"Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT mengalami pelonjokan selama pandemi covid-19. Salah satu kekerasan yang dialami para korban adalah pemukulan. Hingga hari ini, polisi sudah menerima lebih dari 100 aduan mengenai kekerasan dalam rumah tangga yang berlangsung selama pandemi"
Pagi yang indah seperti biasanya. Suara burung yang bernyanyi dengan riang, embun pagi yang menetes dari pucuk daun pohon durian, kepulan asap yang membumbung dari cerobong asap dapur masyarakat, dan sudah pasti suara pertengkaran Dullah dan istrinya yang bisa dipastikan hampir setiap hari terdengar. Dan masyarakat sekitarpun seakan-akan sudah maklum akan hal itu.
"Ya Allah mas, ini masakan kok belum siap dari tadi?!!" teriak istri Dullah
"Sabar to adek ku sayang, ini aku lagi nyiapin buat kamu sama anak kita. Jangan teriak keras-keras, nanti si Udin bangun" Dullah mencoba meredam amarah Istrinya.
"Ya udah, cepetan siapin, aku mau ada rapat ini soalnya sama bos!!" gerutu istri Dullah yang dari tadi sudah duduk di depan meja makan.
"Iya dek, ini sudah selesai. Hari ini aku masak sayur pepaya plus tempe goreng, enak lo ini, kamu pasti suka" kata Dullah sambil mencoba menggoda istrinya.
Dikarenakan mood istri Dullah sudah hancur, maka semakin marahlah istri Dullah kepada Dullah. Sudah tadi bangunnya kesiangan, masakan dari Dullah juga aneh-aneh. Maka keluarlah nama-nama hewan di seluruh kebun binatang Indonesia dari mulut istri Dullah.
"Dasar suami gak becus!! Kamu tega Cuma masakin aku sayur pepaya sama tempe begini? Kamu tuh gak pernah ya bisa nyenengin istri sehari aja?!" Dan masih banyak lagi umpatan yang diucapkan oleh istri Dullah. "Udah, aku mau langsung berangkat. Aku mau sarapan di warung sebelah kantor aja. Kamu habisin sendiri tuh sayur pepaya sama tempenya. Aku udah nggak mood" Langsung pergi meninggalkan Dullah dan menancap gas mobil menuju kantor.
Dullah yang mendapatkan perlakuan sangat tidak terpuji dari istrinya hanya bisa mengelus dada, "Ya Allah, Panjenengan paringi kulo sabar ngadepi garwa kulo ingkang ayu kiyambak niki" keluh Dullah.
Dan pertengkaran antara Dullah dan istrinya bisa dipastikan hampir setiap hari terjadi, bahkan karena masalah sepele pun mereka juga bertengkar. Dan tentu saja, Dullah selalu mengalah terhadap istrinya tersebut. Bahkan mereka berdua pernah bertengkar dahsyat hanya karena beda idola dalam hal bola. Pada waktu itu, mereka melakukan taruhan klub bola mana yang akan menang pada pertandingan waktu itu. Akhirnya Dullah mendukung Liverpool, sedangkan istri Dullah mendukung Manchester United, siapapun yang kalah akan tidur di teras rumah.
"Deal ya mas, pokoknya siapapun yang kalah harus tidur di luar rumah" kata istri Dullah dengan yakinnya
"Oke dek, untuk kali ini aja ya dek. Mas lagi nggak enak badan"
"Sip dah"
Dan tanpa di duga, ternyata Liverpool berhasil mengalahkan MU dengan skor yang cukup telak, 5-0.
"Alhamdulillah Ya Allah, aku nggak jadi tidur di luar!" teriak Dullah sambil jingkrak-jingkrak kegirangan.
"Oh, jadi kamu tega ya nyuruh istri tidur di luar rumah?! HAA? Kamu tega?!!" sekarang malah gantian istri Dullah yang teriak memarahi Dullah. "Kamu tuh emang suami yang nggak punya perasaan ya?! Ini istrimu baru pulang kerja capek, malah kamu suruh tidur di teras rumah. Mbok ya dipakai gitu lo dengkulnya" cerca istri Dullah sambil menunjuk dengkul miliknya.
"Loh, kok malah mas yang tidur di luar? Kan tadi perjanjiannya yang kalah tidur di luar, terus tadi yang kalah kan MU" jawab Dullah dengan polosnya
"Ohh... Udah berani nyalahin perempuan ya?! Oke kalau mas nggak mau, biar aku aja yang keluar. Sekalian pergi dari rumah ini!" ucap istri Dullah.
"Loh, jangan to dek. Iya udah iya, biar mas aja yang tidur di luar" Dullah pasrah
"Nah, gitu dong dari tadi. Ya udah aku mau tidur dulu" langsung pergi begitu saja menuju kamar. Dan jadilah Dullah malam itu tidur di luar, sendirian. Hanya ditemani gemerlap bintang dan cahaya redup dari sang rembulan.
Kembali ke masa kini, karena pertengkaran tadi pagi si Udin pun terbangun
"Ada apa to pak? Kok tiap pagi bertengkar terus bapak sama ibuk" tanya Udin sambil mengucek-ucek matanya.
"Tadi lo ada kecoa, jadinya ibumu teriak-teriak. Ya udah, langsung bapak bunuh kecoanya"
"Owalah, cuma kecoa to" Udin hanya manggut-manggut.
Sebenarnya masyarakat sekitar merasa kasihan kepada Dullah yang selalu mengalah terhadap istrinya. Kalau sekarang mungkin istilahnya STI alias Suami Takut Istri. Masyarakat sudah memberikan saran agar Dullah menceraikan saja istrinya itu, akan tetapi Dullah tetap bersikukuh mempertahankan rumah tangganya.
 "Mas, aku besok mau ada rapat sama klien sama bos di Bali. Soalnya bulan depan kita ada proyek besar" kata istri Dullah yang baru tiba dari tempat kerja.
"Ke Bali? Kok jauh banget dek? Kan ini masih ada PPKM, covid-19 juga masih tinggi. Nggak usah lah pergi kesana. Mas takut ada apa-apa sama kamu" balas Dullah
"Halah mas, kamu ini tau apa soal pekerjaanku?!. Aku tuh udah capek kerja berangkat pagi pulang petang!! Aku kerja juga bukan buat aku sendiri, aku kerja buat keluarga kita!! Mas mau keluarga kita kekurangan?" istri Dullah mencerca Dullah dengan kata-kata yang sangat luar biasa indahnya. "Aku tuh juga butuh liburan mas, capek aku kerja gitu-gitu terus!! Makanya mumpung ada rapat di Bali aku ikut aja. La wong pasar aja sudah ramai sekarang, masa' liburan nggak boleh?!. Aku mau balas dendam karena udah nggak bisa liburan kemana-mana setahun ini. Jadi mumpung ada rapat di Bali, aku ikut aja lah"
"Jangan dulu aja dek. Nunggu kalau covid-19 udah reda aja, nanti mas temenin jalan-jalan" Dullah memelas.
"Nggak mau! Mas kalau diajak cuma malu-maluin aja. Udah nggak bisa dandan, kemana-mana cuma pakai sarung, aku malu sebenarnya malu mas sama kelakuan kamu!!"
Dan pada akhirnya, istri Dullah tetap bersikukuh untuk berangkat ke Bali. Karena memang selama pandemi covid-19 masyarakat dilarang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa memicu kenaikan kasus covid-19. Mumpung ada kesempatan ke Bali, jadilah istri Dullah sangat bahagia, karena bisa sekalian jalan-jalan.
"Ya udah dek, terserah kamu. Nanti kalau udah sampai sana kabarin mas ya"
"iye" ucap istri Dullah sambil meninggalkan Dullah yang sedang sibuk memasak untuk makan malam.
Besoknya, istri Dullah sudah siap untuk berangkat ke Bali. Dengan berdandan ala artis ternama, istri Dullah masuk mobil dengan anggunnya
"Mas, aku nitip Udin ya. Aku nggak mau ajak dia soalnya aku takut rewel"
"Iya dek, hati-hati di jalan ya" balas Dullah.
Sebenarnya Dullah masih belum tega untuk melepaskan istrinya yang berangkat ke Bali. Bukan karena jauhnya Bali, tapi karena kasus covid-19 yang masih tinggi itu yang dia khawatirkan. Dan benar, apa yang dia khawatirkan terjadi. Sesampainya istri Dulah di Bali, Dullah mendapatkan kabar bahwa istrinya terkonfirmasi positif covid-19. Jadilah istri Dullah putar balik dan pulang ke rumah untuk isolasi mandiri.
"Tuh kan dek, udah tak bilangin kamu nggak usah pergi yang jauh-jauh dulu" kata Dullah suatu waktu ketika menjaga istrinya yang sedang terbaring di kasur.
"Iya mas, maafkan aku ya karena nggak dengerin kata-kata kamu. Aku janji mas, mulai sekarang aku akan mendengarkan kata-kata mas" ucap istri Dullah.
Dullah yang mendengarkan itu sangat senang. Akan tetapi siapa yang tahu isi hati seseorang, bisa jadi mulutnya bilang A, namun hatinya bilang B. Dan itulah yang ada dalam istri Dullah. Setelah dinyatakan negatif covid-19, istri Dullah kembali ke setelan pabrik, dan jadilah setiap pagi tetangga Dullah mendengarkan kembali nyanyian dari Dullah dan istri Dullah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H