Pulang sekolah waktu yang di tunggu pun datang pelajaran terakhir di tutup dengan Kimia. Tas yang berat karena membawa buku paket sekolah membuat punggung terasa menjadi beban, ntah fisik mental banyak sekali yang aku pikirkan sampai merasa lelah dengan keadaan. Sampainya di rumah ibu dan kak Melodi sedang mempersiapkan makan siang
"Assalamuaikum bu aku pulang" membuka pintu rumah.
"Waalaikumsallam ayo nak ganti baju seragamnya kita makan siang"
"Baik bu" ucap lemas aku langsung naik ke atas karena kebetulan kamarku ada di lantai dua.
Kamar yang menjadi tempat keluh kesahku walupun Tuhan tidak suka orang yang banyak mengeluh tapi percayalah dengan cara menangis membuat diriku sedikit tenang. Berbagai pikiran datang masalah yang tidak ada habisnya, cobaan dalam hidup memang selalu ada tapi bagaimana cara kita mensyukuri nya saja?
Kenapa aku dilahirkan dengan wajah seperti ini?
Mengapa otaku tidak sepintar yang lain?
Aku harus berubah?
Apa aku bisa seperti orang lain?
Pertanyaan yang selalu muncul dalam benakku pada saat sendiri dan berada di dalam kamar.
"Verr ayo makan ini udah siap loh makananya, ada sayur bayam kesukaanmu" kakak berteriak dari dapur.
"Iya kak aku turun sekarang kok" akhirnya aku turun dan langsung menyantap makanan yang ibu dan kakak buat ini sangat lezat keliatanya dan wanginya pun sampai tidak berhenti hidungku mengendus. Ayah belum pulang dari toko biasanya aku selalu mengantarkan makanan untuk makan siang, sedangkan Bisma sedang ada ekstrakulikuler pulang nya pasti sore. Jadi wajar kalau kita makan siang hanya bertiga saja.
Ibu selalu mengomeliku karena nilai pelajaranku selalu di bawah KKM dia menekanku agar selalu memanfaatkan waktu dengan baik dengan cara belajar. Malam hari yang membuat dingin sampai tidak mau aku melepas selimutku dari tubuh ini. Memikirkan hari besok yang harus ekstra sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.
Besoknya seperti biasa ibu yang selalu membangunkan untuk pergi ke sekolah. Keluarga sederhana dengan hidup yang biasa tetapi bahagia di rumah yang tidak terlalu besar, ibu, ayah, kak Melodi, dan Bisma sedang sarapan bersama di ruang tengah. Awal yang baik untuk pergi ke sekolah dan berangkat dengan hati yang riang aku tiba di sekolah. Saat aku masuk ke dalam kelas ada saja yang mengganggu ku siapa lagi kalau bukan geng MARDEKIR, ketika aku akan duduk di bangku tiba-tiba Dena menjulurkan kakinya hingga aku terjatuh dan di tertawakan oleh semua yang ada di kelas.
"sial apa-apaan ini baru saja sampai ke sekolah"aku di dalam hati.
Rasanya malu ingin mengumpat aku berdiri dengan kesakitan lutut kaki ku sedikit membengkak, aku memutuskan untuk pergi ke wc sekolah. Di belakang aku di serang lagi tidak ada habisnya Maria,Dena dan Kirana ternyata membuntutiku dan mereka membawa sampah plastik yang cukup banyak. Dena mendorong aku ke sudut tembok hingga aku tersungkur jatuh di hadapannya , Maria membuang sampah-sampah itu ke kepalaku sedangkan Kirana merekam aku yang sudah tidak berdaya dengan tubuh berserakan sampah.
Menangis lagi dan bertanya "Apa salahku sehingga kalian tidak suka denganku?" aku tersedu-sedu. Mereka menjawab dengan kompak " KARENA KAMU JELEK"Sambil menoyor kepalaku tiga kali. Aku merasa sakit hati dan tidak percaya mereka tega berbuat seperti itu.
Hal yang tidak di inginkan pun terjadi ayahku tertipu bisnis online sehingga kita harus menjual rumah dan mengorbankan tabungan yang ada di bank. Tidak hanya itu aku harus pindah sekolah karena rumah ku yang baru sangat jauh di tempuh oleh sekolah akhirnyan ibu memutuskan untuk memindahkan aku dan Bisma ke sekolah yang baru.
Di sekolah baru aku ingin mencoba berubah dengan penampilan yang baru karena kejadian di sekolah lama ku cukup terekam di pikiran. Terinspirasi dari seseorang aku melihat tutorial make up di YouTube untuk merubah wajahku agar terlihat cantik di mata orang lain, bukan tidak bersyukur tetapi aku merasa trauma akan kejadian itu.
Awal yang baru semua yang ada di sekitarku terasa lahir kembali dengan rumah baru dan sekolah baru, cukup sulit tetapi aku harus terus maju ke depan dengan menyimpan masa lalu yang suram. Gaesang yang hanya menjadi kenangan di sekolah lama cukup indah untuk dikenang.
SMA 2 Mentari menjadi harapan baru dengan wajah yang sudah ber make up terasa aneh dan benar beda dengan Veronika yang ada di sekolah Bina Bakti. Cukup terkejut dengan wajah ber make up karena hampir semua orang tidak mengenali Veronika yang cupu dan jelek. Cermin menjadi saksi aku berubah walaupun aku merasa tidak enak dengan membohongi teman yang ada di SMA 2 Mentari. Aku merasa mendapat teman yang seutuhnya dan di sambut baik oleh anak-anak lain, bahagia sih tapi di dalam hati kecil aku pembohong.
Pertama aku ke sekolah melewati anak kelas lain mereka memandangku cukup tercengang dengan pemapilan Veronika Guzman yang baru. Ya aku mendapatkan kelas A langkah demi langkah aku tepat pada pintu kelas huft menghela nafas. Bapak Ramdan dia adalah wali kelas ku di SMA 2 Mentari.
"Assalamualaikum" aku dengan percaya diriku.
"Waalaikumsallam" begitu kompak yang berada di ruang kelas.
Pak Ramdan memperkenalkanku kepada anak satu kelas aku yang ada di depan memandang seluruh teman baru.
"Anak-anak kenalkan ini Veronika pindahan dari SMA Bina  Bakti, semoga kalian bisa berteman baik yah!"
"Baik pakkk.Hallo Veronika" semua anak menyapa diriku. Ini yang kuinginka yang tidak pernah di dapat di sekolah lama.
Aku duduk di bangku yang sudah di sediakan oleh pak Ramdan, di pinggirku ada dua orang wanita yang menyapa yaitu Zahra dan Amel mereka sangat baik kepadaku. Singkat cerita kita bersahabat bertiga kemanapun selalu bersama bisa di bilang bagaikan sepasang sepatu. Zahra anak pintar yang ada di sekolah tidak hanya pintar dia juga cantik dan mengusai di berbagai bidang. Sedangkan Amel anak paling bucin ( budak cinta ) tapi dia juga mempunyai wajah yang benar cantik tidak sepertiku yang cantik karena polesan make up yang tebal.
Di hargai ya ketika orang yang memandang fisik karena cantik, putih, gendut menjadi patokan untuk berteman. Emang tidak enak hidup dengan menyimpan suatu kebenaran karena bagaimanapun bangkai tikus akan tercium bau nya, begitupun dengan kebohongan sepintar-pintarnya menyimpan akan terbongkar tinggal menunggu waktu yang tepat.
Senin waktunya upacara bendera hal tidak asingkan bagi anak sekolah untuk mengikuti kegiatannya. Bell berbunyi anak-anak keluar dari kelasnya dan langsung baris di lapangan, sudah berjalan dengan tertib dan rapih. Waktunya pengumuman untuk seluruh murid SMA 2 Mentari, kepala sekolah terlihat dari lorong kelas untuk menuju ke lapang.
"Pengumuman untuk seluruh anak kelas 12 akan mengadakan camping bersama pada tanggal 16 April 2021, untuk itu sampaikan kepada orang tua masing-masing agar dapat mengisi data untuk di setujui mengikuti kegiatan ini" Bapak kepala sekolah ucap menggunakan pengeras suara.
"Upacara selesai bubar jalan!" perintah petugas upacara. Anak-anak mulai kembali ke kelas nya masing-masing. Ketua kelas membagikan selembaran kertas untuk mendapatkan ijin dan mengisi formulir setuju atau tidak setuju anaknya ikut jika adanya kegiatan 'CAMPING BERSAMA'. Adanya kgiatan ini akan mendapatkan nilai plus bagi siswa atau siswi yang mengikuti. Selesai pelajaran waktunya untuk bergegas pulang sampai di rumah aku langsung ke kamar mengganti seragam sekolah. Ibu sedang menonton televisi sembari menumpukan ke tiga bantalnya di sofa, ingat dengan formulir pengisian aku langsung memberitahu ibu tanpa basa-basi apapun.
"Ibu ini ada formulir untuk di isi adanya kegiatan camping bersama, jika ibu setuju aku ikut tinggal di tanda tangan saja ya bu..." aku yang menyerahkan kertas di hadapan ibu.
"Ver apakah ini wajib untuk ikut?" ibu membuka kertas yang aku berikan.
"Iya bu, jika aku ikut kata kepala sekolah siswa akan mendapatkan nilai plus loh"
"Yasudah ibu ijinkan asalkan kamu harus tetap mengikuti arahan guru yang jangan bandel" menanda tangan formulir tersebut.
Ke esokan harinya seluruh siswa wajib mengumpulkan formulir ke KM. Zahra, Amel dan aku berencana untuk satu tenda bareng karena kami sudah tidak bisa di pisahkan. Amel paling bawel dan nyerocos kalau ngomong ga ada spasi "Ver,Zah aku ga sabar deh nunggu tanggal mainnya udah lama juga di sekolah kita ga ngadain camping bersama, apalagi sekarang kita punya sahabat baru. Pasti bakal seru deh"
"Bener sih sama ga sabar banget aku juga sama" ucap gembira Zahra.
Aku beruntung mendapatkan teman seperti mereka tapi apakah mereka akan menerima aku jika tau keadaan sebenarnya? Apa mereka akan selalu ada jika tau aku membohongi mereka dengan merias wajahku? Tapi aku belum siap jika aku jujur mereka akan menjauhiku sama seperti di sekolah lama lagi tidak ada yang mau bersama dengan aku.
Hari terus berganti dengan aku dan kebohonganku tibalah pada tanggal 16 April 2021 hari yang di nanti. Semua anak-anak naik ke bus untuk tiba ke tempat campingnya. Satu bus di perjalanan kita bernyanyi bersama bergurau sampai tidak terasa sudah ada di tempat camping.
Semua sibuk memasangkan tenda-tenda karena hari akan semaki sore jadi pemasangan tenda di percepat. Amel dan aku memasang tenda sedangkan Zahra ikut mencari kayu bakar untuk api anggun di malam hari. Selesai semuanya kayu bakar terkumpul dan tenda sudah di pasang, pak Ramdan menyuruh seluruh siswa untuk berkumpul dan mengumumkan untuk acara kegiatan di malam hari ini.
Semua murid menyimpan barang dan bawaannya di tenda masing-masing dan mengganti baju untuk acara api unggun. Malam hari yang dingin berada di hutan rasanya terlupakan karena api yang berkobar di tengah semua murid menjdi hangat. Zahra yang memainkan alat musik gitar dan di iringi dengan nyanyian seluruh siswa SMA 2 Mentari membuat suasana semakin indah.
Ketika acara sudah selesai semuanya kembali ke tenda anak perempuan biasannya membersihkan wajah karena sudah berkegiatan di luaran. Aku menunggu  Amel dan Zahra tidur pulas ini hanya satu-satunya cara agar wajah asliku tidak ketahuan oleh mereka. Ketika aku melihat mereka tidur dengan nyenyak aku langsung membersihkan wajah dengan cara membelakangi mereka, tapi gagal Zahra melihat wajahku yang asli dia tampak tidak percaya.
"Ver ini kamu?" muka bingung dan tidak percaya. Aku malu harus mengatakan apa kepada Zahra karena sudah berbohong.
"Ma..maaf Zah aku sudah bohong padamu aku malu dengan wajahku seperti ini aku ingin mempuyai teman" ucap aku sambil menangis.
"Apa alasanmu memakai riasan wajah seperti ini Veronia, kenapa hah?"
Aku trauma dengan sekolah lama ku karena aku di bully alasanya wajahku tampak jelek dan penampilan yang sangat kampungan. Hanya bisa menyesal karena sudah membongi  Amel dan Zahra aku tidak siap kehilangan mereka.
"Zah aku mohon jangan beri tahu teman sekelas dengan wajahku yang hanya tipuan" sambil memeluk Zahra.
"Baiklah tapi lain kali kamu tidak perlu seperti ini aku tulus berteman denganmu tanpa memandang fisik sama sekali" mengelus rambutku.
Tetapi kebohongan tidak akan tersimpan lama pasti akan terbongkar seluruh anak SMA 2 Mentari mengetahui keadaan fisik ku yang dulu karena geng MADEKIR membagikan video aku sedang di bully ke semua sosial media. Semua benci padaku jiji melihat wajahku yang asli. Sangat terpukul dengan keadaan seperti itu malu pasti yang di tanggung dua hari aku tidak masuk sekolah mental ku kena.
Di sekolah sangat ramai membicarakan ku sampai terdengar di telinga guru-guru. Ibu menasehatiku untuk lebih percaya diri dan menjadi diri sendiri tidak perlu menuntut orang lain harus suka kepadaku. Nasehat itu seolah menggoyahkan isi pikiranku sampai pada saatnya aku pergi ke sekolah dengan memberanikan diri tanpa ber make up. Ternyata lama kelamaan orang memandangku sama mereka juga tidak membully karena wajah ku jelek.
Zahra dan Amel selalu ada di depan mereka teman yang pertama kali tau keadaan fisik ku tapi mereka mau menerima tetap menjadi sahabat.
Tidak ada satu orang pun yang berani mengejekku lagi karena dengan keberanian dan tekad untuki jujur semua orang menghargaiku. Apapun yang aku lakukan lebih baik dan menyenangkan ketika menjadi diri sendiri tidak perduli orang berkata apapun diluaran sana tetapi aku tetap bahagia. Penampilan fisik bukan salah satu utama untuk di cintai banyak orang, tetapi dengan orang yang beretika dan jujur itu menjadi alasan mengapa orang nyaman dengan kita.
Selalu menjadi diri sendiri dan mencintai diri sendiri siapapun yang mengerti dan menerima dalam hidup kita itu yang paling penting. Jangan perna memaksakan apa yang Tuhan berikan kepada kita.
Pikir Veronika pada malam hari yang sunyi.
Akhirnya Veronika mendapatkan banyak teman dengan caranya sendiri, ibunya juga bangga akan kejujuran yang aku lontarkan. Memanusiakan orang lebih berharga dari apapun, tetaplah semangat dalam menjalani hidup. Fisik bukan patokan utama untuk terlihat cantik tetapi kecantikan dalam hati tidak pernah hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H