Mohon tunggu...
Fahliza Syahira
Fahliza Syahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak, menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keheningan Berbicara Lebih Keras

23 Januari 2025   16:25 Diperbarui: 23 Januari 2025   16:20 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ningsih tidak menjawab. Matanya mulai berkaca-kaca. Pak Hadi mengangguk pelan, seolah-olah baru menyadari sesuatu. “Dia mencoba bicara lewat ini,” katanya.

Ketika Ardi mendekat, mereka semua memandangnya dengan cara yang berbeda. Ningsih memeluknya erat. “Ardi, maafkan ibu. Ibu terlalu sibuk memperhatikan Lia sampai lupa bahwa kamu juga punya suara.”

Pak Hadi menepuk bahunya. “Kamu anak yang luar biasa, Di. Kami bangga padamu.”

Setelah hari itu, suasana di rumah berubah. Ardi tidak lagi merasa seperti bayang-bayang. Ningsih mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengannya, bertanya tentang lukisan-lukisannya. Pak Hadi sering meminta Ardi menggambarkan sesuatu untuknya, bahkan membantunya mengikuti lomba-lomba seni lainnya. Lia, yang sebelumnya selalu menjadi pusat perhatian, kini belajar berbagi.

“Kamu memang pendiam, Di,” kata Lia suatu hari. “Tapi ternyata, keheninganmu itu lebih keras dari kata-kata.”

Ardi hanya tersenyum. Untuk pertama kalinya, ia merasa keheningannya didengar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun