4. Sistem pemasaran yang dikuasai oleh tengkulak menyebabkan petani tidak memiliki pilihan lain selain menerima harga yang ditawarkan. Tidak adanya koperasi atau organisasi petani yang kuat memperburuk posisi tawar petani. Dan Kurangnya Dukungan Kebijakan yang Berpihak Kebijakan pemerintah cenderung belum memberikan perlindungan harga minimum atau insentif bagi petani singkong. Subsidi pupuk dan sarana produksi juga sering kali tidak tepat sasaran.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Lampung, sebagai salah satu lumbung singkong nasional, memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan dan industri pengolahan di Indonesia. Namun, tantangan yang dihadapi petani singkong seperti harga jual rendah, biaya produksi tinggi, dan kurangnya akses ke pasar sering kali menghambat kesejahteraan mereka. Untuk mengatasi permasalahan ini, berbagai strategi dapat diterapkan, mulai dari pembentukan koperasi hingga diversifikasi produk olahan. Berikut ini adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:
1. Pembentukan dan Penguatan KoperasiÂ
Petani Koperasi petani singkong dapat menjadi solusi strategis untuk membantu petani dalam mengelola produksi, distribusi, dan pemasaran secara kolektif. Dengan bergabung dalam koperasi, petani dapat meningkatkan daya tawar mereka di pasar. Koperasi juga dapat bertindak sebagai penghubung antara petani dan pasar yang lebih luas, termasuk industri pengolahan dan ekspor. Melalui koperasi, petani dapat mengakses fasilitas bersama seperti gudang penyimpanan, alat pengolahan, dan informasi pasar yang lebih baik, sehingga mengurangi ketergantungan pada tengkulak yang sering kali menawarkan harga rendah.
2. Penetapan Harga Minimum untuk Singkong dan sesuai oleh petaniÂ
Pemkab Lampung mengadakan pertemuan dengan petani singkong untuk membahas masalah harga jual yang rendah. Dengan adanya Diskusi antara petani dan perusahaan, maka tujuannya untuk mencari solusi win-win untuk melindungi petani dari fluktuasi harga yang merugikan. Diperlukan kebijakan harga minimum yang sesuai dengan biaya produksi agar petani mendapatkan keuntungan yang layak. Kebijakan ini diharapkan memberikan kepastian pendapatan dan mendorong petani untuk terus menanam singkong sebagai komoditas utama.Â
3. Penguatan Infrastruktur Desa
Kondisi infrastruktur yang buruk di desa penghasil singkong menghambat distribusi hasil panen. Selain itu dalam Meningkatkan kualitas infrastruktur dan pengembangan fasilitas penyimpanan seperti gudang pendingin dapat membantu petani menyimpan singkong lebih lama, mengurangi tekanan untuk menjual dengan harga rendah, serta meningkatkan efisiensi logistik dan keberlanjutan sektor pertanian.Â
4. Pelatihan dan Penyuluhan Teknologi Pertanian
Peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan dan penyuluhan sangat diperlukan untuk mengoptimalkan produksi singkong. Petani perlu dibekali dengan pengetahuan tentang varietas unggul, teknik budidaya modern, dan pengelolaan hama secara berkelanjutan. Selain itu, penyuluhan tentang pengelolaan keuangan dan pemasaran akan membantu petani meningkatkan efisiensi usaha mereka. Dengan adopsi teknologi dan pengetahuan baru, petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen.