Hal ini sejalan dengan asumsi dari teori spiral keheningan yang menyatakan bahwa pendapat pribadi bergantung pada apa yang dipikirkan dan apa yang diharapkan orang lain, atau apa yang orang rasakan atau anggap sebagai pendapat dari orang lain.
Kedua kasus yang sudah dipaparkan didalam tulisan ini akan berbeda implementasi teori spiral keheningan ketika sudah masuk ke dalam lingkungan media sosial.Â
Ketika kasus ini sudah masuk didalam media sosial, kaum minoritas yang dianggap takut untuk berbicara justru melawan dan mulai berpendapat di dalam kolom komentar media sosial mereka, ada yang berupa Caption di Instagram mereka atau komentar di Twitter mengenai pandangan mereka mengenai kasus ini.Â
Hal ini tentu menjadi menarik ketika kelompok yang dianggap tidak berani bersuara justru mulai menyampaikan pendapat atau pandangan mereka kasus tersebut. Teori spiral keheningan menjadi lebih menarik ketika berada dalam lingkungan media sosial. Pembeda antara kelompok minoritas dan mayoritas semakin sulit ditemukan karena sama -- sama memiliki kesempatan yang sama untuk berkomentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H