Mohon tunggu...
Fahmi Kompas
Fahmi Kompas Mohon Tunggu... Staff Gudang di ITC Mangga Dua, Penulis Lepas, Bisnis Online -

Menyukai Selera Humor, Penggemar Photoshop, Funny Experiences, Suka dinasehatin dan paling senang mendengar ucapan motivasi yang menginspirasi :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mister Digital (1) Moment Pertama

18 November 2016   13:31 Diperbarui: 18 November 2016   13:34 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Detik jam menunjukkan angka 12. Dengkuran keras masih mengisi ruangan kamar yang senyap. Beberapa buku dan gulungan kertas berceceran di lantai. Poster Ariel Noah masih terpampang di dinding bercat biru muda, walau menyisakan keretakan kecil karena tak terawat. Dengan selimut bergaris putih biru, Andra masih membenamkan wajahnya di bantal guling. Kamar yang dihuninya adalah kamar terakhir rumah milik Pak Janar, sang pemilik kost di daerah Pademangan.

Lelaki yang awalnya bermodalkan tabungan dari kecil ini, sudah memiliki tekad untuk hidup mandiri. Semenjak pergi dari rumah saudaranya, Andra beruntung mendapatkan pekerjaan sebagai staff Software Engineering di umurnya yang genap 20 tahun. Ia memang ahli dalam soal pemograman perangkat lunak.

Walau penampilannya bisa dibilang mirip kuli versi modern, Andra memiliki skill yang membuat dapur hidupnya terus mengepul. Design Grafis adalah pekerjaan sampingannya di hari libur. Dari semua hal yang ia miliki, justru waktu adalah pelajaran yang mudah ia lupakan. Kini, reputasi pekerjaannya dipertanyakan.

KRINGGG!!!

Dering Jam Wecker membuyarkan mimpi indah Andra.

Pukul 7:15, menandakan peluang pergi ke kantor dengan tepat waktu semakin tipis. Andra langsung menyambar handuk, masuk kamar mandi. Ia punya 5 menit untuk selesai. Keramas 2 menit. Gosok gigi 1 menit. 2 menit terlewat lagi karena ia harus buang hajat besar. Waktu termakan 8 menit. Andra mulai panik. Persoalan waktu baginya adalah musuh yang selalu menantang dirinya untuk berbuat lebih cepat.

Seragam kerja dan sepatu pantofelnya telah siap sedia. Layaknya seperti Bartender melakukan aksi lempar botol. Andra melakukan hal itu untuk menyemprot tubuhnya dengan parfum AXE, untuk pertama kalinya dia bergaya seolah keterlambatan waktu tak akan mengendurkan kepercayaan dirinya. Ia bergegas keluar dari pintu kost. Pak Janar yang melihatnya penuh keheranan.

celananya. Motor Matic Mio di tungganginnya seperti kuda perang yang siap menuju ke medan tempur. Andra meluncur dengan keahliannya berkelok-kelok di gang yang sempit, ia berhasil keluar dari kerumunan orang-orang. Melintas di jalan raya yang lebar.

Andra melirik jam tangannya, waktu mulai mendekati 7:38, sebuah pertanda bahwa ia akan telat ke kantor. Ia memutar gas dengan cekatan, memacu motornya untuk lebih cepat. Melewati beberapa kendaraan di depannya. Sampai pada Truk gandeng yang besar sedang berputar arah di hadapannya.

“Sial!” oceh Andra dengan kesal.

Ia melihat ke arah trotoar yang sepi pejalan kaki. Andra memanfaatkan hal itu untuk menghindari macet yang diakibatkan ulah Truk gandeng. Andra tahu bahwa ini melanggar hukum dan mempersempit kesempatan pejalan kaki. Tapi dia juga tahu kalo waktu yang dibutuhkannya menuju ke kantor juga semakin sempit. Setelah berhasil, ia berbelok arah menuju jalur Golden Truly tempat dimana setelah melewati persimpangan yang ketiga, akan ada jalur khusus baginya. Sebuah jalan pintas yang langsung menuju kantornya.

“Sedikit lagi, ayo mio! Tunjukkan kau motor matik terbaik!” Andra memerintahkan motornya untuk melaju lebih cepat, walau tak ada sahutan dari kendaraan roda dua yang dimilikinya. Dalam kondisi lawan arah, Truk dengan muatan besar melaju dengan cepat. Kedua mata Andra membelalak, karena di saat yang sama Truk itu akan berbelok menuju ke persimpangan, yang artinya, Andra akan kehilangan waktu untuk masuk ke jalan pintas karena terhalang Truk.

