Mohon tunggu...
Fahrul Ramadhan
Fahrul Ramadhan Mohon Tunggu... Atlet - Preferensi mahasiswa

Kepribadian mengingat banyak teman dan bersosialisasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Partai Politik Versus Jokowi (1000 VS 1)

12 Januari 2024   14:21 Diperbarui: 12 Januari 2024   14:21 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Rumus Kalkulasi Politik Jokowi 2024:

1000=Partai Politik

1=Jokowi Dodo

1 Jokowi bisa menjadi 1000 suara dan bahkan lebih, 1000 Orang dalam Partai Politik tidak bisa menjadi jokowi dan hasilnya tidak bisa melampaui Jokowi

        Indonesia sembilan (9) tahun terakhir ini sejak 2014-2019 telah menampilakan peran utama yang sangat tepat sesuai dengan skenario yang dirancang sutradaranya, yang menjadi pertanyaan sampai sekarang siapa yang mengsutradarai kisah tersebut. muatan tulisan ini kurang lebih hanya mengambi poin penting sebagai bahan rujukan dalam melihat kesimpulan politik yang melibatkan Jokowi sebagai pelaku aktif  serta masa depan politik Indonesia.  Sebelum melangakah lebih jauh saya mengutip kalimat dari Winston Churchil "Beberapa orang mengubah partai meraka demi prinsip mereka;yang lain mengubah prinsip meraka demi partai mereka" .

Dalam durasi yang sangat-sangat singkat prestasi politik Jokowi terus meningkat  dari level Walikota Solo, Gubernur  DKI dan sampai mengantarkan pada membintangi Indonesia Maju (2019-2024), Indonesia Maju menjadi momen paling subur karena mendapatkan pujian besar dari dunia Internasional dan tentunya tokok-tokoh politik dalam Negeri, sehingga dari sekian banyak pimpinan Daerah Walikota, Bupati dan Gubernur cenderung mengikuti gaya kepemimpinan Jokowi.

Kembali ke melihat momentum politik 2014 ketika Jokowi menjabat sebagi Presiden periode (2014-2019) menuai banyak kritikan dari kelompok yang menamai oposisi, Kritik dari ketua-ketua partai politik, di tuduh sebagai seorang komunis, Dikatain berpihak terhadap kapitalisme dan bersama dengan kekuatan utamanya partai PDIP mampu menangkis problem saat itu dengan sempurna sehingga dalam periode berikutnya 2019-2024 (Periode 2) harus menormalisasi situasi dan isu yang muncul banyak hal termasuk menentukan calon wakil presiden yang agamais,berupaya berkolaborasi dengan oposisi, terbukti sangat jitu taktik sehingga mendorong orang-orang yang mengkritiknya 2017-2019 menjelang pemilu berlutut padanya (Taktik Mematikan).

Satu Langkah Lebih Maju 

Skenario berubah dengan sangat cerdik membuat seorang Jokowi terus melaju dengan slogan Indonesia Maju,dalam pertempuran ke dua (2) kali berlangsung memang melawan orang yang sama yaitu bapak Prabowo Subianto sehingga tidak terlalu banyak aliansi utama yang terbangun cukup dengan dua poros utama.

Pada kemenangan yang kedua melukis cerita baru dalam catatan sejarah politik dunia dan Indonesia ada kubu oposisi "Sewalupun dalam perspektif perjuangan klas bukan oposisi" menyerah dengan mudah untuk terlibat kedalam komposisi Indonesia maju ,kalau saja bukan Prabowo lawanya bisa-bisa saja Jokowi kalah "Kita harus bersyukur ada Prabowo yang hobi calon presiden", dengan orang yang sama diperiode kedua Jokowi unggul sangat jauh (Jokowi menang 21 propinsi, Prabowo 13 propinsi), Kata-kata yang tepat buat Prabowo pada masa ini mengutip dari Will Rogers "Politik itu mahal,bahkan untuk kalah pun harus mengeluarkan banyak uang".

Berjalan teratur, pada pengumuman kabinet Indonesia Maju diantaranya nama Prabowo di bacakan sebagai MENHAN (Mentri Pertahanan), setelah itu berselang satu tahun calon wakilnya Prabowo yaitu Sandiaga Salahudin Uno atau lebih dikenal dengan nama Sandiaga Uno, di lantik oleh Presiden Jokowi sebagai Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  pada 23 Desember 2020, pemilu 2019 menyimpulkan oreantasi bagi-bagi jabatan dan menyadarkan rakyat Indonesia bahwa tidak ada oposisi dalam system (UU) Pemilu liberalism.

Momentum Partai Politik Berlutut

Berada dalam hukum politik yang terus berubah menjadikan pelaku politik juga harus berinovasi dengan cepat  supaya dapat mencapai target dengan instan, mengingat masih berkuasa (Jokowi sangat cerdas memanfaatkan kekuasaanya), budaya politik (politik pemilu) Indonesia berjalan oportunis karena semua imajinasi awal soal memajukan NKRI hanya simbol semata biar di katain sebagai kaum Nasionalis dan dapat simpatisan kalangan masyarakat, ada politik progresif tapi jumlahnya sangat minoritas dan tidak punya tawaran pengaruh apa-apa terhadap proses politik di Indonesia,atau sekarang politik progesif itu lagi sibuk berdebat di internal, mungkin saja.

Dari proses politik yang berdealektis ini menjadikan seorang Jokowi berani melakukan pembangkangan (tidak patuh) terhadap partainya yaitu PDIP, di sisi yang paling umum  tadi Jokowi menciptakan rekor dengan pemimpin terbaik dunia berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat dengan kinerjanya mencapai angka 81,9 % "Survei LSI".

Situasi bersamaan muncul menjelang pemilu 2024 nama Jokowi makin kencang digaungkan oleh partai politik manapun kecuali PKS yang sedikit agak komitmen untuk lantang dan tidak mau menjadi koalisi, Partai Gerindra yang dulunya periode 2014-2019 mengkritik habis-habisan akhirnya sekarang malah berterimakasih terhadap Jokowi dan menjadi bagian paling utama dalam mengkampanyekan Indonesia dengan segala horamt memuji Jokowi sebagai presiden terbaik, Partai Demokrat dengan lantang kritikan di sampaikan SBY mulai dari persoalan ekonomi dengan menyatakan Jokowi sudah terlena dengan kapitalisme dan tidak mau masuk koalisi pada akhirnya dipenghujung kepemimpinan Jokowi di jebak dengan situasi politik yang ribet (ahirnya masuk kabinet juga), Partai Golkar, Partai Nasdem, PSI dan beberapa partai lain memang sudah mendukung Jokowi, sewalaupun insiden politik sekarang Partai Nasdem memiliki calon Presiden yang diusung, kemungkinan besar pada akhirnya akan merapat karena manuver politik Nasdem hanya menciptakan suasana lebih awal atas pemilu supaya besar tawaran politik (mencoba melihat dari rangkaiyan pemilu yang berlangsung) "Dengan analisis pasangan Anis-Muhaimin terjadi dua putaran dan mereka berlabu dengan kelompok yang mana" .

Ramai semua calon konsestasi pemilu memberikan argumentasi tegak lurus kepada Pak Jokowi, dalam posisi yang serba politisasi calon Presiden angkat bicara akan melanjutkan program Indonesia Maju (Versi Jokowi) mulai dari pasangan Prabowo merasa diri paling Jokowi, biar lebih meyakinkan bahwa Prabowo keliahtan Jokowi dari yang lain maka di gandenglah Gibran (Walikota Solo) anak kandung Jokowi sebagai wakil presiden "terlepas soal putusan MK", kalau Ganjar-Mahfud melanjutkan juga tapi banyak hal yang di inovasi, kalau Anis-Muhamin terus memberikan sindiran kecil-kecilan (tidak terlalu terang-terangan juga kritikanya).

Bagaimana PDIP dengan Jokowi, ini cerita yang sangat-sangat menarik. sebelum semuanya berubah dunia politik kontemporer sembilan (9) tahun 2014-2023 adalah masa kejayaan PDIP tidak terlepas dari perolehan level politik Jokowi. reputasi politik Jokowi tidak terlepas dari skema yang dirancang bersama-sama denga PDIP sebagai partai pengusung dan jokowi sebagai kader PDIP sejak 2004 tidak heran komitmen kuat lahir dari PDIP dan Jokowi sampai mengantarkan pada situasi ini.

Perubahan seketika muncul di picu oleh banyak hal diantaranya level politik Jokowi dengan reputasi yang baik tentunya ingin menjadi tokoh penggagas atau yang lebih sering digunakan oleh politikus itu King Maker, Kalau masih berkomitmen dengan PDIP dia tidak bisa berleluasa karena mekanisme PDIP sebagai sebuah partai yang bergantungan pada keputusan ketua umum yang disebut dengan hak prerogative  ketua umum, cerita PDIP dan Jokowi akan lebih menarik setelah pemilu 24 Desember 2024 sebagai penentu kisah tersebut. dinyatakan hari ini Jokowi sudah tidak lagi bersama PDIP sewalaupun status anggota belum dicabut tapi secara hati-perasaan beralih ke Prabowo dengan memberikan anaknya dipinang menjadi calon Wakil Presiden "Terbukti jokowi jauh lebih besar dari sebuah partai yang jumlahnya lebih banyak".

Kerja keras prabowo membuahkan hasil membuahkan hasil dengan jokowi berpaling denganya ini menjadi kesempatan emas untuk seorang prabowo yang telah lama bermimpi menjadi seorang presiden,tinggal peluang ini bagaimana mengikapinya 

 

Catatan-Catatan Kemungkinan Yang Akan Terjadi Setelah Pemilu

Seperti biasa dalam tradisi politik pemilu Indonesia siapa yang menang berhak bongkar pasang ,bongkar lagi dan pasang lagi sesuai kontra politik, cerita mejelang pemilu ini akan tercurahkan semua telah pemilu usai, yang berhak berlaku adil setelah pemilu adalah pasangan atau koalisi pemenang upaya ini dilakukan untuk mengadili oposisi yang kalah lewat akses kekuasaan yang di miliki.

Dugaan kuat hadir dari tiga pasangan calon presiden yang akan bersaing kuat menurut publik dalah nomor 2 dan 3 ,jawabanya adalah bagaimana kalau Nomor 2 menang, begitupun Nomor 3 dan bisa jadi yang tidak dianggap Nomor 1 bisa mencapai puncak sebagai pemenang ''dalam politik bisa saja terjadi". tentu saja saya mencoba memberikan gambaran poin secara ringkas dibawah ini:

(Hal ini bukan menjawab situasi sosial secara mikro maupun makro yang dihadapi oleh masyarakat tapi melihat dalam segi konflik elit borjuasi dan kapan-kapan akan dilakukan tinjauwan kritis)

Kalau Nomor 2 (Prabowo-Gibran) Menang:

Tersampaikanlah cita-cita jokowi sebagai presiden tiga (3) perode sewalaupun bukan secara formil tapi lewat intervensi politik yang terpasang rantai politik, dalam fakta yang terlihat memang semua orang akan berkata bahwa buah dari kemenangan Prabowo adalah berkat dukungan besar Jokowi, sebagai tokoh politik nasional terkemukakan era sekarang Jokowi akan membuat selebrasi menarik sehingga makin mempertajam persaingan dengan Megawati (PDIP), membuktikan secara terang-terangan Jokowi jauh lebih besar dari partai politik, banyak tawaran masuk partai politik terhadap jokowi dengan langsung dikasi posisi strategis entah itu PAN, Gerindra dan mungkin juga langsung jadi semacam ketum-dewan penasehat. masadepan politik dinasti Jokowi sangat cerah karana Gibran, Kaesang dan beserta keluarga lainya yang berada dalam institusi pemerintah akan naik level, menyelamatkan program yang hari ini mandek seperti Food Estate, Energi Terbarukan, IKN dan memastikan investasi nomal kembali.

Tentunya hal yang tidak di ingikan akan muncul nantinya dalam kubu Prabowo-Gibran karena yang di amati sekarang banyaknya kelompok koalisi baik itu dari partai politik,pengusaha sebagian besar merapat di poros politik ini,yang terjadi adalah konflik didalam kubu kerana titak terbagi dengan rata presentasi posisi kabinet dan institusi tertentu.

Kalau Nomor 3 (Ganjar-Mahfud) Menang:

Poin pertama yang mau disampaikan adalah langkah politik Jokowi terhalang karena akses akan kekuasaan terputus ,pelaku korupsi di masa Jokowi banyak yang diadili, seketika Jokowi sebagai presiden terbaik pada masanya akan hilang dan muncul tokoh politik baru dengan gaya yang sama populis dengan pak Jokowi yaitu Ganjar Pranowo, kemungkinan terburuk adalah akan di bangun propaganda Jokowi jauh lebih buruk dari Suharto.

Megawati secara personal atau PDIP secara umum makin memberikan bukti bahwa tanpa ada PDIP ternyata Jokowi bukan siapa-siapa ,Masadepan politik Dinastinya terhalang.

