Hari-hari berlalu. Rafa mencoba untuk tidak terlalu sedih. Meski kehilangan Dik Hadi, Rafa merasa harus kuat. Rafa ingin menjadi anak yang rajin dan baik agar bisa mendapatkan izin Tuhan untuk masuk surga, seperti yang dikatakan ibu. Rafa ingin kelak bisa bermain lagi dengan Dik Hadi di taman yang indah itu. Rafa selalu berdoa dan berharap Tuhan mendengar doa-doanya. Rafa tahu bahwa kehilangan Dik Hadi adalah hal yang sangat berat. Tapi Rafa percaya bahwa Tuhan pasti punya rencana yang baik untuk keluarganya.
Setiap sore, Rafa duduk di teras rumah sambil memandang langit. Rafa membayangkan Dik Hadi yang sedang tersenyum dari atas sana. Rafa selalu menyapa adiknya dalam hati, "Dik Hadi, Kakak kangen. Kakak akan selalu berdoa untukmu. Semoga kita bisa bertemu lagi di surga, ya."
Waktu berlalu. Perlahan-lahan kesedihan di hati Rafa mulai berkurang. Rafa mulai terbiasa tanpa kehadiran Dik Hadi. Tapi kenangan tentang adiknya selalu tersimpan di dalam hati. Rafa semakin rajin belajar dan beribadah. Rafa berharap bisa menjadi lebih baik. Rafa ingin bisa selalu bersyukur seperti pesan nenek.
Meski kehilangan adik yang dicintai, Rafa harus tetap semangat. Rafa ingin mewujudkan semua impian yang pernah mereka bicarakan bersama. Rafa berjanji akan selalu mengenang Dik Hadi. Dan setiap kali melihat langit biru, Rafa merasa bahwa adiknya sedang tersenyum bahagia dari surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H