Mereka "mentog" terhenti Cuma sampai disitu dan bingung mau bertanya sama siapa? bagaimana ? untuk apa? Tak jarang dari mereka yang berhenti karena kalah dalam ketidaktahuannya.Â
Imbasnya adalah banyak dari mereka yang tidak tahu lebah. Kalau mereka tidak tahu lebah, bagaimana mereka menjual produknya ke konsumen? Apakah mereka bisa membedakan madu murni dan tidak murni?
Sekilas pertanyaan seperti itu sering terlintas diantara para pemula mapupun mereka yang sudah praktisi. Memang kelemahan kita adalah jarang sekali kita sharing informasi pengetahuan tentang ilmu. Jadi, tidak ada jembatan penghubung yang bisa digunakan untuk ajang bertukar pikiran.Â
Toh kalau ada, itupun hanya sebatas organisasi yang mengarah pada penjualan bukan organisasi yang melahirkan bibit-bibit calon peternak muda yang profesional.Â
Oleh karena itu, perlu sekali kita duduk bersama memikirkan nasib perlebahan kita bagaimana supaya perlebahan Indonesia lebih maju dan jangan ada lagi masyarakat yang dikorbankan?
Korban Lebah
Korban dari keganasan lebah ini sangat luar biasa dampaknya. Salah satu faktornya adalah ketidaktahuan mereka tentang lebah. Ketidaktahuan ini sering sekali dijadikan manfata oleh oknum-oknum jahat dan tidak bertanggungjawab yang menjual produknya.Â
Mereka kebanyakan memanfaatkan kelemahan konsumen dengan berusaha meyakinkan bahwa produknya paling baik. Alih-alih banyak konsumen khususnya masyarakat awam yang terjebak.Â
Contoh sederhananya, mereka kebanyakan hanya melihat postingan lebah atau postingan madu yang ada di sosial media. Haslinya adalah pemikiran instan dan keyakinan hati serta pikiran bahwa apa yang diposting itu benar sehingga ada niatan untuk membeli produk tersebut. Â
Akhirnya, banyak dari mereka yang terjebak pada madu jelek atau SOS. Fakta ini sebenarnya sering sekali  terjadi, banyak para konsumen dirugikan.Â
Penyebanya imbas dari ketidaktahuan mereka tentang lebah dan mereka hanya bersumber dari data yang dilihat disosial media tanpa merujuk pada ilmu atau literaturnya.