Jadi ketika tata bahasa memasukkan kata 'waktu' sebagai kata benda, itu bukan berarti waktu adalah kata benda abstrak apa lagi tidak dapat dilihat.
Waktu adalah kata "untuk benda yang sangat sangat sangat besar" -- meminjam pemahaman TAO, kita dapat menjelaskan bahwa waktu adalah: keseluruhan, yang lebih besar dari segalanya, yang darinya semua elemen individual Semesta berasal. Inilah makna esensi dari kalimat "Allah Maha Besar" (Allahu Akbar) dalam tradisi Islam.
Sebelum mengakhiri artikel ini, saya ingin kembali sedikit membahas konsep TAO yang dibahas dalam tulisan-tulisan paling awal yang membahas tentang TAO, yaitu dalam Tao Te Ching, yang menyatakan bahwa "TAO adalah Dia yang tidak disebutkan namanya, yang tidak dapat diungkapkan atau dipahami dalam bahasa."
Bunyi pernyataan "Yang tidak dapat disebut namanya" mengingatkan saya bunyi ayat pertama dalam Surat al-Insan atau ad-Dahr, yaitu:
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?"Â (QS.76:1)
Secara intuitif, saya melihat bahwa bisa jadi, penjelasan dalam Tao Te Ching yang menyatakan bahwa TAO adalah "yang tidak dapat disebut namanya" berkorelasi dengan bunyi ayat pertama dari surat Al Insan ini.
Dan, menjadi penjelasan yang masuk akal, mengapa bentuk TU kita temukan pula pada kata ITU dalam bahasa Indonesia.
Bukankah kata ITU umumnya kita gunakan untuk menyebut sesuatu yang kita tidak tahu atau tidak dapat kita sebut namanya?
Demikian ulasan ini. Semoga bermanfaat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H