Mohon tunggu...
Fahrijal Nurrohman
Fahrijal Nurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hey there! I am using Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Rembulan di Kelopak Matamu #2

8 Agustus 2022   06:30 Diperbarui: 13 Agustus 2022   15:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Biasa buk, orderan lagi sepi. Jadinya tidak ada pemasukan. Hehehe", selain menikmati kopi dan gorengan, sebenarnya Ali juga ingin ngobrol dengan Buk Rum. Ali merindukan sosok Ibu yang bisa dijadikan tempat pulang ketika sedang sedih.

"Walah, gara-gara itu to. Yang sabar ya nak Ali, terkadang Ibu juga merasakan hal yang sedang nak Ali rasakan. Kadang ibu juga sedih ketika warung ibu sepi, tapi kalau sedang ramai terkadang malah tambah sedih"

"Lah kok malah sedih buk? Bukannya harusnya senang kalau warung ibuk ramai?", Ali keheranan.

"La iya nak, kan jadinya ibuk capek melayani para pembeli. Ibuk cuma sendirian, nggak ada pegawai. Tapi ya enaknya uangnya agak banyak hihihi", Buk Rum tertawa cekikikan. 

"Hahaha... Kalau bagian yang akhir itu saya juga suka buk", Ali ikut tertawa. Salah satu hal yang mengembalikan mood Ali adalah ngobrol dengan Buk Rum. Selain sosoknya yang ke-ibu-an, Buk Rum juga sosok yang ramah dan baik. Bahkan kepada orang pernah berbuat buruk kepadanya.

"Ya udah nak Ali, ibuk mau ke dapur dulu. Kalau masalah rejeki, udah sampean yang penting berusaha dan berdoa aja. Barangkali akan ada rejeki nomplok yang akan nak Ali terima"

"Siap Ibuk", sambil hormat ala-ala hormatnya pasukan ke komandan.

Buk Rum hanya tersenyum kemudian pamit ke dapur untuk melanjutkan memasak. Ali kembali menyibukkan diri dengan menyeruput kopi yang sedari tadi dia diamkan. Tidak berselang lama ada seseorang yang menghampiri Ali.

"Halo Ali", sapa orang itu. Sosok itu adalah Pak Slamet, ketua takmir di mushola tempat tinggal Ali.

"Eh Pak Slamet, monggo pak mampir dulu", Ali bergeser beberapa senti untuk memberikan ruang Pak Slamet untuk duduk.

"Bolehlah, ini kamu lagi nraktir bapak kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun