Tugas Mata Kuliah Fonologi
Rangkuman Materi Alat Ucap Manusia
Oleh: Azis Fahrul Roji
ALAT UCAP MANUSIA
1. Pengertian Alat Ucap
Menurut Chaer (2009:48), "alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi". Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi V), menyebtukan bahwa alat ucap adalah "organ tubuh manusia yang berfungsi dalam pengujaran bunyi bahasa, se[erti paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum".
Dari uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa yang dimaksud dengan alat ucap ialah seperangkat organ manusia yang memiliki keterlibatan dalam proses terjadinya bunyi.
2. Jenis-jenis Alat Ucap
Marsono (2008:6-7) menyebutkan bagian-bagian tubuh yang turut menentukan terjadinya bunyi bahasa ialah:
- Paru-paru (lungs).
- Batang tenggorok (trachea).
- Pangkal tenggorok (larynx).
- Pita-pita suara (vocal cords)
- Krikoid (cricoid).
- Tiroid (thyroid) atau lekum.
- Aritenoid (arythenoids).
- Dinding rongga keronkongan (wall of pharynx).
- Epiglotis (epiglottis).
- Akar lidah (root of the tongue).
- Punggung lidah, lidah belakang, pangkal lidah (hump, back of tongue, dorsum).
- Tengah lidah (middle of the tongue, medium).
- Daun lidah (blade of the tongue, lamina).
- Ujung lidah (tip of the tongue, apex).
- Anak tekak (uvula).
- Langit-langit lunak (soft palate, palatum).
- Langit-langit keras (hard palate, palatum).
- Gusi dalam, gusi belakang, ceruk gigi, lengkung kaki gigi (alveola, alveolum).
- Gigi atas (upper teeth, denta).
- Gigi bawah (lower teeth, denta).
- Bibir atas (upper lip, labia).
- Bibir bawah (lower lip, labia).
- Mulut (mouth).
- Rongga mulut (oral cavity, mouth cavity).
- Rongga hidung (nose cavity, nasal cavity).
3. Fungsi dan Cara Kerja Alat Ucap
Heryadi (2016:23) mengungkapkan, "alat ucap itu tidak hanya mempumyaifungsi sebagai pengucapan bunyi, tetapi mempunyai dua fungis, yatu fungsi sekunder dan fungsi primer". Adapun Marsono (2008:6) menerangkan, "bunyi bahasa terjadi jika udara mengalami hambatan pada alat-alat bicara".
Secara lebih lengkap, Verhaar (2010:30) mengatakan, bila kita menuturkan sesuatu, udara dipompakan dari paru-paru dan keluar dengan harus melalui suatu "penyempitan" tertentu, sehingga udara yang keluar itu mulai bergetar. Dari sudut pandangan akustik, bunyi itu tidak lain adalah udara yang bergetar. Bila tidak ada "penyempitan" seperti itu, tak ada bunyi bahasa sama sekali, dan kita hanya bernafas secara normal saja.
Berikut penjelasan rinci terkait fungsi dan cara kerja alat bicara menurut Marsono (2008:8-15).
a. Paru-paru
Fungsi pokok paru-paru adalah untuk pernafasan. Arus udara pernapasan itulah yang menjadi sumber syarat mutlak terjadinya bunyi.
b. Pangkal tenggorok (larynx)
Pangkal tenggorok atau laring adalah rongga pada ujung pipa pernafasan , terdiri dari empat komponen, yaitu: tulang rawan krikoid, dua tulang rawan aritenoid, sepasang pita suara, dan tulang rawan tiroid. Sistem otot aritenoid dapat bergerak mengatur gerakan pada sepasang pita suara yang dapat membuka lebar, membuka, menutup, dan menutup rapat.Â
Baca juga: Mengenal Penuturan Arkifonem dalam Kajian Fonologi Bahasa Indonesia
Dengan membuka dan menutupnya pita suara, maka terbentuklah suatu celah atau ruang di antara sepasang pita suara (glotis). Glotis terbuka dalam menghasilkan bunyi tak bersuara, glotis tertutup dalam menghasilkan bunyi bersuara, sedang glotis tertutup rapat dalam menghasilkan bunyi hamzah.
c. Rongga kerongkongan (pharynx)
Rongga kerongkongan atau faring ialah rongga ynang terletak di antara pangkal pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsi utamanya adalah sebagai saluran makanan dan minuman. Dalam pembentukan bunyi bahasa peranannya terutama hanyalah sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar.
d. Langit-langit lunak (soft palate, velum )
Dalam keadaan bernafas normal maka langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menurun, sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung. Dalam kebanhakan pembentukan bunyi bahasa, yaitu bunyi non-nasal, atau pada waktu kita menguap, langit-langit lunak beserta anak tekaknya terangkat ke atas menutup rongga hidung.
e. Langit-langit keras (hard palate, palatum)
Langit-langit keras merupakan susunan bertulang. Pada bagian depan mulai langit-langit melengkung cekung ke atas dan bagian belakang berakhir dengan bagian yang terasa lunak bila diraba. Dalam pembentukan bunyi bahasa langit-langit keras ini sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujunng lidah atau tengah lidah.
f. Gusi dalam (alveola, alveolum)
Gusi dalam (gusi belakang, ceruk gigi, lengkung kaki gigi, lekuk gigi) adalah bagian gusi tempat letak akar gigi depan atas bagian belakang, terletak tepat di atas serta di belakang gigi yang melengkunng ke dalam menghadap lidah. Dalam pembentukan bunyi bahasa gusi ini sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah.
Gigi ( teeth, denta)
g. Gigi terbagi menjadi dua, yaitu gigi bawah dan atas. Walapun gigi bawah dapat digerakkan ke bawah dan ke atas namun namun dalam pembentukan bunyi bahasa tidak banyak berperan, hanya bersifat membantus saja. Yang berfungsi penuh sebagai artikulator atau dasar artikulasi adalah gigi atas bekerja sama dengan bibir bawah atau ujung lidah.
Baca juga: Konsep Dasar Fonologi
h. Bibir (lip, labia)
Bibir terbagi menjadi dua, yaitu bibir bawah dan bibir atas. Fungsi pokok kedua bibir adalah sebagai pintu penjaga rongga mulut. Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas adalah sebagai artikulator pasif bekerja sama dengan bibir bawah sebagai artikulator aktifnya. Dapat juga bibir bawah sebagai artikulator aktif itu bekerja sama dengan gigi atas, hasilnya ialah bunyi labio-dental.
i. Lidah
Dalam pembentukan bunyi bahasa lidah sebagai artikulator aktif mempunyai peranan yang amat penting. Lidah dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu: akar lidah (root), daun lidah (lamina), dan ujung lidah (upex). Akar lidah bekerja sama dengan rongga kerongkongan menghasilkan bunyi radiko-faringal.Â
Pangkal lidah bekerja sama dengan langit-langit lunak menghasilkan bunyi dorso-velar. Tengah lidah bekerja sama dengan langit-langit keras menghasilkan bunyi medio-palatal. Ujung lidah bekerja sama dengan langit-langit keras menghasilkan bunyi apiko-palatal. Ujung lidah dapat pula bekerja sama dengan gusi (apiko-alveolar) dan gigi atas (apiko-dental).
DAFTAR PUSTAKA
- Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
- Heryadi, Dedi. 2016. Fonologi Bahasa Indonesia dalam Nuansa Pembelajaran. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
- Marsono. 2008. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- Verhaar, J. W. M. 2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H