Mohon tunggu...
Fahrul Ramadhan
Fahrul Ramadhan Mohon Tunggu... Atlet - Preferensi mahasiswa

Kepribadian mengingat banyak teman dan bersosialisasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Partai Politik Versus Jokowi (1000 VS 1)

12 Januari 2024   14:21 Diperbarui: 12 Januari 2024   14:21 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Momentum Partai Politik Berlutut

Berada dalam hukum politik yang terus berubah menjadikan pelaku politik juga harus berinovasi dengan cepat  supaya dapat mencapai target dengan instan, mengingat masih berkuasa (Jokowi sangat cerdas memanfaatkan kekuasaanya), budaya politik (politik pemilu) Indonesia berjalan oportunis karena semua imajinasi awal soal memajukan NKRI hanya simbol semata biar di katain sebagai kaum Nasionalis dan dapat simpatisan kalangan masyarakat, ada politik progresif tapi jumlahnya sangat minoritas dan tidak punya tawaran pengaruh apa-apa terhadap proses politik di Indonesia,atau sekarang politik progesif itu lagi sibuk berdebat di internal, mungkin saja.

Dari proses politik yang berdealektis ini menjadikan seorang Jokowi berani melakukan pembangkangan (tidak patuh) terhadap partainya yaitu PDIP, di sisi yang paling umum  tadi Jokowi menciptakan rekor dengan pemimpin terbaik dunia berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat dengan kinerjanya mencapai angka 81,9 % "Survei LSI".

Situasi bersamaan muncul menjelang pemilu 2024 nama Jokowi makin kencang digaungkan oleh partai politik manapun kecuali PKS yang sedikit agak komitmen untuk lantang dan tidak mau menjadi koalisi, Partai Gerindra yang dulunya periode 2014-2019 mengkritik habis-habisan akhirnya sekarang malah berterimakasih terhadap Jokowi dan menjadi bagian paling utama dalam mengkampanyekan Indonesia dengan segala horamt memuji Jokowi sebagai presiden terbaik, Partai Demokrat dengan lantang kritikan di sampaikan SBY mulai dari persoalan ekonomi dengan menyatakan Jokowi sudah terlena dengan kapitalisme dan tidak mau masuk koalisi pada akhirnya dipenghujung kepemimpinan Jokowi di jebak dengan situasi politik yang ribet (ahirnya masuk kabinet juga), Partai Golkar, Partai Nasdem, PSI dan beberapa partai lain memang sudah mendukung Jokowi, sewalaupun insiden politik sekarang Partai Nasdem memiliki calon Presiden yang diusung, kemungkinan besar pada akhirnya akan merapat karena manuver politik Nasdem hanya menciptakan suasana lebih awal atas pemilu supaya besar tawaran politik (mencoba melihat dari rangkaiyan pemilu yang berlangsung) "Dengan analisis pasangan Anis-Muhaimin terjadi dua putaran dan mereka berlabu dengan kelompok yang mana" .

Ramai semua calon konsestasi pemilu memberikan argumentasi tegak lurus kepada Pak Jokowi, dalam posisi yang serba politisasi calon Presiden angkat bicara akan melanjutkan program Indonesia Maju (Versi Jokowi) mulai dari pasangan Prabowo merasa diri paling Jokowi, biar lebih meyakinkan bahwa Prabowo keliahtan Jokowi dari yang lain maka di gandenglah Gibran (Walikota Solo) anak kandung Jokowi sebagai wakil presiden "terlepas soal putusan MK", kalau Ganjar-Mahfud melanjutkan juga tapi banyak hal yang di inovasi, kalau Anis-Muhamin terus memberikan sindiran kecil-kecilan (tidak terlalu terang-terangan juga kritikanya).

Bagaimana PDIP dengan Jokowi, ini cerita yang sangat-sangat menarik. sebelum semuanya berubah dunia politik kontemporer sembilan (9) tahun 2014-2023 adalah masa kejayaan PDIP tidak terlepas dari perolehan level politik Jokowi. reputasi politik Jokowi tidak terlepas dari skema yang dirancang bersama-sama denga PDIP sebagai partai pengusung dan jokowi sebagai kader PDIP sejak 2004 tidak heran komitmen kuat lahir dari PDIP dan Jokowi sampai mengantarkan pada situasi ini.

Perubahan seketika muncul di picu oleh banyak hal diantaranya level politik Jokowi dengan reputasi yang baik tentunya ingin menjadi tokoh penggagas atau yang lebih sering digunakan oleh politikus itu King Maker, Kalau masih berkomitmen dengan PDIP dia tidak bisa berleluasa karena mekanisme PDIP sebagai sebuah partai yang bergantungan pada keputusan ketua umum yang disebut dengan hak prerogative  ketua umum, cerita PDIP dan Jokowi akan lebih menarik setelah pemilu 24 Desember 2024 sebagai penentu kisah tersebut. dinyatakan hari ini Jokowi sudah tidak lagi bersama PDIP sewalaupun status anggota belum dicabut tapi secara hati-perasaan beralih ke Prabowo dengan memberikan anaknya dipinang menjadi calon Wakil Presiden "Terbukti jokowi jauh lebih besar dari sebuah partai yang jumlahnya lebih banyak".

Kerja keras prabowo membuahkan hasil membuahkan hasil dengan jokowi berpaling denganya ini menjadi kesempatan emas untuk seorang prabowo yang telah lama bermimpi menjadi seorang presiden,tinggal peluang ini bagaimana mengikapinya 

 

Catatan-Catatan Kemungkinan Yang Akan Terjadi Setelah Pemilu

Seperti biasa dalam tradisi politik pemilu Indonesia siapa yang menang berhak bongkar pasang ,bongkar lagi dan pasang lagi sesuai kontra politik, cerita mejelang pemilu ini akan tercurahkan semua telah pemilu usai, yang berhak berlaku adil setelah pemilu adalah pasangan atau koalisi pemenang upaya ini dilakukan untuk mengadili oposisi yang kalah lewat akses kekuasaan yang di miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun