Mohon tunggu...
Faidhil Akbar
Faidhil Akbar Mohon Tunggu... Seniman - Rebahan itu harus, belajar ya apalagi

Tetap hihihaha walau hati huhahuha

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah dari Kisah (1)

12 April 2020   20:14 Diperbarui: 12 April 2020   20:24 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayahnya, Ahmad Farhan, ST. Seorang sarjana tehnik yang tidak kenal lelah dan pantang mengeluh dalam bekerja. Karena ayahnya tahu, rasa lelah mampu hilang dengan istirahat, namun jika beristirahat terlalu lama tidak akan mendapatkan keberkahan hidup.

Ayahnya bukanlah seorang ustadz atau ulama di desanya. Tidak pula tahu banyak tentang agama, dan mengaji pun masih terbata-bata. Namun ayahnya tidak pernah absen untuk mengaji setiap waktu walupun hanya satu halaman.

Tidak hanya itu, ayahnya selalu terbiasa untuk shalat berjama'ah di masjid jika sedang libur kerja dan setiap subuh ayahnya selalu hadir dibarisan pertama shaf masjid. Tidak banyak yang diharap ayahnya, semoga ibadahnya bisa diterima oleh sang kuasa dan kelak anak-anaknya bisa mengikuti kebiasaan ayahnya ini. Mampu membaca al-qur'an dengan bacaan yang baik sesuai hukum bacaan, dan sebagainya.

Yang jelas, ayahnya ingin anak-anak nya bisa menjadi lebih baik dari ayah dan ibu nya saat ini dengan segala keterbatasan terutama keterbatasan pengetahuan agama yang memang dahulu ayahnya tidak cukup waktu untuk banyak belajar agama dan mengaji.

Semasa kecilnya, ayah andri memang sudah hidup dalam keterbatasan dan ayah nya lah yang menjadi pembantu peringan beban di keluarganya; karena ayah andri merupakan anak ke dua dari lima bersaudara. Sebagai anak lelaki pertama, secara tidak langsung ia dituntut untuk membantu meringkan beban orang tua terutama dalam hal biaya pendidikan untuk adik-adiknya.

Walaupun ia bukanlah anak pertama, ia harus melakukan itu; karena anak pertama adalah seorang perempuan yang dirasa terlalu berat jika harus menuntut anak perempuan sebagai pendorong untuk biaya pendidikan adik-adiknya.

"Ayah, tadi di sekolah temen-temen udah banyak yang ngambil buku. Orang tua nya udah ngantri dari sebelum istirahat di koperasi. Kaka belum ngambil buku yah, besok ayah bisa ngambilin nggak?" harap andri

"Ayah besok ada rapat kak, dari jam delapan sampe dzuhur. Kemungkinan ayah ngga bisa. Udah kaka ambil sendiri aja ke koperasi, bawa kwitansinya besok ke sekolah yah kak" jawab ayahnya.

Andri hanya menganggukkan kepalanya, tanda bahwa ia setuju dengan perkataan ayahnya tadi. Padahal, sejak di kelas andri membayangankan besok ayahnya akan mengambilkannya buku seperti teman-teman nya yang lain.

Namun, bayangan itu sirna seketika dengan penuturan ayahnya tadi yang memang hanya seorang pegawai, namun dipercaya oleh para jajaran atas di kantornya sehingga ia dipercaya untuk selalu ikut andil dalam setiap pertemuan membahas rencana dan masalah yang ada di kantornya tersebut.

Pagi ini awan sedang dirundung beban hingga menutup celah kebahagiaan yang dinanti-nanti oleh para penduduk bumi. Menanti kehangatan alami tanpa harus bayar namun bermanfaat; karena tubuh manusia butuh paparan sinar alami itu agar kestabilan stamina tubuh tetap terjaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun