"Namanya Aditya, dia memang telat bicara mulai bayi mbak karena dulu sakit kejang tapi alhamdulillah sekarang sudah lebih banyak tau isyarat kalau disuruh makan, minum atau pas dipanggil namanya, tapi untuk bicaranya belum banyak jadi mohon maklum ya mbak kalau nanti pas diajak bicara belum sebegitu nyambung."
Pasti kita pernah berjumpa atau sekilas mengetahui orang atau bahkan anak yang usianya masih dini dengan gangguan berkomunikasi seperti ini bukan ?
Semua orang pasti pernah, walaupun hanya sekilas melihat atau mendengar ceritanya.
Waktu itu saya tengah berada di salah satu rumah teman kecil saya yang belajar mengaji bersama saya. Hari itu kebetulan ada jadwal pengajian anak offline di rumahnya yang diikuti oleh teman-teman sebayanya. Yang pertama datang adalah Aditya, ia masuk dengan tersenyum tipis dengan didampingi ibunya yang memberikan salam. Otomatis kumenanyakan nama dan kabarnya.
Ibu yang mengantarnya secara langsung mengungkapkan semua hal tentangnya. Bercerita sedikit tentang kehidupannya yang pernah sakit parah saat masih bayi dan dampaknya masih ada hingga umurnya sudah hampir 6 tahun. Aditya memiliki keterbatasan untuk merespon apa yang orang lain katakan, sulit untuk berbicara sekaligus menerima isyarat yang orang lain tunjukkan. Mungkin hanya ibunya yang faham akan apa yang Aditya katakan.Â
Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan anak demikian ? apakah mereka akan terus demikian sepanjang hidupnya ?
Bahasa Reseptif merupakan kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu. Kemampuan reseptif ini bersifat memasukkan data kedalam otak yang akan ditelaah atau diolah.
Contoh kecil yakni saat anak mendengarkan kata "Ayo Makan" secara normal mereka akan mempersiapkan diri mereka dan mengikuti apa yang sudah diperintahkan. Contoh, berjalan kearah sumber yang memerintahkan, memposisikan diri untuk duduk, atau berjalan kearah meja makan jika hal itu sudah menjadi kebiasaan.
Hal itu yang dinamakan bahasa reseptif dan respon yang ditunjukkan oleh semua orang termasuk pada anak kita yang masih dalam masa usia dini. Jika orang dewasa akan mudah membalas masukan atau bahasa reseptif yang kita tunjukkan. Berbeda dengan anak yang masih dalam masa usia dini atau masih bayi, mereka akan menunjukkan sesuatu yang bisa jadi kita sendiri tidak tahu apa arti dari jawaban anak tersebut.
Oleh sebab itu anak memiliki perkembangan bahasa sesuai dengan tahapan mereka, kebanyakan akan mudah diukur dengan jangkauan usia anak tersebut.
Saat bayi baru lahir mereka sudah memiliki perkembangan bahasa reseptif yakni, mereka menyadari akan suara-suara yang berada di sekitar mereka. Bayi akan terkejut dengan suara keras yang membuatnya terbangun dari tidur atau suara tidak mereka inginkan. Bayi yang baru lahir juga sudah mendengar percakapan orang-orang yang berada disekitarnya.
Tidak hanya itu selama kurun waktu 0 hingga 1 tahun mereka akan memunculkan respon yang mencenangkan, seperti :
- Bayi akan memalingkan wajah mereka.
- Bayi akan tenang setelah mendengar suara yang sangat femiliar dengan mereka, yakni suara ibu mereka.
- Bayi akan merespon apa yang kita ucapkan dengan senyuman atau yang lain, seakan-akan mereka tahu apa yang sudah kita bicarakan. Bahkan mereka juga bisa merespon dengan menjawab dengan sepatah dua patah kata yang terlontar dari mulut mereka.
Menginjak pada umur berikutnya, rentang umur 1 hingga 3 tahun, anak akan menunjukkan perkembangan yang lain, seperti :
- Mereka mampu memahami perintah sederhana
- Mampu mengulangi apa yang kita ucapkan
- Mengenal suara-suara orang terdekat mereka kecuali ibu mereka. Karena si kecil sudah sangat faham mulai ia lahir dengan mana suara ibu mereka.
Berlanjut pada umur selanjutnya yang berkisar antara 3 hingga 5 tahun, anak akan jauh lebih banyak mengalami perkembangan akan bahasa reseptif mereka.
- Anak akan mengenali suara selain dari orang tedekat mereka, contoh saura hewan, suara benda dan sebagainya.
- Anak akan lebih tertarik saat dibacakan buku cerita atau mendengar cerita
- Mereka mampu memahami dan membedakan mana suara yang biasa mereka dengar dan yang masih asing bagi mereka.
Banyak sekali perkembangan anak yang muncul seiring perkembangan usia mereka. Kita sebagai orang tua juga harus pandai dalam menyikapi perkembangan anak kita, terutama dalam perkembangan bahasa anak kita yang terus meningkat.
Sebagai orang tua jadilah teman bercakap aktif untuk anak, berbicaralah seakan-akan anak kita mengetahui apa yang kita bicarakan, gunakan bahasa yang pas saat berbincang dengan mereka lebihkan kalimat positif sehingga mulai dari dini mereka sudah mendengar kalimat positif yang terlontar dari kita sebagai orang tuanya.
Banyak orang tua yang mungkin belum sadar bahwa kalimat positif pada anak sangat berpengaruh pada memori anak. Bayangkan saja jika kita tidak menyaring apa yang kita atau orang lain ucapkan pada anak kita, maka kalimat kotor dan yang tak pantas diucapkan secara spontan walau kita sendiri tak mengajari secara langsung, kalimat tersebut akan terlontas pada mulut anak kita.
Lalu bagaimana dengan kasus Aditya diawal tadi ?
Terdapat beberapa ciri anak yang mengalami gangguan reseptif,
- Kesulitan saat mendengarkan bahasa
- Tidak memperhatikan sesuatu yang menjadi kegiatan dia sebenarnya
- Tidak bisa mengikuti perintah atau intruksi yang diberikan kepadanya
- Sulit untuk terfokus akan suatu hal, seperti mendengarkan cerita, mendengarkan perintah seseorang dan lain sebagainya
- Menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak masuk akal atau tidak biasa. Biasanya jawaban mereka akan melantur kesana kemari tidak sesuai dengan jawaban yang benar.
Dari semua gangguan maka akan ada dampak yang muncul. Bergitu juga dengan gangguan reseptif pada anak usai dini. Yang akan terganggu pertama adalah konsentrasi pada anak dan akan menyebar pada perilaku mereka, Â gaya bahasa mereka, kemampuan membaca dan menulis, keterampilan sosial, sensorik pada anak dan lain sebagainya.
Saya yakin banyak anak yang mungkin terganggu kemampuan resertifnya. Namun bukan berarti kita tidak  bisa menetralisir atau meningkatkan kemampuan mereka kembali.
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kemampuan reseptif khususnya pada anak usia dini.
- Dengan kontak mata
- Jangan memberikan instruksi atau perkataan terlalu banyak atau sekaligus. Lakukan instruksi atau perintah dengan bertahap atau step by step.
- Sebisa mungkin gunakan bahasa yang paling ringan untuk mereka cerna. "Ayo Makan" "Ayo Mandi" "Ayo Tidur" dan lain sebagainya
- Minta mereka untuk mengulangi apa perintah yang sudah kita berikan, dengan ini kita bisa memastikan bahwa mereka sudah faham atau belum dengan apa yang harus mereka lakukan.
Bagaimana, apakah anak-anak bunda mengalami gangguan reseptif atau mungkin kemampuan bahasa reseptif mereka sudah sanngat baik ?
Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya bukan, kita tidak bisa memaksakan apa yang sudah menjadi takdir kita yang sudah disuratkan oleh Tuhan. Tugas kita adalah bersyukur dengan apa yang sudah Tuhan berikan dan menjaga dengan sebaik mungkin. Orang tua di luar sana ingat ya, anak kita adalah karunia dari Tuhan yang dititipkan pada kita agar dididik dengan baik. Â
Salam hangat untuk semua orang tua hebat diluar sana.Â
suyadi, M.Pd.I, Psikologi Belajar Paud, hal 108
John W. Santrock, Life-span development, hal 197, 198
Akhmad Mukhlis, S.Psi, M.A,Materi Pembelajaran PPT, Kemampuan Bahasa Reseptif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H