Mohon tunggu...
Faiq Aminuddin
Faiq Aminuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

pelayan pelajar Irsyaduth Thullab dan penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Wortel

21 Oktober 2024   11:29 Diperbarui: 21 Oktober 2024   12:17 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rahasia Wortel

Cerita anak oleh Faiq Aminuddin

Ulang tahun Hadi yang kesembilan menjadi hari ulang tahun yang sangat istimewa. Padahal bapak dan ibu tidak membuat pesta. Tidak ada kue ulang tahun. Tidak ada lilin angka sembilan. Tapi pagi itu ibu memasak sarapan kesukaan Hadi. Ketika Hadi sedang memakai seragam sekolah, ibu sudah menata sepiring nasi goreng di meja makan. Di tengahnya ada telur ceplok. Ya, Hadi sangat suka makan dengan lauk telur ceplok mata sapi. Telur gorengnya tetap putih bersih. Bentuknya bundar seperti piring kecil. Di tengahnya ada kuning telur yang juga berbentuk bundar. Hadi selalu ingat pesan Bu Guru IPA. Kata Bu Guru, kuning telur adalah nutrisi yang dapat menyehatkan otak.

"Selamat ulang tahun, Hadi." Ibu menyambut Hadi yang berjalan menuju meja makan. Ibu memeluk Hadi. "Semoga panjang umur. Semoga selalu sehat. Semoga jadi anak yang semakin baik. Amin."

Hadi yang masih terkejut hanya bisa menjawab, "Amin."

"Maaf, ibu tidak punya hadiah. Ibu hanya punya sarapan kesukaan Hadi. Silakan dinikmati ..." Ibu menyodorkan segelas susu.

Hadi alergi dengan susu sapi. Oleh karena itu ibu membelikan susu kedelai.

"Terima kasih, Bu."

Hadi pun menyantap sarapannya dengan lahap.

"Jangan lupa berdoa dulu, Nak." Ibu mengingatkan.

Hadi tersenyum malu.

Hadi memejamkan mata dan menengadahkan tangan. Hadi berdoa dalam hati, semoga ibu, bapak, kakak, nenek dan semua keluarga panjang umur. Semoga Tuhan selalu memberi rezeki yang berkah.

"Amin," ucap Hadi pelan.

Sesudah sarapan, Hadi segera berpamitan dengan ibu, bapak, dan nenek untuk berangkat sekolah. Hadi berangkat sekolah bersama Kak Rafa. Mereka berdua naik sepeda. Kak Rafa di depan. Dik Hadi membonceng di belakang. Sambil mengayuh sepeda, Kak Rafa menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk adiknya.

"Selamat ulang tahun, kami ucapkan. Selamat panjang umur, kita 'kan doakan. Selamat, sejahtera, sehat sentosa! Selamat panjang umur dan bahagia!"

Ketika pulang sekolah, Hadi mendapat kejutan.

"Itu ada titipan dari Man Amin untuk Dik Hadi dan Kak Rafa."

Hadi melihat dua kandang kelinci di dekat pintu. "Tadi Paman datang. Sekarang Paman pergi ke rumah nenek tapi nanti langsung pulang. Tidak kembali ke sini lagi. Paman minta maaf."

"Terima kasih, Bu."

Man Amin adalah paman Hadi. Dia tinggal di desa lain. Hadi dan keluarga tinggal di daerah pesisir. Desa Hadi dekat laut. Sedangkan keluarga Man Amin tinggal di daerah pegunungan. Man Amin memang petani wortel. Dia punya ladang wortel.

Selain dua pasang kelinci, Man Amin juga memberi sekarung wortel untuk mereka. Hadi tahu kalau kelinci suka wortel. Setiap hari kelinci Hadi dan Rafa diberi makan wortel. Tapi ibu-ibu tetangga merasa sayang kalau wortel diberikan kepada kelinci. Menurut mereka wortel lebih bermanfaat dimakan manusia. "Kelinci kan bisa makan rumput," kata mereka.

Hadi setuju. Wortel memang enak dan bermanfaat untuk manusia. Tapi Hadi tidak mau rebutan wortel dengan kelincinya. Kalau Hadi makan wortel, maka kelincinya juga harus makan wortel juga.

Hadi ingin menanam wortel. Kak Rafa coba mencari informasi tentang cara menanam wortel. Mereka berdua meminjam HP bapak untuk mencari informasi di internet.

"Kita bisa menanam wortel dari bijinya atau potongan wortel itu sendiri," Rafa mencoba menjelaskan kepada adiknya.

Rafa berencana meminta biji wortel kepada Paman Amin. Sedangkan Hadi ingin mencoba menanam dari potongan wortel. Bapak dan ibu senang dan mendukung kedua anaknya mencoba menanam wortel. Bapak menyarankan mereka menanam wortel dari biji saja. Bapak pun menyempatkan berkunjung ke rumah paman untuk meminta biji bibit wortel.

Rafa dan Hadi mulai dengan menyiapkan pot dan tanah. Mereka menonton video cara menanam wortel. Setiap hari, Hadi dan Rafa merawat tanaman wortel mereka. Mereka menyiramnya setiap pagi dan sore. Mereka juga memastikan tanaman mendapat sinar matahari yang cukup.

Hadi sangat bersemangat. Dia sering memeriksa tanaman wortelnya. Rafa mengajarinya cara merawat tanaman dengan benar. "Jangan terlalu banyak menyiramnya, Dik. Nanti tanaman bisa busuk," kata Rafa.

Hari demi hari berlalu. Tanaman wortel mereka mulai tumbuh. Hadi sangat senang melihat daun hijau kecil muncul dari tanah. "Kak, lihat! Tanamanku tumbuh!" seru Hadi dengan gembira.

Rafa juga senang. "Bagus, Dik. Kita harus tetap merawatnya dengan baik."

Hadi dan Rafa terus merawat tanaman wortel mereka. Ibu dan bapak sering melihat mereka bekerja di kebun kecil mereka. "Kalian hebat, Nak. Teruslah berusaha," kata bapak dengan bangga.

Suatu hari, Hadi dan Rafa memutuskan untuk memeriksa tanaman wortel mereka. Mereka ingin melihat apakah wortel sudah siap dipanen. Dengan hati-hati, mereka menggali tanah di sekitar tanaman.

Ternyata wortel mereka masih kecil. "Tidak apa-apa, Dik. Kita harus sabar," kata Rafa.

Hadi mengangguk. "Iya, Kak. Kita harus sabar."

Mereka menutup kembali tanaman wortel dan terus merawatnya.

Waktu terus berlalu. Hadi dan Rafa tidak pernah menyerah. Mereka terus menyiram dan merawat tanaman wortel mereka. Hingga suatu hari, mereka melihat wortel mulai membesar.

Hadi sangat senang. "Kak, lihat! Wortel kita sudah besar!"

Rafa juga senang. "Iya, Dik. Kita sudah bisa panen."

Dengan hati-hati, mereka mencabut wortel dari tanah. Hadi memegang wortel pertamanya dengan bangga. "Aku berhasil, Kak!"

Rafa tersenyum. "Kita berhasil, Dik."

Hadi dan Rafa merasa sangat bahagia. Wortel pertamanya, Hadi berikan kepada kelinci kesayangannya. Melihat kelincinya lahap menyantap wortel hasil panennya, Hadi tersenyum bahagia. Hadi merasa ulang tahun kesembilannya adalah yang terbaik. Meskipun tidak ada pesta atau hadiah besar, dia mendapatkan sesuatu yang lebih berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun