungan pada impor.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi impor minyak dan gas bumi (migas) RI selama Januari-Maret 2024 mencapai US$ 9 miliar atau sekitar Rp 145,8 triliun. Data ini mencatat terjadi kenaikan sebesar 8,13% dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang sebesar US$ 8,33 miliar. Masih dari data BPS, khusus untuk bulan Maret 2024, impor migas RI tercatat sebesar US$ 3,33 miliar, naik 11,64% dibandingkan Februari 2024 yang sebesar US$ 2,98 miliar. Adapun nilai impor minyak mentah RI selama periode Januari-Februari 2024 mencapai US$ 1,5 miliar atau Rp 25,5 triliun, dengan volume 2,6 juta ton.

Naiknya impor energi seperti ini menunjukkan kebutuhan energi Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal demikian disebabkan oleh produksi minyak Indonesia yang cenderung menurun, sementara konsumsinya bertambah. Padahal, di lain sisi Indonesia memiliki banyak potensi energi baru terbarukan (EBT), seperti panas bumi, tenaga surya, energi hidro, energi angin dan lainnya. Namun, baru sebagian kecil dari potensi ini yang telah dimanfaatkan.

Pada tahun 2022, kementerian ESDM menyampaikan bahwa kapasitas pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan (PLT EBT) tahun 2021 mencapai 11.157 Megawatt. Kapasitas ini di bawah target yang ditetapkan untuk tahun tersebut, yaitu sebesar 11.357 Megawatt (Mw). Kapasitas PLT EBT tersebut terdiri atas: 6.601,9 Mw tenaga air; 2.276,9 Mw tenaga panas bumi; 1.920,4 Mw bioenergi; 200,1 Mw tenaga surya; 154,3 Mw tenaga angin; dan 3,6 Mw tenaga hibrida.

Padahal cadangan EBT sangatlah banyak di bumi Indonesia. Bahkan kalau diperhatikan data cadangan energi-energi terbarukan di bawah ini, maka dapat dipahami bahwa tidak sampai 1% energi terbarukan dimanfaatkan. Perhatikan data dari Kementerian ESDM berikut:

www.esdm.go.id
www.esdm.go.id

Geotermal Paling Realistis

Angka dan data di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memang belum mandiri di bidang energi; belum swasembada. Selain itu, cadangan-cadangan energi terbarukan (air, matahari, angin dan geotermal) yang notabene ramah lingkungan sama sekali belum dimaksimalkan. Padahal, kebutuhan energi masyarakat Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Namun demikian, perlu kiranya membuat pemilahan terhadap energi-energi hijau yang ada. Pemilahan di sini bermaksud untuk melihat sisi efektivitas dan efisiensi dalam pemanfaatannya. Dari beberapa energi terbarukan yang ada di Indonesia, perlu dilihat secara realistis bahwa energi panas bumi memiliki cadangan paling menjanjikan. Sebagaimana diketahui Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia.

Pada tahun 2023 kementerian ESDM mencatat potensi sumber energi yang terkandung dalam perut bumi Indonesia mencapai 23.965,5 megawatt (MW). Potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 9,8 persen dengan kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.342,63 MW. Ini artinya cadangan panas bumi yang terkandung dalam perut bumi kita masih sekitar 90% belum dimanfaatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun