Dugaan kuat hadir dari tiga pasangan calon presiden yang akan bersaing kuat menurut publik dalah nomor 2 dan 3 ,jawabanya adalah bagaimana kalau Nomor 2 menang, begitupun Nomor 3 dan bisa jadi yang tidak dianggap Nomor 1 bisa mencapai puncak sebagai pemenang ''dalam politik bisa saja terjadi". tentu saja saya mencoba memberikan gambaran poin secara ringkas dibawah ini:
(Hal ini bukan menjawab situasi sosial secara mikro maupun makro yang dihadapi oleh masyarakat tapi melihat dalam segi konflik elit borjuasi dan kapan-kapan akan dilakukan tinjauwan kritis)
Kalau Nomor 2 (Prabowo-Gibran) Menang:
Tersampaikanlah cita-cita jokowi sebagai presiden tiga (3) perode sewalaupun bukan secara formil tapi lewat intervensi politik yang terpasang rantai politik, dalam fakta yang terlihat memang semua orang akan berkata bahwa buah dari kemenangan Prabowo adalah berkat dukungan besar Jokowi, sebagai tokoh politik nasional terkemukakan era sekarang Jokowi akan membuat selebrasi menarik sehingga makin mempertajam persaingan dengan Megawati (PDIP), membuktikan secara terang-terangan Jokowi jauh lebih besar dari partai politik, banyak tawaran masuk partai politik terhadap jokowi dengan langsung dikasi posisi strategis entah itu PAN, Gerindra dan mungkin juga langsung jadi semacam ketum-dewan penasehat. masadepan politik dinasti Jokowi sangat cerah karana Gibran, Kaesang dan beserta keluarga lainya yang berada dalam institusi pemerintah akan naik level, menyelamatkan program yang hari ini mandek seperti Food Estate, Energi Terbarukan, IKN dan memastikan investasi nomal kembali.
Tentunya hal yang tidak di ingikan akan muncul nantinya dalam kubu Prabowo-Gibran karena yang di amati sekarang banyaknya kelompok koalisi baik itu dari partai politik,pengusaha sebagian besar merapat di poros politik ini,yang terjadi adalah konflik didalam kubu kerana titak terbagi dengan rata presentasi posisi kabinet dan institusi tertentu.
Kalau Nomor 3 (Ganjar-Mahfud) Menang:
Poin pertama yang mau disampaikan adalah langkah politik Jokowi terhalang karena akses akan kekuasaan terputus ,pelaku korupsi di masa Jokowi banyak yang diadili, seketika Jokowi sebagai presiden terbaik pada masanya akan hilang dan muncul tokoh politik baru dengan gaya yang sama populis dengan pak Jokowi yaitu Ganjar Pranowo, kemungkinan terburuk adalah akan di bangun propaganda Jokowi jauh lebih buruk dari Suharto.
Megawati secara personal atau PDIP secara umum makin memberikan bukti bahwa tanpa ada PDIP ternyata Jokowi bukan siapa-siapa ,Masadepan politik Dinastinya terhalang.
Kemungkinan Lain:
Banyak problem politik elit yang tidak transparan ke public, terkadang yang muncul di media sosial hasil konspirasi yang di naikan ekskalasi terus menerus, pada akhirnya kita terhegemoni oleh suasana yang bukan sebenarnya. siapa tau kekuasaan beserta tokoh elit partai lagi harmonis-harmonis saja dan membungkus pemilu seperti roti yang bisa dibagi akses kekusaan pada ouput nya, seperti hasil pemilu 2019 gak ada yang memprediksi ternyata elit politik berdamai dengan sanagat cepat, bisa saja hasil pemilu 2024 berulang kalaupun porsinya cukup.
Mungkin saja pemilu 2024 ini menjadi ruang yang terbalik seperti yag di sampaikan diatas dengan kekecewaan politik tertentu bisa memfasilitasi mobilisasi aksi-aksi karena tidak terima dengan hasil pemilu. hal lain dari pertikaiyan politik elit vs elit yang berlarut lama sehingga dimanfaatkan oleh kelompok gerakan progresif minoritas bisa mempertajam gerakan menjadi sebuah konsolidasi politik gerakan progresif memunculka mosi tidak percaya terhadap elit politik borjuasi, harapanya partai politik yang senantiasa memberikan kritikan saat ini  (Partai Buruh) yang belum masuk parlemen bisa bernafas panjang pasca pemilu melakukan konsolidasi memperluas halaun menjadi partai Massa Rakyat, atau munkin saja ada kelompok yang punya cita-cita pembangunan partai politik gerakan progresif tapi tidak punya kemampuan-kemampun saatnya jujur terhadap kelompok politik gerakan progresif yang lain yang memiliki kapasitas, membutuhkan kajian mendalam.