Mohon tunggu...
Fahmi Gilang
Fahmi Gilang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Manajemen Strategik

8 Januari 2023   15:01 Diperbarui: 8 Januari 2023   17:19 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi

Tugas Mata Kuliah: Manajemen Strategik

Dosen Pengampu: Dr. Balthasar Watunglawar, S.P.d., M.AP

Nama Kelompok:

1. Gandis Lilinavela                  31196170

2. Frisa Mauliyandi Saputra    31196190

3. Fahmi Gilang Dwiputra       31196200

A. Manajemen Strategik

Etika manajemen stratejik tentunya mencakup pemahaman tentang bagaimana sebuah organisasi selalu mempertimbangkan dan mengevaluasi nilai-nilai etika, nilai-nilai kelembagaan, prinsip-prinsip dan budaya kelembagaan ketika menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi strategi, tanpa mengabaikan kepentingan bersama (bonum commune). 

Kajian etika manajemen strategis sangat membantu lembaga, termasuk pimpinan atau bawahannya, untuk tetap konsisten dan mengikuti budaya lembaga serta mendahulukan kepentingan atau kebaikan bersama di atas kepentingan dan keselamatan pribadi.

B. UTILITARISME

Secara etimologis, utilitarisme berasal dari kata latin utilis yang berarti guna atau manfaat. Utilitarisme adalah paham atau mazhab filsafat moral yang menekankan pada prinsip kegunaan atau utility. 

Kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar adalah kata yang terus disuarakan oleh utilitarisme. Utilitarisme pertama kali digambarkan sebagai teori sistematis oleh Jeremy Bentham dan muridnya John Stuart Mill.

Ciri umum utilitarisme adalah kritis, rasional, teleologis, dan universal. Utilitarisme sebagai teori etika normatif adalah teori Kristen karena menolak untuk mematuhi norma-norma yang terjadi begitu saja. 

Utilitarianisme tindakan mengusulkan: "Bertindak sedemikian rupa sehingga setiap tindakan yang Anda lakukan memiliki konsekuensi yang lebih baik di dunia daripada konsekuensi buruk". 

Utilitarianisme aturan-tindakan menyarankan: "Selalu bertindak sesuai aturan, penerapannya memiliki konsekuensi yang lebih baik daripada konsekuensi buruk di dunia ini".

Pengertian etika bisnis utilitarisme menurut Bertens (2009, p. 29) dapat diringkas sebagai berikut:

1. Tindakan harus dinilai sebagai benar atau salah hanya menurut konsekuensinya (akibat, tujuan, atau hasil).

2. Dalam mengukur akibat dari suatu perbuatan, parameter yang penting hanyalah jumlah baik atau buruknya.

3. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

Oleh karena itu, seluruh proses manajemen strategis, mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasi, penataan dan pengelolaan, harus benar-benar mengedepankan asas kemanfaatan atau kemanfaatan, termasuk dampak kebijakan untuk kemaslahatan orang banyak, tidak hanya dengan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. tetapi juga kepentingan karyawan.

C. HAK-HAK INDIVIDUAL

Hak asasi manusia adalah dasar keseimbangan, sehingga kesejahteraan setiap individu harus diperhatikan, karena mereka harus terlibat dalam semua kegiatan manajemen. 

Namun, bukan berarti setiap individu seenaknya melakukan apa saja yang diinginkannya berdasarkan hak dan kebebasannya. Hak individu terus dinilai berdasarkan tanggung jawab dan tugasnya. Dalam pengertian ini, hak harus menerima bagian kewajibannya. 

Timbal balik relatif antara hak dan kewajiban membuat individu secara pribadi berharga dalam kaitannya dengan semua fungsi dan kewajiban institusionalnya. 

Seluruh proses manajemen strategis harus memperhatikan kualitas hak yang diberikan kepada individu. Hak individu atas perlakuan yang adil, hak atas penyerahan tugas, hak atas pembayaran, hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before the law) harus direkonsiliasi oleh pimpinan lembaga dalam kaitannya dengan tugas masing-masing individu.

D. KETERBUKAAN DAN PARTISIPASI

Perspektif etika manajemen strategis selalu menghadirkan prinsip keterbukaan dan partisipasi setiap karyawan dalam proses konsultasi dan konsultasi pengambilan keputusan kolektif Keterbukaan berarti bahwa setiap individu yang masuk ke dalam organisasi secara alami menyatakan komitmennya terhadap kelangsungan bisnis institusi. dalam hal ini diperlukan saling keterbukaan antara individu dan perusahaan dalam berbagai proses manajemen strategis untuk kepentingan bersama. 

Transparansi ini tentunya mencakup perencanaan strategis dan penganggaran untuk kepentingan bersama. Keterbukaan adalah tujuan menjadi bagian dari suatu organisasi dan karena itu merasa nyaman melakukan yang terbaik untuk keberlanjutan kelembagaan.

Partisipasi, bersama dengan keterbukaan, merupakan nilai penting yang harus diperkenalkan dan diperjuangkan oleh semua pihak. Dengan keterbukaan bagi semua yang terlibat, timbul keinginan untuk berpartisipasi dalam semua proses manajemen strategis. 

Individu harus terlibat dalam identifikasi masalah, perencanaan, dan perumusan strategi hingga implementasi dan evaluasi. Hal ini disengaja karena keberhasilan organisasi dipengaruhi oleh keberhasilan seluruh sumber daya organisasi, termasuk manusia.

E. PENDEKATAN KEADILAN

Keadilan mengandung arti bahwa semua orang dalam dunia usaha, baik karyawan, manajer maupun pemilik, harus diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing. Dengan kata lain, hak harus diterima secara adil dan sepadan dengan tugas atau kewajiban dan tanggung jawab yang diembannya. Pembagian hak dan kewajiban secara proporsional merupakan bagian dari keadilan. 

Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di depan hukum. Itulah keadilan. Sama seperti orang yang bersalah berhak untuk dihukum, orang yang bersalah juga berhak untuk tidak dibebaskan. Ketimpangan menunjukkan ketidaksesuaian dalam penerapan prinsip keadilan dan persamaan.

Perumusan strategi korporasi harus mengutamakan kemanusiaan yang adil dan beradab. Fokus strategis pada nilai ini akan sangat berkontribusi pada kualitas program strategis perusahaan dan perumusan kebijakan yang prediktif, efektif, dan proaktif dengan memperhatikan keadaan dan kesejahteraan pelanggannya.semua karyawan, baik di masa kemakmuran dan 'pada saat kesulitan'. krisis. 

Hal ini penting karena banyak perusahaan yang hanya dapat meningkatkan kesejahteraan karyawannya pada saat perusahaan berada pada puncaknya, namun ketika perusahaan diliputi oleh ancaman dan tantangan dari lingkungan eksternal, seperti menghadapi pesaing baru atau dilanda wabah Covid-19. 

Pandemi, banyak yang telah mengorbankan keselamatan dan kesejahteraan karyawannya dengan strategi mulai dari defensif hingga pemecatan atau pemutusan hubungan kerja yang ekstrem. Manusia dan nilai-nilai kemanusiaan hanya dikorbankan karena kelemahan strategis perusahaan pada tahap awal konstruksi, implementasi, dan evaluasi.

F. SOCIAL RESPOCIBILITY

Bisnis dan masyarakat memiliki hubungan satu sama lain. Kehadiran perusahaan juga terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Masyarakat menyediakan sumber daya yang dibutuhkan bisnis untuk bisnis. Bisnis yang beroperasi di masyarakat beroperasi dengan cara yang berbeda, seperti menyediakan pekerjaan ke berbagai lapisan masyarakat.

Tingkatan Tanggung Jawab Sosial:

  • Economic Responcibility: Fungsi utama bisnis adalah mencari keuntungan. Dalam berbisnis, perusahaan harus memahami kebutuhan konsumen, baik dari segi kualitas produk dan pelayanan maupun harga atau biaya yang timbul dari kegiatan bisnis tersebut. Tanggung jawab ekonomi bisnis adalah memahami sudut pandang konsumen dan memenuhi kebutuhan mereka.
  • Legal Responcibility: Perusahaan harus mengikuti hukum dan aturan. Aturan atau regulasi seperti hukum perburuan, hukum lingkungan, hukum perdata dan hukum pidana harus ada dan diundangkan untuk mengontrol pengorbanan sewenang-wenang dari nilai-nilai kemanusiaan dan kebahagiaan sosial masyarakat, serta untuk menjaga keseimbangan dan kebaikan masyarakat yang lebih besar.
  • Ethical Responcibility: Tanggung jawab etis mencakup perilaku bisnis yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus selalu sadar akan aktivitasnya dan dampaknya terhadap lingkungan. Ini adalah tanggung jawab moral dan etika setiap orang dan setiap pengusaha.
  • Philan thropic Responcibility: Bisnis, berdasarkan pertimbangan tertentu, dianggap sebagai salah satu pilar terpenting masyarakat untuk mendukung dan meningkatkan keuntungan yang berarti. Pandangan ini terkait dengan kiprah perusahaan yang memberikan pendidikan gratis dengan membuka lembaga pendidikan, membuka lembaga pelatihan, serta membantu masyarakat yang terkena bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.

Pentingnya Social Responcibility:

  • Dari perspektif karyawan: Tanggung jawab sosial perusahaan penting bagi karyawan dengan bantuan pekerja perusahaan.
  • Dari sudut pandang pelanggan: Tanggung jawab sosial perusahaan mengikuti praktik etis dan menghasilkan produk yang memenuhi kualitas yang diharapkan oleh pelanggan dan dengan harga yang wajar.
  • Dari sudut pandang investor: Perusahaan yang memahami nilai tanggung jawab sosial memastikan perlindungan uang investor dengan dukungan untuk pengembangan dan pertumbuhan bisnis serta pengembalian yang diharapkan investor dengan keuntungan yang dihasilkannya keluar.
  • Dari perspektif pemasok: Pentingnya tanggung jawab sosial pemasok karena merekalah yang menyediakan bahan baku perusahaan serta bahan lain yang diperlukan. Ketika mereka dibayar tepat waktu dan permintaan yang masuk akal dari mereka akan mempengaruhi kepuasan perusahaan. Pemasok kemudian akan setia kepada perusahaan.
  • Dari perspektif pemerintah jangka panjang: Ketika perusahaan membayar pajak secara teratur, mengikuti standar pemerintah, ini dianggap sebagai tanggung jawab sosial perusahaan yang baik.
  • Dari perspektif sosial: Hasil kerja perusahaan memberikan dampak positif bagi masyarakat dengan menyediakan produk yang baik, berusaha menjaga kebersihan lingkungan, menciptakan peluang untuk berpartisipasi dalam bisnis dan bekerja untuk perkembangan seluruh masyarakat.

G. MANFAAT ETIKA MANAJEMEN STRATEGI

  • Perusahaan akan memperoleh citra positif dan memenangkan kepercayaan konsumen. Kejujuran perusahaan akan membuat konsumen menjadi loyal dan mampu merekomendasikan produk dan jasa perusahaan kepada orang lain, sehingga meningkatkan peluang penjualan.
  • Karyawan akan bekerja keras jika perusahaan memiliki citra yang baik di mata karyawan (Nawawi, 2013, p.75).
  • Etika adalah tentang bagaimana kita hidup di masa sekarang dan mempersiapkan masa depan. Bisnis tanpa niat menghasilkan keuntungan bukanlah bisnis yang etis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun