Mohon tunggu...
Faedhal Amjad Nawaf
Faedhal Amjad Nawaf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Model Satu Tahap dan Dua Tahap Komunikasi Massa saat Ini di Indonesia

5 Juli 2024   11:00 Diperbarui: 5 Juli 2024   11:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penyebaran informasi kepada khalayak luas melalui media massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet disebut komunikasi massa. Model komunikasi massa telah mengalami perkembangan yang signifikan di era digital saat ini. Dalam konteks ini, dua model komunikasi massa yang paling sering dibahas adalah model satu tahap dan dua tahap. Model satu tahap mengacu pada komunikasi langsung dari media massa ke audiens, sementara model dua tahap membahas peran opinion leader dalam menyampaikan informasi kepada audiens dari media massa. Dalam artikel ini, kami akan membahas penggunaan kedua model tersebut di Indonesia, serta studi kasus yang relevan.

 

Model Satu Tahap Komunikasi Massa

Model satu tahap komunikasi massa adalah model tradisional di mana pesan atau informasi disebarkan langsung dari media massa ke audiens. Dalam konteks Indonesia, model ini masih relevan dan digunakan secara luas. Media seperti televisi dan radio masih memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

1. Kelebihan Model Satu Tahap

   - Efektivitas Jangkauan: Media massa seperti televisi dan radio dapat menjangkau audiens yang luas dan beragam secara cepat.

   - Kontrol Pesan: Penyampai pesan memiliki kontrol penuh terhadap isi dan penyampaian pesan.

2. Kekurangan Model Satu Tahap

   - Kurangnya Interaksi: Model ini tidak memungkinkan adanya interaksi dua arah antara penyampai pesan dan audiens.

   - Risiko Distorsi Pesan: Karena tidak ada feedback langsung, pesan yang disampaikan bisa saja ditafsirkan berbeda oleh audiens.

Model Komunikasi Massa Dua Tahap 

Paul Lazarsfeld dan Elihu Katz menawarkan model komunikasi massa dua tahap. Dalam model ini, pemimpin opini, atau pemimpin opini, adalah orang pertama yang menerima pesan dari media massa dan kemudian menyebarkannya kepada audiens lainnya. Dengan adanya platform media sosial di mana influencer dan pemimpin opini memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi, model ini semakin relevan di Indonesia.

 

1. Kelebihan Model Dua Tahap

  - Pengaruh Opinion Leader: Pesan yang disampaikan melalui opinion leader sering kali lebih dipercaya dan diikuti oleh audiens.

  - Interaksi Lebih Baik: Adanya interaksi dua arah antara opinion leader dan audiens dapat membantu memperjelas pesan.

2. Kekurangan Model Dua Tahap

  - Ketergantungan pada Opinion Leader: Efektivitas pesan sangat bergantung pada pengaruh dan kredibilitas opinion leader.

  - Risiko Manipulasi: Opinion leader dapat memanipulasi pesan sesuai dengan kepentingan pribadi atau kelompok.

Studi Kasus

Kasus 1: Kampanye Vaksinasi  COVID 19 di Indonesia

Pemerintah Indonesia menggunakan model satu tahap dan dua tahap dalam kampanye vaksinasi selama pandemi COVID-19. Model satu tahap menggunakan media cetak, radio, dan televisi untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya vaksinasi. Model dua tahap melibatkan tokoh masyarakat dan influencer media sosial untuk menyebarkan pesan vaksinasi untuk mencapai kelompok demografi yang lebih spesifik dan meningkatkan kepercayaan.

Kasus2:  Pemilihan Umum 2019

Pemilihan Umum Indonesia 2019 menjadi contoh menarik untuk melihat pelaksanaan model komunikasi massa satu tahap dan dua tahap. Media tradisional seperti televisi dan surat kabar memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi tentang kandidat dan program kerja mereka selama masa kampanye. Ini adalah contoh penerapan model satu tahap, di mana informasi diberikan langsung kepada audiens.

Sebaliknya, penggunaan media sosial yang dilakukan oleh para kandidat dan tim kampanye mereka menunjukkan penerapan model yang disebutkan di atas dalam dua tahap. Tokoh masyarakat dan pengaruh politik sering kali berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan informasi dari media massa, bersama dengan pendapat dan interpretasi mereka, kepada para pengikutnya. Ini terlihat dari banyaknya kampanye politik di media sosial yang melibatkan berbagai pemimpin opini dan influencer untuk menyampaikan pesan mereka.

Opini dan Kritik 

Meskipun kedua model ini sangat penting untuk komunikasi massa di Indonesia, ada beberapa kritik yang perlu dipertimbangkan. Pertama, model satu tahap seringkali tidak dapat memahami bagaimana audiens memahami informasi yang kompleks. Audiens mungkin tidak memahami atau menerima sepenuhnya informasi yang disampaikan secara langsung oleh media. Misalnya, pemerintah seringkali memerlukan penjelasan tambahan untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam konteks pandemi.

Kedua, pemimpin opini sebagai perantara informasi dapat menyebabkan bias dan distorsi dalam model dua tahap. Pemimpin opini dapat menambahkan kesimpulan yang tidak akurat atau bahkan menyebarkan informasi yang salah. Misalnya, selama pandemi COVID-19, informasi yang salah atau palsu tentang virus dan pengobatan sering terjadi.

 

DAFTAR PUSTAKA:

1. Katz, E., & Lazarsfeld, P. F. (1955). Personal Influence: The Part Played by People in the Flow of Mass Communications. Free Press.

2. McQuail, D. (2010). McQuail's Mass Communication Theory (6th ed.). Sage Publications.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun