Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bulukumba dan Reputasinya sebagai Pembuat Kapal Sejak Zaman Kuno

8 Februari 2020   18:10 Diperbarui: 8 Februari 2020   20:59 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan di dinding Medinet Habu, menggambarkan kampanye Mesir melawan "The Sea people", dikenal dengan sebutan pertempuan delta (sumber: wikipedia.org)

(dokpri)
(dokpri)

Makna nama Bulukumba

Makna nama Bulukumba yang beredar selama ini, menyebutkan bahwa Nama Bulukumba, konon berasal dari bahasa Bugis yaitu "Bulu-ku" artinya: gunungku (dari kata dasar bulu = gunung) - "Mupa" artinya: masih. Jadi, dalam bahasa Indonesia dapat berarti, "masih gunung milik saya" atau "tetap gunung milik saya". Pemaknaan ini dikatakan berasal dari mitos tentang Bulukumba yang muncul sekitar abad 17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. 

Namun,  secara pribadi, saya melihat makna nama Bulukumba yang sesungguhnya adalah "gunung perahu". Berasal dari kata "bulu" (bahasa Tae' / Bahasa Bugis kuno) yang artinya:gunung, dan "kumbha" (bahasa Sanskrit) yang artinya: perahu. 

Kata "Kumbha" dalam bahasa Sanskerta memang umumnya diartikan "kendi" atau "pot tembikar". Namun dalam aspek ritual Hindu, kata "kumbha" dapat bermakna sebagai "perahu kosmik", dalam artian, "Kumbha"  dimaknai sebagai kendaraan utama doa untuk kehadiran energi ilahi selama upacara api Veda. Penjelasannya lebih lengkapnya dapat dibaca dalam artikel yang berjudul "Kumbha, The Cosmic Vessel" di laman creative.sulekha.com 

Dengan catatan panjang yang dimiliki daerah Bulukumba sebagai daerah asal ahli pembuat kapal, yang dalam bahasa Bugis disebut "panrita lopi" (arti harfiahnya "pandita kapal", dimaknai sebagai "orang yang pandai membuat kapal"), maka, pemaknaan nama Bulukumba sebagai "gunung perahu" saya pikir lebih mengena.

Terkait juga dengan hal ini, di Sulawesi Selatan ada mitos bahwa kepandaian orang Bulukumba membuat kapal, berasal dari kepingan Kapal Nabi Nuh yang mereka temukan dan kemudian mereka pelajari.

Kaitan Bira dengan Bahasa Luwian

Di kabupaten bulukumba, Sulawesi Selatan, orang-orang Ara, Tana Lemo dan Bira, terkenal sebagai rumah para pembuat perahu tradisional, yang secara turun temurun mewarisi tradisi dan keahlian tersebut dari nenek moyangnya.

Yang menarik, dalam literatur kesejarahan Asia kecil (Turki hari ini) dikenal Budaya Luwian yang berkembang di Zaman Perunggu Asia Kecil bagian barat. 

Hari ini, istilah "Luwian" sering digunakan untuk merujuk pada bangsa yang bermukim di ujung timur Mediterania selama abad ke 10 hingga abad ke-9 Sebelum Masehi. Namun, naskah hieroglif Luwian di barat dan selatan Asia Kecil juga menunjukkan dibuat pada awal 2000 SM, Oleh karena itu, istilah Luwian juga diterapkan pada masyarakat adat yang tinggal di Anatolia barat dan selatan - selain Hattians - sebelum kedatangan orang Het dan selama pemerintahan Het. 

Bangsa Luwian juga seringkali dikaitkan dengan "sea peoples" atau orang laut yang secara ganas menginvasi wilayah mesir kuno dan wilayah lain dari Mediterania Timur yang mengakibatkan peradaban Zaman Perunggu Akhir runtuh untuk selamanya (1200-900 SM). Tulisan di dinding kuil kamar mayat Ramses III di Thebes kuno (Mesir) berbicara tentang sebuah invasi dari yang disebut sebagai Bangsa Laut.

Adegan di dinding Medinet Habu, menggambarkan kampanye Mesir melawan
Adegan di dinding Medinet Habu, menggambarkan kampanye Mesir melawan "The Sea people", dikenal dengan sebutan pertempuan delta (sumber: wikipedia.org)

"The Sea Peoples" hingga saat ini tetap tidak teridentifikasi di mata kebanyakan sarjana modern, dan sumber hipotesis tentang asal usul mereka banyak bersifat spekulasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun