Mohon tunggu...
Fahrul Rozi
Fahrul Rozi Mohon Tunggu... Penulis - Saya adalah seorang pembelajar yang ingin tahu banyak hal

Aku berkarya maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Penyebab Valid dan Solusi Jitu dalam Mengatasi Krisis Ekonomi di Indonesia

13 April 2020   14:26 Diperbarui: 13 April 2020   14:37 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Datangkan para ahli atau pakar-pakar di bidangnya, sebab cara kedua ini adalah cara ampuh bagi kita agar segala masalah ekonomi, hendaknya kita selesaikan bersama-sama. Dengan demikian, pihak BI tidak merasa bekerja sendirian, karena ada kami selaku masyarakat, akademisi, dan seluruh stakeholder yang bersedia memberikan pencerahan.

Ada catatan buruk etika, khususnya bagi tingkat eksekutif. Pihak eksekutif seringkali membuat keputusan yang tidak rasional. Contohnya saja pemindahan ibu kota. Dalam berita yang beredar, penulis melihat adanya kekeliruan eksekutif dalam memutuskan perpindahan ibu kota.

Penulis merasa heran mengapa pemindahan ibu kota sudah diputuskan dan pemerintah membuat sayembara bagi rakyat Indonesia untuk membuat gambaran ibu kota (lomba membuat video miniatur ibu kota baru).

Namun hal penting seperti kajian tentang AMDAL atau analisis mengenai dampak lingkungan baru (akan) dikaji setelah diputuskan pemindahan ibu kota. Seharusnya kajian tentang AMDAL didahulukan sebelum keputusan secara politis pemindahan ibu kota.

Penulis melihat adanya sifat tergesa-gesa pihak eksekutif dalam pemindahan ibu kota ini yang memakan biaya yang tidak sekidit (sekitar 466 triliyun). Maka, hal ini sebenarnya dapat disebut sebagai bias etika yang dilakukan oleh pihak eksekutif. 

Hal selanjutnya adalah etika daripada legislatif, seperti yang sudah disinggung diawal, penulis agak merasa miris melihat adanya kerusuhan yang terjadi di kubu Partai Amanat Nasional pada pemilihan ketua umum partai, pada 11 Februari lalu. Hal tersebut dapat penulis katakan "skandal" dalam kubu partai.

Mengapa demikian? Karena kericuhan berupa pelemparan kursi, pelemparan botol, dan barang-barang lain terjadi pada saat pembacaan tata tertib berlangsung. Seharusnya para hadirin mendengarkan dengan seksama, namun justru kericuhan yang lebih diutamakan. Diduga adanya blok yang tidak terdaftar sebagai hadirin ikut masuk dalam acara tersebut.

Bahkan Zulkifli Hasan sendiri membantu agar keadaan dapat lebih tenang dengan himbauannya itu terhadap para peserta. Lalu jika kita tarik secara umum, kita mampu melihat adanya kekurangan pada diri masing-masing hadirin dalam management konflik yang terjadi pada acara (penting) tersebut.

Seharusnya peserta yang hadir harus berkaca diri, apakah saya memiliki suara dan berhak "hadir" atau justru merusak jalannya musyawarah besar. Sehingga hal ini adalah hal yang disebut etika buruk dan dipertontonkan kepada rakyat. 

Isu kemanusiaan menjadi isu yang hangat selama pandemi Corona Virus ini. Mulai dari jenazah yang meninggal karena Covid-19 yang tidak ada yang mau menguburkan, disamping itu adanya kenaikan harga masker yang tidak masuk akal (sangat mahal dari biasanya), dan etika buruk lainnya seperti hilangnya masker dalam jumlah besar di Cianjur sebanyak 20.000 masker. Artinya apa?

Adanya krisis kemanusiaan yang terjadi pada masyarakat Indonesia, khususnya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya bagi dirinya sendiri ditengah wabah Corona Virus. Sehingga itu adalah patologi ekonomi yang terjadi secara mendadak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun