Orang bilang bahwa "Hitam tak selalu jahat. Seperti halnya putih tak selalu baik". Namun bagi andri, hitam tetaplah hitam yang menandakan kepada keburukan atau kesengsaran. Lebih tepatnya kecewa.
Sedari berangkat hingga di sekolah, andri selalu bermuka masam bak abu yang baru di bakar. Tak sedikitpun menyunggingkan lengkungan senyum di wajahnya. Bila dahulu banyak yang berbicara tentangnya bahwa dia hitam manis. Mungkin hari ini bukan hitam manis. Hitam masam bak kulit manggis.
Namun sejatinya, andri punya sifat manis yang tidak banyak orang tahu. Karena "Baik jahatnya seseorang bukan dari fisik. Karena fisik hanya bagian luar yang mungkin dapat dilihat semua orang" itu benar adanya.
Jadi jika kau belum tahu kepribadian asli seseorang, jangan sesekali kau mencelanya bahkan menghinanya. Karena orang yang benar-benar baik perangainya, tidak akan menunjukkan kebaikannya di hadapan orang yang mencelanya.
"Bapak kamu mana dri? Nggak ngambilin buku?" tanya salah seorang teman kelasnya.
"Ayahku hari ini ada rapat, jadi belum bisa ngambilin buku" jawabnya.
"Terus siapa yang ngambilin buku? Kakak kamu?"
"Enggak, aku sendiri nanti yang ngambil" jelasnya.
Dengan wajah bingung dan sedikit tertawa, temannya itu keluar dengan perasaan tidak percaya bahwa andri akan mengambil bukunya sendiri tanpa diwakilkan oleh orang tua atau kakanya.
Andri pulang menggunakan angkutan umum bersama kakanya masih dengan wajah kulit manggis. Sepanjang jalan, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut andri. Hingga kakanya bingung, apa yang terjadi pada adiknya itu. Sedang puasa berbicara atau memang sedang ada masalah.Â
Namun, kakanya lebih memilih diam tak bertanya dari pada harus bertanya di angkutan umum yang mungkin sekali terjadi perdebatan bahkan keributan. Bagi mereka berdua, berdebat dan bergulat sudah menjadi makanan pokok sehari-hari di rumah.