Disinilah andrenalin Andra terpacu, jantungnya mulai berdegup sangat kencang. Walau pernah berkali-kali tertabrak dan jatuh dari motor. Sensasi ini selalu dianggapnya wajar. Andra memutar penuh gas di stang kanannya. Motor Mio-nya melaju tanpa ragu. Ia membidik jalan kecil yang tidak jauh lagi dari persimpangan dimana Truk tersebut juga melaju dengan kecepatan normal.

“Oke, Mio, beri aku keajaibanmu!” pinta Andra.

Motor mio melaju lawan arah dengan Truk yang sudah meng-klakskon dari ujung jalan. Andra tidak gentar. Supir Truk malah tetap melaju. Dalam sepersekian meter, dan kegugupan sang supir, Andra berhasil masuk ke jalan pintas dengan selamat. Sang supir hanya bisa mengelus dada. Andra berhasil masuk ke jalan pintas. Dalam perhitungannya, ia telah menghemat setidaknya 5 menit.

“Itu adalah moment terbaik, terima kasih Mio!”Andra menepuk-nepuk bagian lampu depan.

Saat sampai di parkiran, ia langsung berlari cepat menuju kantor yang dulunya sulit untuk bisa diterima bekerja disini. Kantor Ubex, pelayanan dan konsultasi perangkat lunak. Andra masuk ke bagian resepsionis, menaiki beberapa anak tangga, karena menunggu lift membuang waktu yang tidak sebentar. Saat sampai pada ruangan teknisi, ia bertemu dengan Tuan Shito, manager perangkat lunak, alias bos nya Andra.

“Selamat Pagi, Pak.” sapa Andra sembari merapikan rambutnya yang lupa disisir.

“Apa penyebab rambutmu bisa berantakan?” tanya Tuan Shito.

“Saya tidak memakai helm saat naik motor.” Andra mencoba mencari-cari alasan.

“Lupa?” Tuan Shito bertanya lagi.

“Iya, Pak. Maaf.” Andra hanya bisa mengangguk dan tersenyum.

Tuan Shito bersedekap dan menatap tajam ke arah Andra.

“Kau bisa membohongi polisi, tapi tidak bisa membohongi saya.”

“Beneran, Pak, saya lupa karena….”

“Karena terburu-buru?” Tuan Shito menebak dengan tepat.

Andra hanya bisa mengangguk pelan.

“Waktu adalah hal penting di dunia ini, kau mungkin beruntung tidak mengalami kecelakaan, dan juga... , tepat waktu.” ujar Tuan Shito, yang melirik jam tangannya, pukul 7:58 menit.

“Syukurlah, lain kali saya akan lebih awal, Pak.” ucap Andra, dadanya terasa lapang setelah mengetahui bahwa ia tidak telat.

“Jangan katakan itu pada saya. Katakanlah pada dirimu. Ingatlah, kau tidak bisa meremehkan waktu!” Tuan Shito berlalu meninggalkan Andra yang tertunduk malu.

Juno, teman kerja. Menghampirinya.

“Bukan hal baru, kalau kau selalu telat.” canda Juno yang menyikut bahu kiri Andra.

“Aku tak pernah telat, hanya saja hampir telat.” kata Andra yang berjalan menuju koridor ruangan kerjanya.

“Dimana letak perbedaannya?” tanya Juno yang menyeruput segelas kopi hangat.

“Dalam detik dan menit, 2 hal itu yang membuatku muak!” Andra menghempaskan tubuhnya di kursi putar yang empuk.

“Lalu adakah moment untuk mengubah 2 hal itu?” tanya Juno.

Beberapa meter dari tempat kerjanya, Andra masih bisa melihat setiap pergerakan teman-temannya yang sibuk bekerja, 10 detik kemudian pandangannya teralihkan oleh seorang wanita yang melintas dekat meja sekretaris. Wanita itu berambut sebahu, bertubuh proporsional, kemeja putih dibalut jas biru muda, celana panjang berwarna biru terang. Sibuk bercakap-cakap dengan senyum kecil yang membuat Andra terdiam sementara.

“Jadi… apa momentnya?” Juno kembali bertanya sambil mencari tahu ke arah mana pandangan Andra.

“Detik dan menit akan terasa berbeda saat aku melihatnya, jelas itu adalah moment pertama untukku.” jawab Andra tanpa melihat ekspresi Juno yang menahan tawa.

“Kenapa tidak kau tanyakan saja, siapa namanya?” Juno langsung berlalu, kembali ke ruang scanner.

Pikiran Andra kembali fokus ke wanita itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun