Menarik, karena makna ini sesungguhnya dapat kita temukan selaras dengan bunyi hadis qudsi yang berbunyi:
"Allah 'Azza wa Jalla berfirman,'Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang." (HR. Muslim no. 6000)
Dalam literatur yang mengulas bunyi hadist ini, biasanya kita menemukan kata 'pengatur' dalam tanda kurung yang diletakkan diantara kata 'adalah' dengan 'waktu'. Jadi bentuk tulisannya menjadi:Â Aku adalah (pengatur) waktu.
Saya melihat tindakan ini justru menghindarkan orang untuk mengenal Tuhan.
Kenapa memang, jika Tuhan mengatakan dirinya adalah waktu? apa tidak percaya? atau karena nalarnya tidak sampai, lalu mengarahkan pemaknannya ke bentuk lain?
Pengakuan Tuhan bahwa DIA adalah Waktu, sebenarnya telah terjawab oleh sains.
Teori Relativitas Einstein telah menjawab hal ini. Secara gamblang, Einstein memberi tahu kita bahwa, waktu itu adalah ruang. Dalam teorinya, Einstein menyatakan dengan istilah Ruang-Waktu (Spacetime).
Sebagai sebuah ruang, waktu dapat dilalui. Ada entitas yang dapat melaluinya dengan kecepatan yang lebih dari kecepatan entitas lainnya.
Contohnya, Cahaya bintang yang berada sangat jauh dari bumi memerlukan jutaan tahun untuk bisa sampai ke Bumi sehingga bisa dilihat oleh mata telanjang manusia di bumi.
Tetapi, dengan bantuan teleskop (seperti yang dimiliki NASA), para ilmuwan bisa melihat bintang yang jutaan tahun kemudian baru dapat dilihat manusia yang hanya menggunakan mata telanjang.
Intinya, pada prinsipnya, waktu adalah ruang teramat sangat luar biasa besar. Waktu adalah alam semesta itu sendiri.