Memasuki tahun 1800an, Aceh terpaksa melepaskan hak perwaliannya atas Kerajaan Pagaruyung sebagi akibat dari ketidakmampuannya meredakan konflik antar kaum adat dan kaum paderi.
 Akibatnya Belanda memperoleh momentum untuk masuk ke Sumatera, apalagi ketika adu domba antara pewaris terakhir Sriwijaya itu sukses membelah Sumatera menjadi dua identitas kedatuan yaitu Siak dan Aceh.
Oleh karenanya maka patutlah kita memuji langkah para pemimpin modern Asia Tenggara terdahulu ketika memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di satu kawasan, berdasarkan Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Sebagai organisasi ekonomi, ASEAN sudah dapat membuktikan kesuksesannya. Pada tahun 2010, kombinasi nominal GDP ASEAN berada dalam sepuluh ekonomi terbesar bersama Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Jerman, Prancis, Brasil, Inggris, dan Italia.
Kesuksesannya dalam urusan geo-politik pun tak kalah hebatnya. Bukankah nikmat terbesar yang sering dilupakan itu ada rasa aman dan ketentraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Â
Untuk itu ASEAN telah berhasil menangani masalah sengketa Laut China Selatan tanpa menggunakan kekerasan, padahal sebelumnya diperkirakan bahwa perselisihan antar delapan negara tersebut merupakan titik konflik Asia yang paling berpotensi bahaya. Semoga kejayaan ASEAN menjadi kejayaan bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H