Mengenai sebutan 'jawi', William Edward Maxwell memberi penjelasan dalam "A Manual of the Malay Language: With an Introductory Sketch of the Sanskrit Element in Malay"Â bahwa, 'jawi' berasal dari bahasa Arab, dibentuk sesuai dengan aturan tata bahasa Arab dari kata benda Jawa / Java. Â Sama seperti 'Makkah', 'Meccah', yang memunculkan derivasi 'Makk-i' atau 'maki'.
Hubungan 'Makki' / 'maki' dengan 'Makkah' atau 'Meccah' ini ditunjukkan Maxwell melalui etimologi kata 'senamaki' yang dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dijelaskan: pohon yang daunnya dibuat untuk obat cuci perut; "Cassia angustifolia".Â
Pohon Senamaki dahulunya disebut "Mecca Senna" (Senna Mekah), sementara di Indonesia populer dengan sebutan "Dau Jati Cina".Â
Tanaman senna dianggap salah satu tanaman penting dalam dunia pengobatan. Tercantum dalam farmakope Eropa, Amerika, India, dan Cina. Terkenal sebagai tanaman pengobatan yang aman dari efek samping.
Begitu mujarabnya tanaman ini sehingga dalam tradisi Islam, dapat ditemukan dibahas dalam beberapa hadist Nabi Muhammad. Antara lain dari Abdullah bin Ummi Haram berkata, Rasulullah SAW. bersabda: Hendaklah kalian (berobat) dengan senna dan sannut. Sesungguhnya pada keduanya terdapat penyembuh segala penyakit kecuali kematian. (Shahih Al-JamiAsh-Shaghir).
Dari Asma binti Umais berkata, Rasulullah SAW. bersabda: Seandainya ada obat yang bisa mengobati kematian, pastilah itu senna. (Al-Jami Ash-Shaghir).
Yang menarik, terkait fenomena sebutan 'Jawi', Maxwell mengatakan bahwa di masa kuno ada koloni Melayu dan Jawa yang cukup besar di Mekah, di mana semua orang Mekah dikenal tanpa pandang bulu sebagai Jawi.Â
Ini tentunya selaras dengan Hipotesis saya dalam banyak tulisan sebelumnya yang mengatakan bahwa di masa kuno, orang-orang dari wilayah timur (atau dapat disebut secara spesifik sebagai orang Nusantara), yang merupakan bangsa pelaut ulung, telah melakukan migrasi dan membuat koloni-koloni di wilayah barat.Â
Selain jejak mereka dapat ditemukan di wilayah timur tengah hari ini (seperti yang disampaikan Maxwell di atas), jejak lainnya dapat pula ditemukan di Asia tengah, dan terutama di Madagaskar. Hal ini telah saya bahas dalam artikel "Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno".
Keberadaan koloni Melayu dan Jawa yang cukup besar di Mekkah pada masa kuno yang disebut Maxwell, kuat dugaan saya terkait dengan hipotesis yang saya bahas dalam artikel "Nusantara sebagai 'Negeri Saba' Menurut Beberapa Catatan Kuno".Â
Dalam artikel tersebut saya mengulas bahwa klaim Nusantara sebagai "Negeri Sabah" yang hanya didasari pertimbangan adanya beberapa toponim di Nusantara yang dianggap mirip dengan nama "Saba atau Sabah", seperti "Wonosobo, sabah, dan masih banyak lagi," akan menemukan kesulitan serius ketika dihadapkan pada sanggahan dan klaim serupa bahwa terdapat pula toponim atau etnonim yang identik dengan Saba di wilayah belahan bumi lain, yang "bahkan" didukung dengan bukti-bukti yang lebih konkrit berupa manuskript kuno dan berbagai artefak lainnya.