RINGKASAN EKSEKUTIF
Provinsi Lampung merupakan penghasil singkong utama di Indonesia, berperan penting dalam ketahanan pangan dan industri. Namun, kesejahteraan petani singkong di Lampung masih terhambat oleh fluktuasi harga yang merugikan, dengan harga yang sering kali lebih rendah dari biaya produksi. Selain itu, akses pasar yang terbatas membuat petani bergantung pada tengkulak yang menawarkan harga rendah. Minimnya dukungan teknologi pertanian modern dan kebijakan yang tidak mendukung petani memperburuk situasi ini. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan yang mendukung pemberdayaan petani, seperti pembentukan koperasi, peningkatan akses pasar, serta kebijakan harga minimum untuk melindungi petani dari kerugian. Pelatihan teknologi pertanian modern juga penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan kesejahteraan petani singkong di Lampung dapat meningkat, mendukung sektor pertanian dan perekonomian nasional.
PENDAHULUAN
Berbicara  mengenai  pangan  maka  tak  lepas  dari  sektor  pertanian.  Indonesia merupakan negara yang memiliki beranekaragam pertanian didalamnya, bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam upaya mencapai ketahanan pangan,  khususnya  dalam  penerapan  hak  atas  pangan.  Indonesia  merupakan  negara agraris  dan  hampir  separuh  penduduknya  bergantung  pada  sektor  pertanian  sebagai sumber pendapatan. Namun saat ini kerap terjadi krisis pangan, Krisis pangan adalah keadaan  yang berbahaya, keadaan  yang tidak stabil, dan semua krisis yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, serta air yang ditujukan untuk konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman. Krisis pangan selalu diawali dengan tingginya harga pangan. Naiknya harga pangan global mempengaruhi  konsumsi  pangan  di  negara  berkembang.  Naiknya  harga  komoditas, terutama yang terjadi di Provinsi Lampung. (Paminto, et, all 2024)
Provinsi Lampung sendiri dikenal sebagai lumbung singkong nasional, berkontribusi lebih dari 30% terhadap total produksi singkong di Indonesia. Komoditas ini memegang peranan strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan menjadi bahan baku utama industri pengolahan, seperti tepung tapioka. Selain menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat, singkong juga memiliki peran penting dalam memperkuat perekonomian daerah. Namun, di balik potensi besar tersebut, kesejahteraan petani singkong sering kali tidak sebanding dengan kontribusi mereka terhadap sektor ekonomi.
Petani singkong di Lampung menghadapi berbagai tantangan yang menghambat produktivitas dan keuntungan mereka. Salah satu masalah utama adalah biaya produksi yang cenderung tinggi, termasuk biaya untuk pupuk, tenaga kerja, dan pengelolaan lahan. Selain itu, Petani di Lampung juga dipermainkan oleh perusahaan yang menetapkan harga secara sepihak, yang dimana harga jual singkong pada tahun 2024 ini Rp. 700 per Kg,
Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada pendapatan petani, tetapi juga pada motivasi mereka untuk mengelola lahan secara optimal. Beberapa petani bahkan mulai beralih ke komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan. Jika masalah ini tidak segera diatasi, keberlanjutan sektor singkong di Lampung dapat terancam, sehingga mengurangi kontribusi daerah ini terhadap ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan petani singkong. Program seperti pelatihan teknologi pertanian, peningkatan akses pasar, dan stabilisasi harga dapat menjadi solusi untuk menjaga keberlanjutan sektor singkong di Lampung. Dengan demikian, Lampung dapat terus memainkan perannya sebagai sentra utama produksi singkong nasional.
DESKRIPSI MASALAH
1. Fluktuasi Harga yang Tidak Stabil, Dimana Harga singkong di tingkat petani sering kali tidak stabil dan cenderung rendah. Pada tanggal 12 Desember 2024 tercatat bahwa harga singkong anjlok yang dimana menyentuh Rp1.025 per kg. Ketergantungan pada tengkulak membuat petani tidak memiliki daya tawar dalam penentuan harga.
