Mohon tunggu...
Faiq Aminuddin
Faiq Aminuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

pelayan pelajar Irsyaduth Thullab dan penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alarm Tengah Malam

13 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 13 Oktober 2024   18:04 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alarm Tengah malam

Cerita Anak Faiq Aminuddin

Namanya Adi Saputra. Murid kelas lima ini biasa dipanggil Adi. Adi suka sibuk dengan HPnya. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, Adi hampir tidak pernah berpisah dengan HPnya.

Adi baru saja mendapat hadiah HP dari bapaknya. Adi sangat senang walau hadiahnya bukan HP baru. Adi memang sudah lama ingin punya HP. Adi sudah minta kepada ibu. Ibu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Adi juga sudah minta kepada bapak. Bapak juga selalu menjawab, "belum waktunya."

Mungkin karena Adi terlalu sering merengek minta dibelikan HP, Bapak pun akhirnya berjanji akan membelikan HP. Tentu saja Adi senang sekali.

"Tapi ada syaratnya," kata bapak.

Adi tetap senang, mungkin karena belum tahu syarat yang diajukan Bapak.

"Apa syaratnya, Pak?" Adi bertanya penuh semangat.

Ternyata, Bapak akan membelikan Adi HP jika dia meraih peringkat pertama saat penerimaan rapor. Ini syarat yang sangat berat bagi Adi. Adi tetap semangat. Adi semakin rajin belajar. Adi juga semakin rajin berdoa.

Biasanya, saat penerimaan raport, Adi selalu berada di peringkat ketiga. Peringkat pertamanya selalu diraih oleh Eka. Peringkat keduanya juga selalu diraih oleh Aqil. Jadi, sepertinya sulit sekali bagi Adi untuk meraih peringkat pertama.

Adi sangat beruntung. Menjelang tengah semester, Eka pindah sekolah ke Jakarta. Eka sekeluarga pindah ke Jakarta karena bapaknya pindah tugas di kampus universitas negeri Jakarta. Adapun Aqil, tiba-tiba sakit sehari sebelum penilaian akhir semester. Aqil harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.

Bapak pun menepati janjinya karena Adi berhasil meraih peringkat pertama saat penerimaan rapor. Adi sangat senang sekali mendapat hadiah HP.

"Jangan sampai HP malah mengganggu belajarmu." Begitu pesan bapak saat memberikan hadiah kepada Adi. Ibu juga ikut berpesan, "boleh pakai HP tapi jangan sampai lupa waktu."

Mungkin karena terlalu senang, Adi lupa dengan pesan bapak dan ibu. Mulai bangun tidur sampai mau tidur, Adi selalu sibuk dengan HPnya.

Baru saja bangun tidur, Adi langsung cari HPnya. Setelah melepas kabel penambah daya, Adi langsung sibuk lihat-lihat media sosial di HPnya. Adi terlihat lebih serius saat melihat informasi tentang lomba pelajaran matematika untuk pelajar SD.

"Adi, ayo mandi dulu," teriak ibu dari dapur.

"Iya, Bu. Sebentar ...," jawab Adi.

Adi masih asyik melihat-lihat postingan yang sedang viral.

Beberapa menit kemudian ibu mengingatkan lagi.

"Adi, ayo mandi dulu," kata ibu sambil menghampiri Adi. Ibu mendorong Adi untuk berjalan menuju kamar mandi.

Adi sangat beruntung punya ibu yang sangat perhatian. Kalau tidak diingatkan ibu, mungkin Adi masih asyik dengan HPnya sampai siang hari.

Selesai mandi, Adi kembali sibuk dengan HPnya.

"Lho lho lho ... belum ganti pakaian kok sudah main HP," tegur bapak yang sudah berpakaian rapi.

Bapak berjalan menuju ke ruang makan. Bapak membantu ibu menyiapkan sarapan. Ketika sarapan sudah siap, Adi belum juga muncul di ruang makan.

"Adi, mari kita sarapan bersama. Sudah ditunggu Bapak, lho."

Ibu menjemput Adi di kamarnya dan mendorongnya agar segera berjalan menuju ruang makan. Adi bangkit berjalan sambil tetap sibuk dengan HPnya.

Bruk!

Kaki Adi menabrak pintu ruang makan.

Bapak tersenyum melihat Adi berjalan sambil asyik dengan HPnya. Bapak menahan diri untuk tidak marah. Bapak memang tidak suka marah. Bapak tidak pernah memarahi anak saat makan bersama.

Adi meletakkan HPnya di meja makan. Adi memiringkan HPnya dan menyandarkannya pada gelas. Adi sarapan sambil menonton video tutorial membuat robot. Adi penasaran dengan cara membuat robot.

Bapak dan ibu kompak menggeleng-gelengkan kepala. Mereka prihatin melihat Adi sarapan sambil nonton video di HP.

"Ehm. Sebelum kita makan bersama, bapak minta tolong Adi memimpin do'a," kata bapak pelan. Bapak sengaja coba mengalihkan perhatian Adi dari HP.

Selesai makan, Adi berangkat ke sekolah. Bapak berangkat kerja sebagai penjaga toko HP di kota kecamatan. Ibu menjahit di rumah. Ibu Adi adalah penjahit pakaian. Di depan rumah Adi ada papan nama bertuliskan "Penjahit Bu Sri. Menerima Jahitan Pakaian Wanita dan Pria".

Di sekolah, Adi bercerita kepada pak guru Syamsul. Adi minta ijin untuk mendaftar lomba pelajaran matematika. Adi memang suka berhitung. Adi juga suka permainan tebak-tebakan. Jadi, Adi suka ikut lomba walau tidak menang. Pak Syamsul juga mendukung rencana Adi.

Pulang dari sekolah, Adi langsung mencari HPnya. Seperti kemarin, siang itu Ibu juga mengingatkan Adi tanpa emosi.

"Kalau mau main HP, tolong ganti baju dulu!" Begitu pesan ibu.

"Iya, Bu," jawab Adi dengan tetap asyik dengan HPnya.

Sesuai saran pak Syamsul, Adi memeriksa kembali informasi lomba dengan lebih teliti. Adi menyalin informasi tersebut kemudian mengirimkan ke HP pak Syamsul lewat aplikasi perpesanan. Adi juga mengirimkan tautan sumber informasi tersebut.

"Demi keamanan, sebelum mendaftar, lebih baik Adi minta pertimbangan orang tua dulu." Begitu pesan pak Syamsul tadi pagi.

Adi ingin memberi tahu ibu tapi ragu. Ternyata lomba tersebut tidak gratis. Adi tidak mau merepotkan bapak dan ibunya lagi. Adi sudah sangat senang karena dibelikan HP.

Beberapa saat kemudian, ibu melihat Adi masih memakai sepatu. Tas sekolahnya tergeletak di dekat pintu. Ibu pun mengambilkan baju ganti.

"Ini, ganti baju dulu, Nak."

Adi terkejut sehingga HPnya terlepas dari tangan. Untung HPnya tidak jatuh ke lantai. Ibu pun hanya geleng-geleng kepala.

"Pak, bagaimana ya caranya agar Adi tidak lupa waktu karena terlalu asyik dengan HPnya?" Begitu tulis ibu lewat aplikasi perpesanan. Ibu mengirim pesan tersebut kepada Bapak yang masih di tempat kerja.

Kebetulan saat masih waktu istirahat. Bapak pun segera membalas pesan Ibu.

"Baik, bu. Coba nanti saya minta Adi untuk pasang aplikasi pengingat. Ibu yang sabar ya. Semoga Adi nanti Adi bisa lebih disiplin. Amin."

Saat makan siang, Adi menerima pesan dari Bapak. Adi pun segera memasang aplikasi pengingat. Adi coba mengaktifkan pengingat pada setiap kegiatannya. Adi mulai dengan mengatur pengingat untuk bangun tidur, mandi, sarapan, dan berangkat sekolah. Adi juga mengatur pengingat untuk tidur siang, les, mandi sore, makan malam, belajar dan tidur. Lengkap sudah.

Siang itu, seperti biasanya, ibu mengingatkan Adi untuk tidur siang. Adi heran mengapa aplikasi pengingatnya tidak berbunyi. Adi memeriksa kembali pengaturan waktu untuk pengingat bangun tidur siang. Adi mengaturnya pada pukul 02.00. Adi yakin nanti pada pukul dua siang, HPnya akan membangunkannya dengan nada dering pilihannya. Adi sengaja memilih dan nada dering sirine. Menurut Adi suara sirine akan lebih mudah membangunkannya walaupun sedang tertidur lelap.

