Dalam konteks ini, film "Eksil" menjadi suatu medium yang penting dalam mengungkapkan dan menggambarkan kompleksitas peristiwa 1965 dan dampaknya terhadap para eksil. Melalui narasi film ini, masyarakat dihadapkan pada refleksi tentang pentingnya memahami sejarah secara utuh dan mengatasi ketakutan dan stigmatisasi terhadap ideologi Marxisme-Komunisme.Â
Terakhir, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada para eksil yang bersedia bercerita dan mengenang kembali rasa sakit mereka dalam Eksil: Alm. Asahan Aidit, Alm. Chalik Hamid, Alm. Kusian Budiman, Alm. Sardjio Mintardjo, Hartoni Ubes, I Gede Arka, Kartaprawira, Sarmadji, Tom Iljas, Waruno Mahdi. Semoga mereka mendapat kedamaian ditempat abadi dan panjang umur bagi tiap perjuangan bagi para eksil dan kita semua yang masih hidup untuk selalu memiliki rasa cintah tanah air meski mendapat ketidakadilan dari negeri sendiri.
Referensi:
Amaria, Lola. (2022). Eksil. [Film]. Lola Amaria Production
Callinicos, Alex, et.al. (2021). Routledge Handbook of Marxism and Post-Marxism. New
York: Routledge.
Gramsci, Antonio, 2000. Sejarah dan Budaya, Surabaya, Pustaka Promethea.
Siswati, E. (2017). Anatomi Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Translitera: Jurnal Kajian
Komunikasi Dan Studi Media.
Suradi, S., Safrudiningsih, S., & Sjailendra, S. (2023). Dilema Eksil: Tetap di Luar Negeri
atau Pulang ke Tanah Air. Journal Visioner: Journal of Media and Art.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H