2. Ribuan petani singkong Provinsi Lampung berunjuk rasa di depan Kantor Pemerintah Daerah dan DPRD Lampung Utara dengan menjerit dan meminta pemerintah agar mendesak pabrik menaikkan harga singkong menjadi Rp1.500 Per Kg. Â Para petani mengeluhkan hal tersebut lantaran tidak bisa mendapat untung, karena keuntungan bersih yang didapat petani hanya sekitar Rp 700 per kilogramnya. (Radartv. 2024)Â
3. Minimnya Akses Pasar dan Infrastruktur Infrastruktur di pedesaan Lampung masih terbatas, sehingga petani kesulitan mendistribusikan hasil panen ke pasar yang lebih luas. Pasar lokal yang terbatas membuat petani sering kali terpaksa menjual singkong dengan harga murah kepada perantara.
4. Sistem pemasaran yang dikuasai oleh tengkulak menyebabkan petani tidak memiliki pilihan lain selain menerima harga yang ditawarkan. Tidak adanya koperasi atau organisasi petani yang kuat memperburuk posisi tawar petani. Dan Kurangnya Dukungan Kebijakan yang Berpihak Kebijakan pemerintah cenderung belum memberikan perlindungan harga minimum atau insentif bagi petani singkong. Subsidi pupuk dan sarana produksi juga sering kali tidak tepat sasaran.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Lampung, sebagai salah satu lumbung singkong nasional, memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan dan industri pengolahan di Indonesia. Namun, tantangan yang dihadapi petani singkong seperti harga jual rendah, biaya produksi tinggi, dan kurangnya akses ke pasar sering kali menghambat kesejahteraan mereka. Untuk mengatasi permasalahan ini, berbagai strategi dapat diterapkan, mulai dari pembentukan koperasi hingga diversifikasi produk olahan. Berikut ini adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:
1. Pembentukan dan Penguatan KoperasiÂ
Petani Koperasi petani singkong dapat menjadi solusi strategis untuk membantu petani dalam mengelola produksi, distribusi, dan pemasaran secara kolektif. Dengan bergabung dalam koperasi, petani dapat meningkatkan daya tawar mereka di pasar. Koperasi juga dapat bertindak sebagai penghubung antara petani dan pasar yang lebih luas, termasuk industri pengolahan dan ekspor. Melalui koperasi, petani dapat mengakses fasilitas bersama seperti gudang penyimpanan, alat pengolahan, dan informasi pasar yang lebih baik, sehingga mengurangi ketergantungan pada tengkulak yang sering kali menawarkan harga rendah.
2. Penetapan Harga Minimum untuk Singkong dan sesuai oleh petaniÂ
Pemkab Lampung mengadakan pertemuan dengan petani singkong untuk membahas masalah harga jual yang rendah. Dengan adanya Diskusi antara petani dan perusahaan, maka tujuannya untuk mencari solusi win-win untuk melindungi petani dari fluktuasi harga yang merugikan. Diperlukan kebijakan harga minimum yang sesuai dengan biaya produksi agar petani mendapatkan keuntungan yang layak. Kebijakan ini diharapkan memberikan kepastian pendapatan dan mendorong petani untuk terus menanam singkong sebagai komoditas utama.Â
3. Penguatan Infrastruktur Desa
Kondisi infrastruktur yang buruk di desa penghasil singkong menghambat distribusi hasil panen. Selain itu dalam Meningkatkan kualitas infrastruktur dan pengembangan fasilitas penyimpanan seperti gudang pendingin dapat membantu petani menyimpan singkong lebih lama, mengurangi tekanan untuk menjual dengan harga rendah, serta meningkatkan efisiensi logistik dan keberlanjutan sektor pertanian.Â
4. Pelatihan dan Penyuluhan Teknologi Pertanian
Peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan dan penyuluhan sangat diperlukan untuk mengoptimalkan produksi singkong. Petani perlu dibekali dengan pengetahuan tentang varietas unggul, teknik budidaya modern, dan pengelolaan hama secara berkelanjutan. Selain itu, penyuluhan tentang pengelolaan keuangan dan pemasaran akan membantu petani meningkatkan efisiensi usaha mereka. Dengan adopsi teknologi dan pengetahuan baru, petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen.
5. Diversifikasi Produk dan PengolahanÂ
Untuk meningkatkan nilai tambah singkong, pengembangan industri pengolahan di tingkat lokal sangat penting. Produk olahan seperti tepung tapioka, bioetanol, dan camilan berbasis singkong seperti tiwul memiliki potensi pasar yang besar. Dengan melibatkan petani dalam pengelolaan unit pengolahan ini, mereka dapat memperoleh pendapatan tambahan. Diversifikasi produk juga akan meningkatkan ketahanan ekonomi petani terhadap fluktuasi harga singkong mentah di pasar.
PENUTUP
Petani singkong di Lampung memegang peranan strategis dalam mendukung perekonomian daerah dan nasional. Namun, berbagai tantangan seperti harga jual rendah, biaya produksi tinggi, dan kurangnya akses ke pasar kerap menghambat kesejahteraan mereka. Untuk menciptakan keberlanjutan sektor singkong, diperlukan implementasi kebijakan yang terintegrasi dan berfokus pada pemberdayaan petani. Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan meliputi pembentukan koperasi petani untuk memperkuat daya tawar mereka dalam pengelolaan produksi, distribusi, dan pemasaran. Penetapan harga minimum bagi singkong juga menjadi penting untuk melindungi petani dari fluktuasi harga pasar yang merugikan. Selain itu, penguatan infrastruktur seperti pembangunan jalan desa dan fasilitas penyimpanan hasil panen dapat meningkatkan efisiensi distribusi.
Pelatihan dan penyuluhan teknologi pertanian juga harus menjadi prioritas untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Diversifikasi produk berbasis singkong, seperti tepung tapioka dan bioetanol, dapat menciptakan nilai tambah dan membuka peluang pendapatan baru bagi petani. Tak kalah penting, peningkatan akses pembiayaan melalui kredit mikro berbunga rendah serta transparansi dalam penyaluran subsidi sarana produksi akan mendukung keberlanjutan usaha tani. Sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan keberlanjutan sektor singkong sebagai komoditas strategis. Dengan pendekatan yang komprehensif dan dukungan semua pihak, Lampung dapat terus mempertahankan posisinya sebagai produsen utama singkong nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani yang menjadi tulang punggung sektor ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, H. PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI PEDESAAN DAN BERAS SIGER DI PROPINSI LAMPUNG MENUJU KESEJAHTERAAN PETANI.
DIDI, K. (2023). PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DESA LABUHAN RATU KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM PADA TAHUN 2023 (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
NASIONAL, L. K. T. E., & FEST, D. MENINGKATKAN HASIL PERTANIAN SINGKONG DI PROVINSI LAMPUNG.
Surya, A. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Sektor Pertanian dan Implikasinya terhadap Kesejahteraan Petani di Provinsi Lampung. Jurnal Ekonomi, 15(1), 87-140.
Tania, R., Widjaya, S., & Suryani, A. (2020). Usahatani, pendapatan dan kesejahteraan petani kopi di Lampung Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 7(2), 149-156.
TribunNews(11 Desember 2024) Pemkab Lampung Tengah Bakal Gelar Pertemuan Bahas Harga Singkong, Diakses dari https://lampung.tribunnews.com/2024/12/11/pemkab-lampung-tengah-bakal-gelar-pertemuan-bahas-harga-singkongÂ
WAHYU, A. A. A. (2024). Peranan Modal Sosial terhadap Produktivitas Petani Singkong Ditinjau dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Desa Penagan Ratu Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara) (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
Paminto, S. R., Herawati, A., Nabila, B., Aliyatunnisa, N., Putri, R. A., Alhaddi, R. U., ... & Maharani, W. P. (2024). Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Komiditi Pertanian Menghadapi Krisis Pangan Dengan Penguatan Anggaran. Hukum Inovatif: Jurnal Ilmu Hukum Sosial dan Humaniora, 1(3), 135-157.Â
Radartv(19 Desember 2024) Ribuan Petani Lampung Utara Minta Harga Singkong Naik, diakses dari https://radartv.disway.id/read/22910/ribuan-petani-lampung-utara-minta-harga-singkong-naik
Nama : Fairuzziah Putri Febriyanti
Email : fairuzziahpfbriyanti@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H