H.O.S Tjokroaminoto pun menyampaikah sebuah kuote yang terkenal : Berpikirlah seperti filsuf, berpidatolah seperti orator, dan menulislah seperti wartawan.
Tokoh-tokoh bangsa itu sebagian juga terlibat dalam penerbitan surat kabar. Bung Karno misalnya pernah memimpin media Pikiran Rakyat, begitupun Bung Hatta, Sjahrir hingga Buya Hamka.
Kemampuan Jurnalistik
Dalam kegiatan jurnalistik, selain diajarkan menulis (terutama media cetak atau media daring), kemampuan yang diasah adalah berpikir kritis, analitis, dan detail.
Sebab ada proses mencari/menggali, mengolah, dan menyampaikan berita, sebagaimana definisi Jurnalistik yang selama ini kita pahami.
Dalam proses mencari/menggali itu mereka akan belajar untuk berpikir kritis, khususnya ketika memetakan pertanyaan. Juga belajar untuk lebih cakap dan luwes bergaul dengan banyak orang.
Sementara ketika mengolah, mereka akan belajar berpikir analitis dan sistematis, bagaimana menyajikan informasi agar mudah dipahami orang lain.
Dalam menyajikan informasi memang tidak hanya lewat tulisan, bisa lewat infografis atau audio visual. Namun kemampuan menulis tetap menjadi dasar, sebab dengan menulislah seseorang akan belajar berpikir runtut atau sistematis.
Setelah proses mencari dan mengolah selesai, lalu diinformasikan ke publik.
Baca juga: Mengenal Nilai Berita dalam Jurnalistik
Saat ini sekolah memiliki banyak alternatif media yang bisa dikembangkan. Berikut media yang bisa dikembangkan di sekolah untuk mewadahi hasil kerja Jurnalistik siswa-sisiwinya :