Kemungkinan Lain:

Banyak problem politik elit yang tidak transparan ke public, terkadang yang muncul di media sosial hasil konspirasi yang di naikan ekskalasi terus menerus, pada akhirnya kita terhegemoni oleh suasana yang bukan sebenarnya. siapa tau kekuasaan beserta tokoh elit partai lagi harmonis-harmonis saja dan membungkus pemilu seperti roti yang bisa dibagi akses kekusaan pada ouput nya, seperti hasil pemilu 2019 gak ada yang memprediksi ternyata elit politik berdamai dengan sanagat cepat, bisa saja hasil pemilu 2024 berulang kalaupun porsinya cukup.

Mungkin saja pemilu 2024 ini menjadi ruang yang terbalik seperti yag di sampaikan diatas dengan kekecewaan politik tertentu bisa memfasilitasi mobilisasi aksi-aksi karena tidak terima dengan hasil pemilu. hal lain dari pertikaiyan politik elit vs elit yang berlarut lama sehingga dimanfaatkan oleh kelompok gerakan progresif minoritas bisa mempertajam gerakan menjadi sebuah konsolidasi politik gerakan progresif memunculka mosi tidak percaya terhadap elit politik borjuasi, harapanya partai politik yang senantiasa memberikan kritikan saat ini  (Partai Buruh) yang belum masuk parlemen bisa bernafas panjang pasca pemilu melakukan konsolidasi memperluas halaun menjadi partai Massa Rakyat, atau munkin saja ada kelompok yang punya cita-cita pembangunan partai politik gerakan progresif tapi tidak punya kemampuan-kemampun saatnya jujur terhadap kelompok politik gerakan progresif yang lain yang memiliki kapasitas, membutuhkan kajian mendalam.

Mengungkap Mitos Jokowi Sebagai Pemimpin Hebat

Dengan tingkat kepuasan masyarakat yang tersajikan  81,9 % dari hasil survei LSI, dengan angka sebesar ini memang jawabanya tentu sangat puas kalau dikombinasikan secara umum. apakah Jokowi benar-benar hebat dan semua yang di perlihatkan pada kepemimpinan periode 2019-2024 adalah hasil dari ide-ide dia, ternyata selama ini Jokowi sangat tunduk terhadap rekan-rekan bisnisnya.

Sebelum terjawab siapa saja rekan bisnis saya ingin menjelaskan dulu situasi yang objektif ada dalam komposisi kabinet Indonesia Maju, perbandingan periode kemimimpinan Jokowi sangat mengalami peningakatan akurasi kerja ketimbang periode pertama yang penuh dengan masalah ketidak stabilan politik. kabinet periode kedua di lengkapi oleh kapasitas orang  yang mumpuni dan cita-cita politik mereka seimbang, tentu saja kenapa tidak ada kegaduhan karena kue yang dibagi lumayan bisa kenyang.

Kabinet dalam mentri Jokowi dari periode pertama-kedua yang tetap menjadi mentri yaitu Luhut Binsar Pandjaitan, Bambang Brodjonegoro, Sofyan Djalil, Pratikno, Yasonna H Laoly Dan Siti Nurbaya, Wallahualam entah Jokowi bergantungan terhadap mentri tersebut atau sebalikny para mentri ini yang bergantungan terhadap Jokowi. kalkulasi berdasarkan kondisi objektif dan subjektif angka itu menunjukan korelasi sehingga mentri-mentri memberikan value 60 % terhadap Jokowi dan sisanya 40 % di dapatkan dari partai politik dan instrumen lainya.

Jokowi hanyalah seorang pelaku politik yang sudah dibuat peta jalan yang tinggal di jalanakan seperti Google Maps, Jokowi sengaja dinaikan elektabilitas supaya sutrada dibelakang tidak terdeteksi. sehingga bisa disimpulkan bahwa Jokowi bukanlah siapa-siapa atas prestasi yang dicapai oleh Indonesia selama ini ternyata kerja mentri-mentri yang luar biasa selain Luhut dan geng ada Nadiem Anwar Makarim, Retno Lestari, Sry Mulyani Indrawati, Erick Tohir para mentri inilah yang punya kapasitas lebih di periode kedua ini.

"Terimakasih telah membaca sampai selesai, mohon maaf kalau banyak kesalahan dalam struktur tulisan dan penempatan diksi-nya, bukan panduan akdemis"

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun