Mohon tunggu...
Fahlevi Vici Febriyani
Fahlevi Vici Febriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations - Universitas Mercu Buana

Nama : Fahlevi Vici Febriyani NIM : 44223010169 Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen : Prof.Dr. Apollo , Ak , M. Si. Universitas Mercu Buana Meruya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2_Diskursi Gaya Kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram dalam Upaya Pencegahan Korupsi_Fahlevi Vici Febriyani

12 November 2023   14:04 Diperbarui: 12 November 2023   14:05 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Sa-Perlune (Seperlunya): Artinya, melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan tanpa kelebihan atau kekurangan. Ini merupakan  melibatkan pemahaman tentang hal-hal yang benar-benar penting dan yang tidak, dan bertindak sesuai dengan pemahaman tersebut. Jadi, intinya adalah melakukan hal-hal yang perlu dilakukan dengan tepat, tidak lebih dan tidak kurang dari yang diperlukan. Cara menerapkannya adalah dengan cara menggunakan apapun sesuai kebutuhannya saja,  contohnya jika anda membutuhkan baju, maka belilah baju tersebut tapi jangan membeli barang lain yang tidak sesuai dengn apa yang diperlukan saat itu.

3. Sa-Cukupe (Secukupnya): Artinya, kita perlu melakukan segala sesuatu dengan seimbang, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Ide ini berkaitan dengan menemukan titik tengah antara kekurangan dan kelebihan, serta menjaga keseimbangan tersebut dalam berbagai hal dalam hidup kita. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan, dan penting untuk menjaga agar tidak ada yang berlebihan atau kurang dalam tindakan dan keputusan kita sehari-hari. Dengan cara ini, kita dapat mencapai harmoni dan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari kita. Cara menerapkannya adalah dengan jangan berlebihan dalam apa pun. Misalnya, tidur adalah penting, tetapi tidur terlalu banyak bisa membuat orang merasa lesu dan tidak produktif. 

4. Sa-Benere (Sebenarnya): Melakukan sesuatu sesuai dengan kebenaran berarti mencari dan selalu berusaha hidup sesuai dengan yang benar. Maksudnya, melakukan usaha untuk memahami kebenaran dalam segala hal. Dengan kata lain, kita berkomitmen untuk bertindak dengan jujur dan sesuai dengan nilai-nilai yang benar, sehingga hidup kita mencerminkan kebenaran tersebut. Cara menerapkannya adalah dengan Selalu berusaha untuk mencari kebenaran dan bertindak sesuai dengan itu. Misalnya, jika mendengar rumor tentang seseorang, jangan langsung percaya. Cari tahu kebenarannya terlebih dahulu. 

5. Sa-Mestine (Semestinya): Melaksanakan tugas atau kewajiban sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Hal ini melibatkan pemahaman terhadap apa yang benar dan apa yang salah, serta upaya terus-menerus untuk bertindak sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang baik. Dengan kata lain, seseorang seharusnya berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan selalu berusaha untuk membuat keputusan yang tepat. Cara penerapannya adalah dengan melakukan apa yang seharusnya diakukan. Misalnya, jika Anda seorang pelajar, Anda seharusnya belajar dan menyelesaikan tugas Anda tepat waktu.

6. Sak-Penake (Seenaknya): Makna dari konsep ini adalah melakukan sesuatu dengan senyaman mungkin. Namun tidak bermakna mencari kenyamanan melalui keengganan untuk bekerja keras atau malas, tetapi mencari solusi untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan cara yang paling efisien dan efektif. Cara penerapannya dalam kehidupan sehari hari adalah cari cara untuk membuat tugas dan tanggung jawab yang lebih nyaman. Misalnya, jika Anda merasa tidak nyaman saat bekerja di meja yang berantakan, luangkan waktu untuk membersihkan dan mengatur meja Anda sebelum memulai pekerjaan. 

Konsep ini menekankan pentingnya keseimbangan dalam hidup dan menghindari ekstremisme dalam mengejar atau menolak sesuatu. Filosofi ini sangat relevan dan bermanfaat dalam konteks kehidupan modern saat ini.

Pengawikan Diri.

Ki Ageng Suryomentaram menyampaikan bahwa mencari atau menolak dengan keras semat, derajat, dan keramat tidaklah bermakna. Bagi manusia, yang patut dikejar hanyalah hakikat kebahagiaan yang tidak tergantung pada keinginan materi. Kebahagiaan sejati diperoleh dengan menjadi pengawas terhadap keinginan diri sendiri.

Dalam ajarannya yang mendasar yang tercantum dalam karya "Aku Iki Wong Apa?", Ki Ageng Suryomentaram tidak menyarankan agar manusia menghindari mencari semat, derajat, atau keramat. Sebaliknya, ia lebih menekankan pada upaya memahami hakikat diri. Dengan mengenali hakikat diri, manusia dapat mencapai kesadaran bahwa tidak ada perbedaan esensial antara satu sama lain. Pandangan ini mencakup penolakan untuk membedakan manusia berdasarkan strata sosial, serta menolak orientasi pada semat, derajat, dan keramat. Kesadaran ini muncul dari keyakinan bahwa di mata Tuhan, semua manusia memiliki derajat yang sama.

Untuk menghindari kesombongan terhadap semat, derajat, dan keramat yang dimilikinya, manusia perlu memahami rasanya sendiri. Ajaran Ki Ageng Suryomentaram mengenai pemahaman diri ini tertuang dalam "Pangawikan Pribadi". Untuk mengamalkan ajaran ini, manusia harus mengusung prinsip toleransi terhadap sesama.

Ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang memahami diri dalam "Pangawikan Pribadi" sesuai dengan konsep-konsep yang terdapat dalam "Kawruh Rasa" dan "Kawruh Jiwa". Semua ini melibatkan dimensi spiritualitas manusia, di mana pemahaman diri menjadi fondasi yang erat untuk mencapai keselarasan dengan lingkungan dan pencapaian makna hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun