Paginya, Rafa ikut mengantarkan jenazah dik Hadi dimakamkan di kuburan. Rafa tidak bisa menahan air matanya. Kedua pipi dan hidung Rafa basah. Rafa membayangkan dik Hadi sendirian di dalam tanah.
"Kasihan, dik Hadi... tubuhnya akan membusuk di dalam tanah..."
Bapak mendekap Rafa. "Sudah menangisnya, Kak... Tubuh dik Hadi memang sudah mati. Tapi ruhnya masih ada. Biarlah, dik Hadi berangkat ke surga dulu. Semoga kelak kita bisa berkumpul bersama di surga."
Malam harinya, ketika tidur Rafa bermimpi bertemu dengan Dik Hadi. Rafa melihat dik Hadi sedang asyik bermain di dalam taman yang sangat indah. Di taman itu ada banyak permainan yang asyik dan seru. Berbagai makanan dan minuman kesukaan Dik Hadi dan Rafa juga tersedia dan siap dinikmati dengan gratis.
Sayup-sayup terdengar suara Dik Hadi memanggil. "Kak Rafa ... Ayo kita bermain bersama. Kak Rafa .... Bapak dan ibu di mana? Ajak ke sini, dong ..."
Rafa ingin melangkah menaiki anak tangga. Akan tetapi kakinya tidak bisa digerakkan. Rafa ingin mengangkat tangan dan melambai kepada Dik Hadi. Entah mengapa tangannya juga tidak bisa digerakkan. Semakin kuat Rafa berusaha, rasanya semakin berat. Dan akhirnya Rafa terjatuh dari tempat tidur dan terbangun dari mimpi.
"Bu... Mengapa saya tidak bisa menyusul adik ke Surga? tanya Rafa setelah menceritakan mimpinya ke ibu.
"Yang bisa masuk surga itu hanya yang dapat ijin dari Tuhan. Jadi, kita harus taat pada perintah tuhan." Begitu jawab ibu.
"Apa saja sih perintah Tuhan yang harus kita taati?"
"Ya seperti yang kak Rafa pelajari pada pelajaran agama di sekolah..."
Rafa mengangguk-anggukan kepala.