Sudah pukul dua siang. Adi belum bangun. Ibu memeriksa tempat tidur Adi. Ibu akan menggoyang-goyang tubuh Adi agar terbangun, tapi tidak jadi.

"Ah biarlah Adi tidur. Lagian tadi Adi tidak berpesan minta dibangunkan. Mungkin sore ini les Adi sedang diliburkan. Kalau saya bangunkan, nanti Adi malah sibuk dengan HPnya lagi." Begitu kata Ibu dalam hati.

Ibu sengaja menghidupkan kipas angin di kamar Adi.

"Tidurlah yang nyenyak, Nak. Jangan terlalu sering main HP," kata Ibu dalam hati.

Ibu pun melangkah pelan-pelan keluar kamar. Ibu juga menutup pintu kamar dengan pelan-pelan.

Dua jam kemudian, Ibu masuk kamar Adi lagi. Ternyata Adi sudah bangun dan sedang asyik dengan HPnya.

"Siang tadi, Adi tidak ada kegiatan?" tanya ibu.

"Sebenarnya ada, Bu. Adi tadi sudah janji sama teman-teman untuk ikut ekskul robotika. Kebetulan latihan siang tadi ternyata kosong. Pembinanya pak Syamsul. Tadi pak Syamsul harus ke mengikuti Zoom meeting persiapan lomba matematika."

Ibu hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Ohya, tolong nanti jangan lupa bantu ibu menyiram tanaman."

"Siap, Bu!"

Adi ingat pesan bapak bahwa ibu sedih jika melihat Adi terlalu sibuk dengan HP. Oleh karena itu Adi langsung bangkit dan berlari ke belakang rumah. Di belakang rumah ada beberapa tanaman cabai dan tomat. Adi membantu ibu menyiram tanaman dengan senang hati.

Adi menikmati suasana sejuk di belakang rumah. Angin bertiup sepoi-sepoi. Ranting-ranting cabai dan tomat bergoyang-goyang. Adi memercikkan air dari ember ke gundukan tanah di sekitar tanaman-tanaman itu.

Sore dan malam itu, Adi sengaja tidak begitu sibuk dengan HPnya. Setelah makan malam Adi belajar lebih lama dari biasanya. Walaupun besok pagi tidak ada jadwal pelajaran matematika, malam itu adi sengaja belajar matematika. Adi memang suka matematika. Apalagi Adi berencana akan mendaftar lomba matematika. Adi belajar sampai agak larut malam dan tertidur.

Pukul satu dini hari, HP Adi berbunyi. Adi terbangun dan melihatnya. Di layar HP tertulis "Tidur Siang".

"Mengapa pengingat tidur siang malah berbunyi tengah malam?" tanya Adi heran.

"Siapa yang menelpon, Nak?" Terdengar suara bapak dari luar kamar.

"Bukan telepon, Pak. Tapi pengingat tidur siang," jawab Adi.

Bapak pun tersenyum. Bapak pun menjelaskan seharusnya Adi mengatur pengingat tidur siang pada pukul 13.00 atau 01.00 PM bukan 01.00 AM.

Adi mengangguk-anggukan kepala. Sekarang Adi tahu mengapa pengingat di HPnya tadi siang, sore dan malam tidak berbunyi. Adi ingin membetulkan pengaturan pengingatnya tapi rasanya masih mengantuk sekali. Tidak lama kemudian sudah tertidur lagi.

Bapak mengambil HP dari tangan Adi. Bapak memeriksa aplikasi pengingat di HP Adi. Bapak coba membetulkan pengaturan waktu untuk pengingat bangun tidur siang, bangung tidur siang, mandi sore, makan malam dan tidur. Setelah itu bapak mematikan HP Adi dan meletakkannya di meja belajar.

"Selamat tidur, Nak. Semoga HP ini dapat membantumu lebih pintar," bapak berdoa pelan-pelan.

"Amin," sahut ibu yang ternyata juga terbangun dari tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun