Interpretasi kesamaan tersebut, salah satunya disampaikan oleh Abu'l-Faraj (Abulpharagius) Seorang uskup Syria, filsuf, penyair, sejarawan, dan teolog, yang mengatakan dalam bukunya Ta'rih muhtasar ed-duwal (ed. Salhani, hal. 11) bahwa, Henokh (Idris) adalah identik dengan Hermes Trismegistus, yang oleh sementara orang Arab menyebutnya Idris. (Untuk lebih lengkapnya silahkan membaca artikel ini "Sosok Nabi Idris di Berbagai Tradisi Agama dan Mitologi, serta Rahasia yang Meliputinya").
Jika Dewa Varuna adalah personifikasi nabi Idris, lalu siapakah yang diinterpretasi sebagai Indra, Kubera, dan Yama?
Dewa Indra Penjaga Arah Timur
Dalam tradisi Hindu disebutkan bahwa Graha (benda langit) yang diduduki oleh Dewa Indra adalah Matahari (Surya).Â
Sementara itu, dalam banyak literatur Surya disebut sinonim atau terkait dengan Batara Guru, dan bahwa Batara Guru adalah sebutan lain dari Dewa Siwa.
Dalam Himne tertua Veda, seperti himne 1.115 dari Rgveda, disebutkan, Surya sebagai penghormatan khusus untuk "matahari terbit" dengan simbolismenya sebagai penghilang kegelapan, orang yang memberdayakan pengetahuan, kebaikan dan semua kehidupan. (Samuel D. Atkins, A Vedic Hymn to the Sun-God Surya. 1938, hlm. 419).Â
Bisa dikatakan bahwa filosofi "bagai matahari pagi yang datang menghilangkan gelap malam" inilah sebenarnya mendasari prinsip konsep spiritual bangsa matahari atau wangsa surya di masa kuno.
Rajeshwari Ghose dalam bukunya Saivism in Indonesia during the Hindu-Javanese period (1966, hlm. 129-131), mengatakan bahwa dalam kitab Jawa kuno, Tantu Panggelaran, Bhattara Guru digambarkan sebagai guru pertama kali dari sekolah yang paling awal (paling tua), ia dikatakan sebagai guru para dewa (divine teachers). Dia direpresentasikan sebagai guru berbicara (speech) dan guru bahasa (language).
Dari uraian ini, dapat diduga jika Indra atau Surya atau Siwa atau pun Batara Guru, adalah personifikasi dari Nabi Adam, Nabi terawal yang dihadirkan Allah di muka bumi. Pembahasan lebih detail mengenai interpretasi ini telah saya bahas dalam tulisan berjudul "Interpretasi Kesamaan Adam, Fuxi, dan Batara Guru".
Mengenai Penempatan Nabi Adam sebagai penjaga arah timur, ada banyak hal yang dapat menjadi pertimbangan.Â
Salah satunya adalah bahwa karena ia diturunkan di timur. Kehadirannya yang pertama kali membawa cahaya (pencerahan atau ilmu pengetahuan) di sisi timur inilah yang dimaknai secara metafora oleh wanga Surya dengan ungkapan: "bagai matahari pagi yang datang menghilangkan gelap malam".Â
Kemunculan atau terbitnya ilmu pengetahuan  atau peradaban manusia di sisi paling timur ini, dimaknai secara filosofi seperti matahari yang terbit di timur lalu bergerak ke arah barat.Â