“Beri ruang untuk hal-hal yang penting dengan menghapus semua yang tidak penting” – Brian Gardner.
Pasti masih banyak dari kita yang bingung mengenai minimalisme. Apakah minimalisme sama seperti Frugal Living? Atau menjadi orang yang kikir?
Secara umum, minimalisme dapat diartikan sebagai pemikiran yang berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas untuk mendapatkan kesan yang terbaik. Minimalisme menjauhkan kita dari unsur foya-foya. Justru dengan minimalisme, kita bisa memusatkan suatu hal berdasarkan kebutuhan dan fungsi, bukan keinginan atau trend.
Misalnya, sebuah toko menjual pakaian merk X dan Y. harga dari merk X berkisar Rp 20 juta, sedangkan merk Y berkisar Rp 100 ribu. merk X merupakan merk ternama dari Perancis sedangkan merk Y merupakan produk lokal yang tidak terkenal.
Seorang minimalisme akan memilih merk Y yang akan dipakai dengan pertimbangan fungsi. Produk Y memiliki fungsi kenyamanan dan harganya terjangkau.
Banyak manfaat dari penerapan minimalisme, yaitu tidak setres. Setres diawali dengan banyaknya barang yang ada disekitar kita. Menjadi minimalis mengajarkan kita untuk memprioritaskan kebutuhan sehingga kita harus menahan diri.
Menyukai tanpa memiliki merupakan proses dari minimalisme. Kita harus belajar tulus mengenai apapun yang kita inginkan namun tidak dapat dimiliki.
Selain itu, menerapkan hidup minimalisme membuat kita menjadi dermawan dan bijak untuk memilih sesuatu. Minimalisme juga membantu kita untuk melawan nafsu karena musuh terbesar manusia bukanlah orang lain melainkan dirinya sendiri.
Awal menerapkan minimalisme itu sulit. Namun ada pepatah yang mengatakan Alah bisa karena biasa.
So, langkah awal untuk menerapkan minimalisme yaitu mulai memilah barang dari ruang yang kecil seperti laci ataupun sebuah kotak penyimpanan. Semua hal harus dilakukan dari hal yang terkecil dan mudah dikerjakan agar kita tidak jenuh.
Setelah itu, kita memikirkan alasan kita menyimpan barang. Misalnya, sebuah totebag yang kita simpan dari orang lain sebagai kado ulang tahun. Kita memikirkan apakah perlu kita menyimpannya? Sebab jika semakin menumpuk, ruang di rumah kita menjadi semakin terbatas. Sehingga alangkah baiknya, jika tidak dipergunakan, lebih baik kita berikan ke teman atau orang lain yang membutuhkan.
Kemudian kita harus menerapkan Everything in its place. Kita harus mengetahui suatu barang dan dimana letaknya. Misalnya, sebuah sepatu kita letakkan di ruang tamu. Padahal ruang tamu merupakan tempat yang intim bagi keluarga.
Sepatu seharusnya diletakkan di rak sepatu. Walaupun banyak sepatunya, harus diletakkan di tempat tersebut. Atau, kita harus mengeluarkan sepatu yang tidak terpakai dan didonasikan ke orang lain atau dijual.
Menjadi minimalis menarik, kan? Sederhana dan bijak memilih suatu hal membuat ruang kita semakin lebar dan nyaman. Setres pun berkurang dan kenyamanan pun meningkat.
Sebab, filsuf asal China, Lao Tzu pernah berpesan “Orang yang merasa cukup dengan ia miliki adalah orang yang kaya.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H