Mohon tunggu...
Fadzul Haka
Fadzul Haka Mohon Tunggu... Wiraswasta - Follow Thyself!

Wirausahawan yang menyamar jadi penulis. Di samping tulis-menulis dan berdagang, saya mengaktualisasikan gelar Sarjana psikologi dengan merintis riset mengenai dramatherapy dan poetry therapy secara otodidak. Nantikan tulisan saya lainnya: Cerpen dan Cerbung Jum'at; Puisi Sabtu; dan Esai Minggu. Saya senang jika ada kawan diskusi, jadi jangan sungkan-sungkan menghubungi saya: email: moch.fariz.dz13@gmail.com WA: 081572023014

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panggilan Beringin

2 Oktober 2020   15:28 Diperbarui: 2 Oktober 2020   15:40 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di kawasan perumahan yang tertata secara subdivision, mereka berputar-putar dari blok ke blok yang tersusun rapi dan hampir terlihat seragam, seperti berjalan melewati barisan para murid ketika upacara bendera. Mencari rumah berkolam kering dan dengan pohon mangga di halamannya.

Lagi-lagi dua sekawan ini tidak bertemu kawan yang dicarinya, satu-satunya yang tinggal di rumah itu adalah adiknya yang kehilangan si kakak sejak dua tahun lalu. Menurut si adik, hal terakhir yang dilakukan kakaknya adalah pergi ke salah satu rumah teman SD-nya. Sepanjang cerita ini, Dewi menunduk, kontras dengan Engkos yang seantusias wartawan saat memburu berita.

Engkos meminta pendapat Dewi, namun si ibu guru muda mendadak jadi murid yang terbata-bata dalam menjawab ujian oral.

***

Engkos kembali ke hadapan pohon beringin dalam mimpinya. Sendirian. Lagu perpisahan dulu kembali terdengar, persis waktu perpisahan dulu. Sekali lagi dia menerima selembar daun, dan sebuah pesan dibisikan padanya, "Lupakan kami."

Nyanyian itu mulai kedengaran seperti diputar dari kaset rusak. Tangisan mengambil alih nyanyian. Engkos ikut menangis.

Paginya, dia memutuskan untuk mencari berbagai berita tentang orang-orang hilang. Hampir semua nama teman satu gengnya tercantum dalam laporan yang dikabarkan dari berbagai artikel berita. Kopi susu sasetnya tiba-tiba terasa seperti kopi ekspreso. Tangannya gemetaran selagi menyeruput kopi sampai ketika menaruhnya kembali.

Ingatan yang selama ini membeku pun luruh. Jernih. Tayangan ulang kejadian heboh ketika waktu istirahat memenuhi panggung kesadarannya. Seorang murid pindahan di kelasnya dikabarkan hilang setelah tidak kembali ke kelas sampai bel pulang berbunyi. Setahunya, dua orang yang terakhir kali bersamanya adalah ketua kelas dan Dewi. Pada hari itu, dia dan teman se-gengnya mencari si murid hilang sambil bersepeda hingga ke sekolah lain di dekat pasar. Tetapi baru kali ini dia menyadari ada yang aneh dari gelagat teman-temannya. Mereka tampak canggung dan tidak banyak bicara.

Pesan dari mimpinya kembali berbisik, "Jangan lupakan aku."

Terbakar oleh kecurigaan, Engkos segera pergi ke SD-nya dengan harapan Dewi mengatakan semua yang diketahuinya. Di sekolah, kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. Sembari menunggu jam istirahat, Engkos pergi ke ruang guru berharap dapat menemukan narasumber lain, namun guru-gurunya dulu sudah pensiun dan sebagian telah meninggal dunia, sementara staf pengajar dan kepala sekolah baru tidak memberi tahu lebih banyak daripada berita-berita sebelumnya.

Akhirnya, si detektif dadakan memutuskan untuk pergi ke pohon beringin itu. Basa-basi sekalian memesan kopi di salah satu kios, tentunya juga bertanya perihal kasus orang hilang. Mereka bercakap-cakap sambil mendengarkan lagu karoke Sunda yang disetel si pemilik kios. Sekali lagi, lagu perpisahan dulu menghantuinya kembali. Seketika degup jantung Engkos terasa bertalu-talu, dan pandangannya langsung terarah pada rongga-rongga pohon beringin itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun