Pernah suatu hari gue mendengar percakapan siswa-siswa yang sedang nongkrong disalah satu warung kopi. Mereka sedang mendiskusikan acara masa orientasi disekolahnya, yang gue nilai dari diskusinya adalah ketika pembahasan konsep acara bobot nya mungkit 30-40% (jika dipersentasekan), lalu intinya pada pembahasan yang condong kearah bullying.
Masih terngiang dikuping gue ketika mereka membicarakan perilaku yang menjurus ke perundungan ini, ada kata-kata "ah, dulu juga gue dibegituin ama kakak kelas, bahkan lebih parah" ucap salah satu siswa yang sedang nongkrong tersebut. Dari situ gue mengambil hipotesis, mungkin bullying ini bisa didasari oleh balas dendam.
Gue akhirnya menilisik kebelakang untuk memvalidasi hipotesis gue mengenai balas dendam ini. Ternyata, bullying sudah ada sejak pendidikan tradisional, dimana pada masa itu sudah ada kasus seperti pelecehan baiktiu fisik, verbal bahkan emosional dan juga adanya penganiayaan terhadap anak-anak sekolah.
Hal tersebut bisa menjadi salah satu faktor kenapa bullying sampai hari ini masih ada dikalangan anak sekolah, karena dalam beberapa situasi, seseorang mungkin terlibat dalam perilaku bullying sebagai bentuk balas dendam yang mana mereka merasakan suatu sejarah konflik atau perselisihan sebelumnya.
Dan faktor lainnya, bisa jadi karena anak-anak ini masih tidak memahami betapa merusaknya perilaku tersebut. Yap, sampai sekarang gue belum melihat secara langsung, apakah pendidikan akan kesadaran mengenai perilaku bullying ini sudah diberikan atau belum disekolah-sekolah, atau jangan-jangan tidak ada sama sekali.
Dampak dari kurangnya pendidikan akan kesadaran perilaku ini akan mengakibatkan mata rantai bullying secara terus menerus. Hal ini dikarenakan diusia anak-anak mereka masih perlu diarahkan dalam hal perilakunya, jika tidak diarahkan kearah yang benar, mereka akan terus melabrak batasan sehingga menjadi kebiasaan.
Mau tidak mau mata rantai ini harus diputuskan dengan cara terus menerus mealakukan sosialisasi pendidikan perilaku anti bullying ini dan jadikan kasus-kasus sebelumnya sebagai contoh akibat dari melakukan bullying. Kalo  hal seperti ini  tidak ditanggapi dengan serius, bisa-bisa anak-anak menjadi takut untuk bersekolah.
Maka dari itu, terapkan pendidikan dan kesadaran dampak dari bullying ini dengan serius. Karena hal seperti ini akan terus-menerus berulang karena mata rantainya tidak kita putus. Dan diharapkan hukuman untuk pelaku pun serius, karena hal ini sudah termasuk dalam kategori merugikan bagi korbannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H