Mohon tunggu...
Fahrurozi Umi
Fahrurozi Umi Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Penulis pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di MI al-Khairiyyah, Panecekan. Dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Mts al-Khairiyyah, Panecekan. Kemudian meneruskan jenjang studi di Pondok Pesantren Modern Assa'adah, Cikeusal. Dan penulis lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Batas-Batas Canda dalam Islam

1 Juli 2023   08:23 Diperbarui: 1 Juli 2023   08:26 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abu ad-Darda' ra. berkata: "Saya merelaksasikan jiwa saya dengan (melakukan) hal-hal yang remeh (dan menghibur) sehingga ia menjadi lebih kuat untuk menggapai kebenaran."

Akan tetapi, sekalipun hiburan serta canda dan tawa pada prinsipnya diperbolehkan, namun terdapat beberapa rambu yang mesti diperhatikan, di antaranya:

1). Tidak boleh berbohong dan membuat-buat ketika mencandai orang lain. Seperti yang biasa dilakukan sebagian orang di awal bulan April, yang kemudian dikenal dengan slogan "April Mop". Karena itu Rasulullah saw. bersabda:

"Celakalah orang yang bercerita hanya untuk membuat orang-orang tertawa, lalu ia berbohong. Celakalah ia! Celakalah ia!" (HR. Ahmad dan ad-Darimi).

Sebab, sekalipun Rasulullah saw. sendiri sering berseloroh, tapi beliau tetap tidak pernah berbohong.

2). Lelucon tidak boleh mengandung unsur penghinaan ataupun pelecehan terhadap orang lain. Kecuali kalau yang bersangkutan mengizinkan dan rela.

Allah swt. berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. al-Hujurat [49]: 11).

Dalam sebuah hadis sahih dijelaskan:

"Cukuplah keburukan bagi seseorang dengan menghina saudaranya sesama muslim." (HR. Muslim).

Suatu hari 'Aisyah ra. bercerita tentang salah seorang madunya kepada Rasulullah saw. Ia menghina madunya itu dengan sebutan "Si Pendek", Rasul saw. pun langsung menegur dengan ucapan: "Kamu telah mengucapkan kata yang jika kamu mencampurkannya ke laut, niscaya ia akan mencemarinya." (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun