"Allahu Akbar !" Pak Haji mengucap Takbir. Pandangannya menatap tajam ke awang-awang. Sementara warga yang lainnya senyap. Beberapa di antara mereka gemetaran, ada juga yang mulutnya sampai menganga.
Perempuan itu muncul, melambung-lambung di antara 2 pepohonan rimbun.
"Mengapa tak ke Masjid ? Mengapa tak mengumandangkan Adzan? Bangsaku sudah bersiap menutup telinga, beberapa sudah bersembunyi di tempat pembuangan yang kedap dan bau," sergah Wanita yang wajahnya tertutup rambut panjang.
"Kami mau menangkap Pencuri Kotak Amal !" jawab Pak Haji sedikit gemetar.
"Tidak bisa ! Dia mencari perlindungan di rumah kami ! Wajib bagi kami untuk melindunginya !"
"Setan terkutuk ! Sudah terkutuk, sukanya membela bandit yang kelakuannya terkutuk !"
"Kamu lebih terkutuk ! Kalian semua terkutuk !" Lecutan kata itu diiringi tawa cekikikan. Bau Melati bertebaran.
"Biar aku bacakan kamu ayat-ayat Allah ! Lekas-lekaslah terbakar dan enyahlah kamu ke Neraka!"
Pak Haji membaca Ayat Kursi. Warga ber-dzikir bersama-sama. Dengung suara dzikir terdengar bagai segerombolan Lebah.
Tak segera terbakar, Wanita itu malah menirukan bacaan Ayat Kursi secara fasih.
"Bagaimana bisa Ayat Suci itu menghiasi lisan-mu, bahkan tiap hari kamu membaca ber-jus-jus Qur'an, tapi tak satu pun yang terselip di hati kalian ?" ucap Wanita yang kini duduk di atas dahan Pohon Beringin.