Setelah memeriksa Tata, bu bidan menyarankan agar Tata istirahat total selama tiga hari. Ibu pun mengiyakan tapi berharap cukup istirahat sehari saja. "Padahal ujiannya belum selesai, Bu. Masih tiga hari."
"Ini saya buatkan surat keterangan untuk ijin tidak masuk sekolah. Setahu saya, biasanya ada ujian susulan. Nanti setelah sembuh, Tata bisa sekolah lagi dan ikut ujian susulan.Â
Yang penting, sekarang Tata harus benar-benar istirahat agar lekas sembuh." Begitu pesan bu bidan sambil mengemasi obat untuk Tata. Sepulang dari rumah bu bidan, Tata merasa sangat ngantuk dan segera tertidur.
Hati Tata sangat berdebar-debar. Hari itu teman-teman sekelas Tata terlihat sangat gembira. Dafa dan teman-teman laki-laki sedang asyik membahas pakaian yang akan dipakai saat acara rekreasi setelah ujian.Â
Ani, teman sebangku Tata juga sedang asyik ngobrol dengan teman-teman perempuan.Â
Mereka membahas riasan untuk acara wisuda. Hanya Tata yang terlihat cemas. Hari itu adalah hari pengumuman kelulusan. Tata sangat khawatir kalau tidak lulusa karena pernah tidak berangkat sekolah dan tidak ikut ujian.
Dada Tata semakin dag dig dug ketika satu persatu murid dipanggil pak Bakri untuk menerima amplop pengumuman kelulusan. Ani sudah panggil. Selanjutnya Anton kemudian Dafa, Endang, Haikal, Hilman, Irwan, Januar, Kamala, Laila, Maria, Nurman, Ophi, Puspa, Quinta, Ratna, Ridho, Rusmanto, Saskia, Siti, dan Somat. Dan akhirnya tibalah giliran Tata.
"Talita Qonita." Suara pak Bakri itu sebenarnya tidak begitu keras. Tapi entah mengapa Tata tetap terkejut dan semakin gugup. Tata berjalan agak sempoyongan. Setelah menerima amplop putih dari tangan pak Bakri, Tata langsung membukanya. Mata Tata terbelalak melihat tulisan TIDAK LULUS.
"Tidak! Tidak! Tidaaak!" Tata Pun berteriak-teriak histeris.
"Kenapa, Tata?" Tanya ibu sambil menggoyang-goyang badan Tata.
Tata terbangun dari mimpi buruknya.