Mohon tunggu...
Fahlevi Vici Febriyani
Fahlevi Vici Febriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations - Universitas Mercu Buana

Nama : Fahlevi Vici Febriyani NIM : 44223010169 Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen : Prof.Dr. Apollo , Ak , M. Si. Universitas Mercu Buana Meruya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2_Diskursi Gaya Kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram dalam Upaya Pencegahan Korupsi_Fahlevi Vici Febriyani

12 November 2023   14:04 Diperbarui: 12 November 2023   14:05 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva design by Fahlevi Vici F

Beliau mengemukakan pandangannya mengenai akar penyebab ketidakbahagiaan yang menarik. Menurut beliau, sumber ketidakbahagiaan berasal dari keinginan-keinginan manusia. Point utamanya adalah mengendalikan semat, drajat, dan kramat. Di bawah ini adalah penjelasan rinci dari masing-masing konsep tersebut:

1. Semat: Semat mengacu pada hasrat terhadap kekayaan, kesenangan, kecantikan, dan kegantengan, yang umumnya memiliki dimensi fisik. Berarti ini adalah keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu yang dapat dilihat atau dirasakan secara jasmaniah.

2. Derajat: Drajat bisa mencakup keluhuran, kemuliaan, keutamaan, dan status sosial. Artinya keinginan untuk mencapai posisi atau status tertentu dalam masyarakat atau kelompok.

3. Kramat: Kramat melibatkan keinginan terhadap kekuasaan, kedudukan, dan pangkat. Maksudnya adalah keinginan untuk memiliki kontrol atau pengaruh terhadap orang lain.

Ki Ageng meyakini bahwa jika keinginan-keinginan ini tidak dikendalikan dengan bijaksana, mereka dapat menjadi penyebab utama ketidakbahagiaan. Oleh karena itu, sangat penting bagi manusia untuk memahami dan mengendalikan dorongan-dorongan ini agar dapat mencapai kebahagiaan sejati.

Ki Ageng Suryomentaram memberikan pesan yang mendalam bahwa memahami dan mengendalikan keinginan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Dengan menyadari bahwa kepuasan sejati tidak terletak pada pemenuhan keinginan materi atau status sosial semata, manusia dapat memandang hidup dengan lebih bijak dan mencapai kedamaian batin yang sejati.

Menurut Ki Ageng Suryomentaram, seseorang yang selalu mengikuti keinginan pribadinya, terutama terkait dengan semat (kekayaan), derajat (kehormatan), dan keramat (kekuasaan), dapat dikategorikan sebagai karmadangsa yang belum mencapai kesehatan jiwa. Bagi Ki Ageng Suryomentaram, kontrol terhadap semat, keramat, dan derajat dapat diwujudkan melalui suatu metode yang disebut "mawas diri", suatu bentuk latihan yang melibatkan pengamatan mendalam terhadap perasaan dan keinginan pribadi. Dengan mengamalkan mawas diri, seseorang dapat secara terus-menerus memantau dan membimbing keinginan mereka, sehingga tetap berada dalam jalur alami dan bertindak dengan integritas.

Lebih lanjut, mengendalikan semat, keramat, dan derajat, menurut Ki Ageng Suryomentaram, bukanlah tentang menekan atau mengabaikan keinginan pribadi. Sebaliknya, ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap keinginan tersebut dan kemampuan untuk mengarahkannya dengan cara yang sehat dan produktif. Proses ini menuntut tingkat kesadaran diri yang mendalam, yang dapat ditingkatkan melalui praktik-praktik seperti meditasi atau latihan pernapasan.

Dengan demikian, kontrol terhadap semat, keramat, dan derajat adalah suatu bentuk penguasaan diri yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap keinginan pribadi dan kemampuan untuk membimbingnya menuju arah yang positif. Melalui praktik mawas diri, seseorang dapat mencapai keseimbangan antara keinginan pribadi dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai yang lebih tinggi, membentuk landasan untuk pertumbuhan jiwa yang sehat dan positif.

Mulur-Mungret

Konsep "Mulur-Mungkret" merupakan bagian penting dari ajaran "Kawruh Jiwa" yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram. Konsep ini memiliki fokus utama pada pemahaman dan pengelolaan keinginan manusia, mencerminkan dinamika yang terkandung di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun