"Tetap semangat, Dik. Pendapat orang memang berbeda-beda. Dik Yoga tidak salah," hibur kak Andi sambil mengusap-usap punggung Yoga.
"Kakak juga suka main game online. Kita harus membuktikan kalau tidak pemain game online itu bukan anak nakal. Dik Yoga bukan anak nakal kan?"
Yoga menggeleng.
"Selain juara game online, kalau bisa Dik Yoga juga jadi juara kelas di sekolah. Setuju?"
Yoga mengangguk.
Sejak kejadian itu, Yoga minta bantuan Kak Andi untuk mendampingi belajar bersama. Teman-teman Yoga yang setiap siang mabar diajak untuk belajar bersama setiap Kamis siang. Kak Andi juga mengajari Yoga dan teman-temannya memasang aplikasi kamus dan ebook reader di HP. Jadi, HP tidak hanya untuk main game tapi juga untuk baca buku dan mengerjakan tugas sekolah.
Suatu pagi Yoga dipanggil pak Udin untuk menghadap di kantor sekolah. Yoga berjalan pelan sambil mengingat-ingat kesalahan apa yang sudah dilakukannya.
"Yoga, saya dengar kamu juara lomba game online tingkat desa. Juara berapa?" Suara pak Udin pelan tapi Yoga terkejut karena ada kata game online. Yoga mengira pak guru akan memarahinya karena sudah jadi juara main game.
"Juara satu ya?"
Yoga mengangguk dan menunduk malu.
"Selamat, ya."