"Halo Ali, lama tidak berjumpa", sosok itu menyapa Ali dengan ramah.
Seketika Ali mengernyitkan dahi, karena Ali merasa tidak kenal dengan sosok yang ada di depannya itu.
"Kamu siapa ya?", Ali mencoba bertanya kepada sosok itu.
"Kamu tidak mengenaliku, Ali?"
"Aku tidak kenal siapa kamu, makanya aku bertanya"
"Huft, kamu memang pelupa ya Ali. Padahal dulu kita sering bermain saat kecil. Ya sudah, mungkin ini bukan pertemuan yang tepat bagi kita. Kalau begitu aku pamit dulu ya. Lain kali kita bertemu lagi", sosok itu berpamitan kepada Ali dan pergi meninggalkan Ali yang masih terlihat bingung akan tingkah sosok itu.
"Orang aneh", batin Ali. Sesudah itu, Ali melanjutkan langkahnya untuk membeli tiket. Malam ini, cukup banyak juga yang ingin naik kincir angin. Akhirnya tibalah Ali di loket. Setelah menyelesaikan pembayaran, Ali segera naik ke atas kincir angin. Hanya sendirian, ditemani dengan sebuah buku dan pena untuk menulis kisah-kisahnya selama seharian. Bisa dibilang, buku yang dibawa oleh Ali adalah buku harian.
Sambil menikmati semilir angin malam, Ali mencoba menuliskan kejadian yang dia alami selama seharian ini.
"Minggu, 27 Desember 2015. Hari ini merupakan hari yang lumayan menyebalkan. Sudah tidak terkira betapa banyak kesialan yang aku alami. Mulai dari ban motorku yang tiba-tiba bocor, menabrak kucing, ......"
Ali menuliskan segala keluh kesahnya dalam bukunya. Sesekali dia memandangi langit yang tampak menakjubkan dengan bintang-bintang yang menghiasinya. Lalu melanjutkan lagi tulisannya.Â
"Ya Tuhan, semoga besok menjadi hari yang baik bagiku", Ali mengakhiri tulisannya. Kemudian Ali termenung beberapa saat. Entah apa yang sedang Ali pikirkan. Tiba-tiba Ali teringat dengan sosok yang mengejutkannya di bawah tadi. Dia seperti pernah melihat sosok itu, namun itu sudah belasan tahun yang lalu. Sosok itu mengatakan bahwa sosok itu adalah teman bermain Ali ketika kecil, namun Ali tidak mengingatnya sama sekali.