Sikap
sebelum cerita tentang sikap udah pada tau belum sikap itu apa sih?
belum ya? yaudah dikasih tau nih
Menurut Soekardi Sutarlinah, Sikap itu didefinisikan sebagai posisi yang diambil dan dihayati seseorang terhadap benda. Sikap itu sifatnya abstrak dan impersonal, namun sikap yang paling penting adalah sikap kita terhadap orang lain.
Nah sebagian pakar menjelaskan nih bahwa sikap adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Makanya sikap itu lebih dapat dibentuk , dikembangkan , dipengaruhi ataupun diubah.
Jadi kalo seandainya menurut kita sikap kita sekarang itu kurang bagus atau baik, lebih baik sih kalo bisa kita ubah sedikit demi sedikit menjadi lebih baik. Ga ada ruginya juga kan buat kita.
Ada juga beberapa model nih yang menentukan sikap.
Yang pertama adalah Model Satu Dimensi
Model ini merupakan model yang paling sederhana dalam menjelaskan secara langsung. Dalam artian suka ataupun tidak suka terhadap objek tertentu.
Contohnya nih : Saya sangat suka menonton di bioskop, namun saya tidak pernah memilih untuk menonton film Action karena saya tidak menyukai kekerasan dan akibatnya saya menghindari film yang banyak mengandung adegan kekerasannya.
Yang kedua adalah Model Tiga Komponen
Model yang ini menjelaskan sikap dalam jangkauan yang lebih luas berdsarkan pengalaman psikologi. Sikap menyangkut tiga dimensi, yaitu :
1. Pengalaman Kognitif (Kepercayaan)
2. Pengalaman Afektif (Emosi)
3. Perilaku (Pilihan dan Tindakan)
Contohnya :
Kita tidaksukaterhadaprokok. Pertamakitatahudanpercayabahwaasaprokokmemilikiefek yang tidakbaikterutamabagiperokokpasif(Kognitif). Lalukitaakanmerasatidaknyamansaatberadadiantaraorangorang yang merokok (Afektif) danakhirnyakitaakanlangsungmenghindar / pergiketikaadatemankita yang merokok (Perilaku).
Sikap juga dapat sesuai dengan perilaku
Para peneliti telah menemukan bahwa dugaan sikap akan tergantung dari cara sikap
itu di bentuk,di ukur, dan di alami.
1. Perilaku yang spesifik
Semakin spesifik atau khusus satu sikapterhadap perilaku maka akan semakin baik
dalam memperkirakan perilaku yang terkait. Misalnya, berapa orang yang akan dating
dalam kegiatan gotong royong? Mengukur sikap yang amat umum, seperti
bertanya”apakah anda yakin bahawa daerah lingkungan kita harus bersih?” , mungkin tidak
bisa memperkirakan perilaku gotong royong secara spesifik. Mungkin banyak orang yang
setuju dengan pertanyaan umum itu, tetapi hal itu belum bisa menunjukan suatu usaha
yang spesifik.
2. Potensi sikap
Semakin kuat satu sikap dalam pemikiran seseorang maka makin besar pengaruhnya
terhadap perilaku. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sikap yang di
bentuk melalui pengalaman pribadi akan semakin kuat daripada sikap yang dibentuk
berdasarkan informasi kedua atau sumber yang tidak langsung. Misalnya, seseorang yang
telah meminta dan menerima bantuan dari calon legislatif di daerahnya lebih cenderung
untuk mendukung sang calon saat pemilihan di bandingkan orang yg tidak memiliki
pengalaman langsung dari sang calon. Sikap mereka yang tidak memiliki pengalaman
langsung ini akan cenderung untuk menunjukan ikatan kuat dengan perilaku mereka.
3. Penonjolan sikap
Berkaitan dengan potensi sikap adalah adanya kualitas penonjolan sikap. Sikap akan
semakin terlihat ataumenonjol jika lebih disadari kehadirannya dalam sikap kita.
Penonjolan sikap biasanya akan cenderung untuk di ingat dan di respons.
Sikap bisa di buat lebih menonjol dengan priming, menggunakan tanda-tanda atau
pengingat yang bisa menempel dalam pkiran seseorang. Misalnya, seseorang pemilih
belum menentukan pilihannya antara dua kandidat mungkin akan lebih dipengaruhi oleh
berbagai kampanye buruh yang ada di dekatnya. Kata-kata buruh bisa lebih utama di
bandingkan kata yang lain sehingga lebih bisa di respons olehnya.
segini dulu yaa penjelasan tentang sikap dan perilaku. semoga bisa bermanfaat untuk semuanya. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H