Pagi itu ibu terkejut saat membangunkan Tata. "Tidak biasanya Tata bangun kesiangan," batin ibu sambil menggoyang-goyang lengan Tata. Ternyata badan Tata terasa panas. Ibu menyakikan lagi dengan meletakkan telapak tangannya di atas dahi Tata.
"Badanmu panas sekali, Tata. Ibu izinkan ke pak guru ya?"
Tata menggeleng dan mencoba berdiri sambil memejamkan mata. Tata tidak berani mandi.Â
"Tata harus berobat dulu, Tata."
Tata tidak menyahut dan malah memakai baju seragamnya.Â
Ibu mengerti kalau Tata sangat ingin tetap berangkat sekolah karena hari ini masih ujian. Ibu segera membuatkan teh hangat manis.
"Ayo, minum dulu kemudian minum obat. Semoga panasnya segera turun dan kamu bisa ikut ujian."
Tata mengangguk lemas.
Teh manis itu di mulut Tata terasa pahit. Tata hampir saja memuntahkannya.
Setelah minum teh dan obat penurun panas, Tata segera memakai kaos kaki. Ketika hendak jongkok untuk memakai sepatu, kepala Tata terasa sangat pusing. Tata pun jatuh. Air mata berlinangan di kedua pipi Tata. Maksud hati ingin berangkat sekolah dan mengikuti ujian. Tapi badannya tidak kuat. Kepalanya pusing dan terasa ingin muntah.
Bapak segera memapahnya menuju sepeda motor. Ibu memegangi badan Tata di belakang. Bapak segera menghidupkan motor dan berangkat. Bapak dan ibu tidak mengantar Tata ke sekolah tapi membawanya ke rumah bu bidan.